Mereka mengambil tempat masing-masing, menunggu Irene sampai ke perbatasan ditengah tanah lapang yang di kelilingi hutan gelap.
Para Forces berdiri berdampingan. Chanyeol berdiri paling depan dengan Kris yang berdiri tak jauh disebelahnya. Dibelakang Chanyeol berdiri sejajar dengannya Baekhyun, Lay, dan Chen. Luhan dan Sehun berada dibelakang Kris, dibarisan ketiga Suho dan Kyungsoo yang kaku dan garang berdiri berdampingan disebelah Jungkook dan Xiumin. Sedangakan Kai menunggu dibatang pohon cemara tertinggi mengawasi para Forces dan siap-siap membantu sesuai instruksi.
Forces berdiri dengan sikap matang, mata mereka sangat awas, bibir mereka terkatup rapat. Baekhyun sebagai pengawas, matanya selalu waspada pada ancaman yang bergerak maju dari dalam kelebatan hutan gelap. Lengannya kaku di kedua sisi tubuhnya, tangannya mengepal.
Jungkook yang bertugas melindungi kemampuan mereka, sebaik mungkin dengan cepat melontarkan perisainya menyebarkankan kabut yang tak kasat mata agar menjangkau ke semua Forces.
Yang paling utama untuk dilindungi sudah pasti Chanyeol, lalu para petarung Kyungsoo, Sehun dan Chen. Kemudian yang tidak kalah penting Luhan dan Baekhyun, mereka adalah senjata pertahanan terbaik saat ini.
Perisai itu menyelinap ke formasi Force, menyelimuti mereka satu persatu, mendorong perisainya lebih jauh sedikit demi sedikit, bahkan ruang kosong di paling kanan sebelah Chanyeol yang berada paling jauh di depan, takut hantaman serangan Black Shield Irene yang tajam terlalu dekat dengannya. Jungkook menggunakan tameng ekstranya, melilitkan perisai itu ke masing-masing tubuh Force serapat yang bisa ia lakukan.
Jungkook memeriksa lagi perisainya, memastikan semuanya terlindungi serapat mungkin tanpa celah, agar kalau mereka bergeser tameng elastis itu ikut meregang bersamanya. Ia menarik tameng itu lebih jauh lagi, membungkus setiap sosok yang bersekutu dengannya. Perisai itu membungkus tubuh mereka dengan mudah.
Dari kejauhan Baekhyun menangkap sesuatu yang berkilat-kilat. Mereka semakin mendekat dan semakin jelas lewat pengelihatannya. Mata Baekhyun mengeras saat mengamati pemandangan itu, dan semua Force juga mulai tegang merasakan pemandangan yang belum nampak itu.
Baekhyun mulai mengetahui, sesuatu yang mengkilat itu adalah prajurit yang mengenakan baju zirah hitam mengkilat dengan membawa senjata. Pedang, tombak, sabit, kapak, gada berpaku besi dan berbagai senjata tempur khas kerajaan lainnya yang semuanya berwarna hitam legam.
Terlihat juga sesuatu benda runcing warna biru dan sepasang mata yang menyalak merah di tengah-tengah mereka. Lalu nampak di parimeter paling tengah, beriringan dengan warna merah lain yang seperti mengambang, atau terlihat seperti prajurit itu membawa sesuatu yang berwarna merah. Tapi sesuatu yang berwarna merah itu seperti jantung formasi. Warna itu semakin menyala berkibar-kibar seperti lidah api.
Setelah Baekhyun menajamkan pengelihatannya ternyata itu Irene. Ia menunggangi sesuatu yang matanya menyala merah dan bertanduk sebiru safir. Warnanya kontras dengan baju zirah yang dikenakan para prajurit, tampak mengilat seperti beledu. Baekhyun menajamkan kembali visualnya dan semakin jelas, ternyata itu Black Unicorn. Irene menunggangi Unicorn kesayangannya. Wajah pucat Irene yang berbentuk hati tampak tirus tersapu bayang-bayang gelap.
"Mereka datang," Ujar Baekhyun tercekat. "Astaga, Aku tidak pernah melihat yang seperti itu"
"Apa yang kau lihat?" tanya Kris.
"Prajurit, Irene yang menunggangi Black Unicorn" jawab Luhan ketika melihat ke dalam pikiran Baekhyun saat itu."Ya ampun, mereka banyak sekali."
Tiba-tiba awan bergemuruh. Angin menerpa cukup kencang dari arah utara. Pohon-pohon disekeliling lapangan riuh karena angin basah yang sangat kencang. Angin itu meniupkan dedauan ditanah, mengibaskan rambut dan jaket yang mereka kenakan.
Awan gelap itu berjalan melawan arah mata angin seiring mengiringi langkah Irene. Bahkan burung-burung berterbangan dan hewan-hewan hutan saling bersautan dan terdengar cukup kasar karena tak dapat berkompromi dengan kedatangannya. Di lihat dari gejala yang terjadi sekian detik, ini dia tanda-tanda kedatangannya.
Dia datang. Luhan mengirimkan telepatinya kesemua Forces.
Irene sudah berada cukup dekat sehingga Luhan bisa mendengar pikirannya. Beberapa tangan Forces mulai mengepal dan mengejang sebagai sikap waspada.
Satu menit berlalu, dan mereka membuka telinga lebar-lebar, berusaha keras mendengar suara hentakan kaki yang mulai mendekat. Mata mereka menatap tajam ke hutan di sebelah Utara tempat musuh datang. Mereka memandang ke arah itu, dan menunggu sementara detik demi detik berlalu, hingga samar-samar sinar matahari tipis mulai muncul menembus awan, berupa garis-garis vertikal yang tampak membelah langit dan memecah awan.
Pasukan mulai datang berarak-arak, begitu rapi. Tapi Formasi mereka kaku dan formal membentuk formasi persegi. Mereka bergerak bersama-sama, berbaris dalam gerakan sinkron dan sempurna yang terus datang dari balik pepohonan-kesatuan sosok gelap itu tiada putus. Gesekan dan entakan kaki mereka begitu teratur bagaikan irama. Lewat isyarat yang terlihat, Irene benar-benar ingin menghabisi mereka. Situasi semakin menegang, rahang mereka mengeras.
Dari kejauhan yang Baekhyun lihat, Irene juga tidak menunjukkan ekspresi kaget ataupun kecewa melihat kumpulan Force menunggunya di sana-kumpulan yang tiba-tiba saja terlihat berantakan dan tidak siap bila dibandingkan rombongan pasukannya. Tapi yang terlihat, kini ekspresi wajahnya dengan cepat berubah-ubah, menunjukkan emosi yang bermacam-macam.
Mata Irene menatap tajam ke arah Forces seperti mengabsen satu persatu para Forces, tak luput memperhatikan hal sekecil apapun. Awalnya ia terlihat syok kemudian cemas begitu melihat Jungkook dalam formasi mereka. Kecemasan itu dengan cepat langsung lenyap; ia merasa aman karena jumlah prajuritnya yang sangat besar, aman dalam posisi prajurit yang membentang di belakangnya. Lalu wajah itu berubah kembali menjadi ekspresi mengejek penuh kemenangan yang dihiasi senyum kesenangan penuh nafsu untuk mendapatkan Chanyeol dan membalas dendam.
Sedangkan ekspresi wajah Force cukup mudah dibaca-wajah-wajah mereka cukup eksplisit. Beberapa memasang ekspresi kemarahan, ekspresi dilecut oleh nafsu untuk menuntut balas dendam, sorot kengerian. Mereka juga berusaha mendisiplinkan diri mereka agar tak terpatahkan; sesaat meraka membeku dalam keheningan sebagai satu kesatuan.
Dari kejauhan Baekhyun melihat kekecewaan di wajah Irene saat tatapannya menyapu wajah mereka satu persatu berulang kali, mencari Force yang hilang. Kekecewaan membuat bibirnya sedikit menegang.
Dia mencari Kai, dia fikir Amber dalam nauangan Kai. gumam Luhan menangkap pikirannya.
Tiba-tiba Jungkook panik, sadarlah ia Kai belum terlindungi. Tapi Kai berada dijarak terjauh enam ratus yard, cukup jauh dan aman dari medan pertempuran, itu melampaui jarak yang pernah dicoba.
Penasaran, ia mendorong perisainya menyelubungi hutan, merayap mencari Kai di dahan pohon tertinggi. Perisai itu berkali terhisap kembali karena jarak yang asing untuk perisainya. Semakin jauh objek yang ingin di lindungi, semakin berat. Rasanya perisai itu mulai mengeras sekarang.
Jungkook mengerutkan kening berusaha keras membelitkan perisai itu ke tubuh Kai dan berhasil. Kai sudah dalam perlindungan perisainya. Sekarang ia rapatkan kembali perisainya agar saling bertautan dengan yang lainnya.
Dua ratus yard didepan mereka, jejeran serba hitam membentang bagaikan hantu, sosok - sosok itu tak dapat dibedakan satu sama lain. Sosok-sosok gelap itu menyebar mulai ke sisi kiri dan kanan seakan-akan jumlah mereka belum cukup. Sementara sosok dalam jubah merah gelap perlahan-lahan maju persis ke tengah untuk memimpin pertempuran.
Irene menunggangi Black Unicorn dengan anggun-namun kejam-unicorn itu ukurannya lebih besar dari kuda, dan berotot. Tanduk unicorn itu cantik sekali berwarna biru metalik yang berkilauan bagaikan batu safir, namun mata dari unicorn itu tampak menyeramkan menyala merah terang, mengisyaratkan bahaya dan mematikan.
Sekarang lebih banyak lagi prajurit memasuki lapangan di belakangnya. Semua terus maju mengisi sisi kosong di kanan dan kiri, hingga membentang sangat panjang, nyaris satu kilo meter panjanganya yang terdiri dari 3 baris.
Baekhyun tak tahan untuk tidak menghitung. Namun, jumlah mereka terlalu banyak, sekitar ratusan lebih. Meski tidak menghitung, sudah jelas jumlah mereka tetap kalah telak. Hanya berdua belas yang akan bertempur. Bahkan dengan tambahan kemampuan Jungkook, mereka merasa tetap kalah.
Derap langkah pasukan tak terkalahkan. Gerakan mereka sangat teratur. Setiap gerak-geriknya terkendali sangat rapi, tidak tergesa-gesa, tidak ada ketegangan, tidak ada kecemasan. Prajurit itu melangkah seirama, berjalan mantap tak menghiraukan seberapa berat baju zirah yang mereka kenakan, seberapa berat senjata yang mereka bawa, mereka berjalan tanpa beban.
Para forces sempat bergidik melihat senjata yang mereka bawa. Terlihat jelas Irene ingin menghabisi para Forces dengan membangun prajurit yang sangat banyak jumlahnya. Wajah Forces nampak tak nyaman dengan pemandangan itu.
Kau benar Chen, dia menciptakan humanoid. Prajurit itu tidak memiliki pikiran dan perasaan, entah mereka itu apa, mereka tercipta hanya untuk menghancurkan kita, mereka akan menyerang kita tanpa ampun. Luhan mengirimkan pemikirannya lagi kepada forces yang mulai begerak gelisah, di lubuk hati Luhan yang paling dalam, ia merasa gentar.
Irene menghentikan Unicornnya enam puluh meter dari Force dan berhenti mengevaluasi, seluruh prajurit itu berhenti bersamanya, menunggu perintah untuk menyerang. Irene turun dari Unicorn dengan anggun. Irene mengibaskan jubah merahnya yang semata Kaki, memperlihatkan setelan serba merah yang memiliki detail-detail jahitan tebal.
Ia maju beberapa langkah, memberikan tatapan merendahkan pada Force kemudian menyeringai seolah-olah menyepelekan mereka.
Rambut merahnya yang tergerai tertiup angin tampak cemerlang. Dalam pandangan mereka, itu mengerikan. Rambut itu menyerupai lidah api, dan seriangaian di wajahnya membuat api itu seolah-olah benar-benar hidup dan mengelilingi wajahnya. Irene sudah nyaris selangkah mendapatkan tujuan utama seluruh eksistensinya selama lebih dari tiga ribu tahun .
Irene melambaikan tangan ke gerombolan Force yang tegang dan siaga; sebagian di antara mereka merespons dengan dengusan.
Dagu Chanyeol terangkat dengan sikap arogan, yang lain dibelakang Kris dan Chanyeol semakin merapat satu sama lain dan berusaha melupakan rintihan cemas. Walau hanya pasukan kecil mereka terlihat cukup solid.
"Halo lagi, tampan." sapanya hanya pada Chanyeol.
"Kau kelihatan, baru" Ia menelengkan kepala, terpesona.
Chanyeol hanya tersenyum kecut padanya.
Kini Irene menatap Jungkook dengan hasrat yang aneh mengembang diwajahnya. Ia mengedipkan mata pada Jungkook. Jungkook tidak menggubrisnya sama sekali. Irene mengangkat bahunya sebelum bicara dengan sikap sok lugu.
"Ah, kau masih hidup" Kemudian kali ini matanya tertuju ke Kris.
"Aku tidak percaya kau membawa mereka pada kematiannya sendiri." ujarnya pada Kris
"Kita semua mungkin akan mati"-Kris mengangkat bahu- "mungkin juga tidak. Mungkin posisi kami lebih kuat daripada yang kau ketahui. Akhirnya, kau bertemu juga dengan kelompok seimbang"
"Oh Kris, kau pikir, kau bisa mengalahkanku dengan pasukan kecilmu" Irene memandangi para Forces secara bergilir "Ditambah unsur keberuntungan dari Jungkook?"lanjutnya sambil memandang tajam ke arah Jungkook.
"Bukankah ini benar-benar kejutan yang menggembirakan untukku? Hebat!" ujarnya sambil tersenyum.
Sambil bicara mata Irene tidak henti-hentinya mencuri-curi pandang menatap Jungkook dari seberang lapangan, ia memandangnya dengan tatapan marah bercampur tidak percaya di balik ekspresi tenangnya yang selalu berupa topeng.
"Kau pasti ingat kan bagaimana aku membunuh seluruh keluargamu, keturunanmu, beserta istrimu?" katanya puas "Hmm... ini sungguh kepentingan pribadi,"
Irene menyeringai angkuh sambil terus menilai gerak-gerik Force dari sudut matanya. Tapi Luhan dan Baekhyun tidak mau kalah awas dengan setiap tindak tanduknya.
Dia akan menghabisimu sebelum kami semua, Jungkook. Kami semua akan melindungimu. lapor Luhan.
Jangan khawatir, yang terpenting adalah kalian harus ingat apa yang sudah aku ajarkan, itu adalah pedoman kalian untuk saat ini, ingat kecepatan dan kepekaan segala-galanya disini. Jungkook berusaha menenangkan diri dan meyakinkan rekan - rekannya.
Irene menatap Jungkook sangat dalam, seperti sedang mencari sesuatu dan alisnya saling bertautan, matanya menjorok kedalam, wajahnya tegang seperti menahan nafas. Mungkin ini salah satu sikap tidak matang Irene.
Luhan melihat ke pikirannya, Irene membutuhkan waktu kira-kira setengah menit untuk menebak bahwa perisai Jungkook kali ini jauh lebih kuat daripada yang selama ini ia ketahui; melihat bagaimana saat ini Jungkook terus di jadikan sasaran serangan Black Shieldnya yang tajam untuk merobek Shield milik Jungkook, dan dilihat dari wajahnya yang mulai putus asa, Shield milik Jungkook pasti sangat tebal dan kuat.
Saat itu juga Jungkook merasakan tusukan yang jauh lebih tajam menghujam tempat perisainya. Tidak menyakitkan, tapi juga tidak menyenangkan.
"Nghh" Jungkook mengerang, menahan Shieldnya yang ditusuk begitu keras oleh Black Shiled milik Irene, namun tidak sampai membuat tameng miliknya rusak.
"Jungkook, kau baik-baik saja?" tanya Xiumin sambil menyentuh pundaknya.
Jungkook tersenyum muram padanya. "Aku baik-baik saja," Kata Jungkook meyakini Xumin.
Jungkook! Luhan tersentak panik ke dalam pikiran Jungkook.
Tenang saja, aku bisa menahannya, kau melihatnya?
Ya dia baru saja menajamkan perisainya. Luhan menjawab.
"Tentu saja" jawab Jungkook bersuara.
Jungkook makin mempertebal shield miliknya. Saat itu juga selusin serangan datang bertubi-tubi, menghujam ke seluruh permukaan perisainya, diarahkan ke berbagai titik berbeda.
Jungkook mendorong perisainya lagi agar lebih jauh dan memastikan tak ada yang rusak. Kelihatannya Irene tidak berhasil merusaknya. Cepat-cepat Jungkook memandang Force disekelilingnya dibantu Luhan; semua baik-baik saja.
"Luar biasa," puji Kris.
Dia berpikir, dia tidak akan bisa menghancurkan Shield ini. Bagus Jungkook. puji Luhan puas kepada Jungkook ke dalam pikirannya.
Lihat wajah tukang sihir itu, mulai kalang kabut. kekeh Chen.
Jungkook menyunggingkan seringaian lebar penuh kemenangan pada Irene.
Mata Irene menyipit. Kemudian Jungkook merasakan hujaman tekanan padanya lagi. Jungkook menyeringai lebih lebar.
Irene memalingkan wajah kepada mereka sesaat seperti muak. Kemudian diam - diam ia menengadahkan tangannya.
Pheromon!. Pekik Luhan
"Serangan Pheromonnya lebih kuat seperti serangan fisik ketimbang Black Shieldnya."seru Jungkook.
Mereka mulai gelisah dan fomasi mereka terlihat sedikit berantakan ketika panik mencari-cari asap keemasan itu yang kini terlihat kasat mata. Mereka tidak berbicara; sementara kabut kasat mata itu menghampiri mereka. Irene sekarang tersenyum.
Baekhyun dengan pengelihatan ekstranya mencari-cari bayangan tipis itu. Saat itulah ia melihat apa yang ia cari-cari. Di permukaan tanah nyaris tak terlihat, Pheromon itu berkamuflase dengan warna disekitarnya, terlihat seperti angin yang meliuk- liuk dan seberkas cahaya berpendar-pendar samar dan merayap seperti ular ke arah Kris.
"Kris disebelah kirimu" pekik Baekhyun.
Luhan dengan cepat mengeluarkan kekuatan telekenesis miliknya yang paling besar, Force Field. Ia mengulurkannya menjadi semacam kubah rendah dan lebar yang menaungi mereka. Force Field itu putih tipis nyaris bening yang berkilauan dengan asap tipis berwarna-warni yang terus berputar putar dipermukaan kubah.
Kubah itu dapat menahan segala serangan fisik, walau biasanya kemampuan itu lebih efektif bila digunakan untuk dirinya sendiri. Luhan dan Jungkook bekerja sama mempertahankan pertahanan mereka. Jungkook mendorong perisainya lagi untuk memberikan ruang untuk Force Field milik Luhan. Saat ini kemampaun efektif milik Irene sudah tidak mungkin memasukki pertahan Force yang berlapis.
Mereka menunggu sampai mana tameng berlapis ini efektif dari serangan Irene. Kemudian ketika kabut itu menghantam tembok pertahanan, getaran pelan berdesir di sekitar Force Field ketika Pheromon itu mulai menyentuh kubah pertahanan milik Luhan.
Kini yang Baekhyung lihat, kabut itu melengkung ke atas, mencari celah, mencari kelemahan. Tapi tidak menemukan apa-apa. Jari jemari kabut terus mencari dan menjalar ke atas mengelilingi permukaan perisai, berusaha mencari jalan masuk. Dalam prosesnya, menunjukkan ukuran menakjubkan selubung kubah Force Field milik Luhan.
Luhan menunggu munculnya tekanan, tanda-tanda bila Pheromon itu tiba-tiba berhasil masuk dan mengontaminasi salah satu Force, tapi tidak ada reaksi apa-apa.
Luhan memandangi Irene yang tidak lagi tersenyum. Ia menatap Luhan garang, dagunya mengeras oleh kuatnya ia berkonsentrasi. Luhan mengkeret, menunggu masuknya serangan Pheromon Irene di Force Fieldnya. Namun masih tidak terjadi apa-apa.
Mata Irene menyipit, untuk pertama kali keraguan membayang di wajahnya ketika kabut itu berpusar-pusar tanpa bisa mencelakakan siapa pun di dalam Force Field. Bahkan di dalam lubuk hatinya yang terdalam, ia benar-benar terkejut memandang Force Field Luhan yang belum ia ketahui itu membuat kemampuannnya tidak efektif. Irene menggeram putus asa.
"Bagus sekali, Luhan!" sorak Jungkook dengan suara pelan.
Senyuman Luhan mengembang.
Kemudian tahulah Luhan dari pikiran Irene bahwa jelas ia akan menjadi nomor dua setelah Jungkook yang harus mati, tapi Luhan menyimpan pikiran Irene untuk dirinya sendiri agar yang lain tidak perlu mengkhawatirkannya. Namun, selama mereka bisa terus bertalian seperti ini, kekuatan mereka lebih dari sekadar berimbang untuk mengalahkan Irene dan pasukannya.
Kalian baik-baik saja? tanya Luhan.
Ya, Jawab mereka serempak.
"Aku harus berkonsentrasi, Kalau nanti terjadi pertempuran satu lawan satu, akan lebih sulit menamengi semua orang." tuntut Jungkook pada yang lain.
"Akan kami jauhkan mereka darimu." Sambung Chen.
"Chen, aku membutuhkan Sehun, Kyungsoo dan Kau disisiku" pintanya, tapi suaranya terdengar seperti desahan lirih.
Kyungsoo mengangguk khidmat. "Tak ada yang bakal menyentuhmu," ia berjanji kepada Jungkook.
Pandangan Irene menyapu mata mereka yang keras, masih mencari titik kelemahan pada Force Field itu. Dari ekspresinya, ia tidak menemukan apa pun. Upaya Irene menghancurkan pertahanan mereka gagal total.
Dia menyerah. Luhan terkekeh.
Irene menarik kembali Pheromonnya yang tidak berguna itu.
"Ha, ha, ha," Tawa Irene meledak seperti kesetanan.
"Hebat sekali! Sangat menarik," Matanya berkelebat memandang Luhan. Matanya terus dalam ekspresi menerawang. Sesaat ia diam, matanya berkelebat menatap Jungkook dan Luhan secara bergilir. Kemudian tiba-tiba ia menggelengkan kepalanya.
"Ini pertama kalinya, ada orang yang mengacaukan semua kemampuanku" katanya pada diri sendiri.
"Sepertinya, sulit sekali mengalahkan kalian" Irene mendesah.
"Jangan kecewa, Irene," kata Luhan dengan nada menenangkan, "Kurasa tidak ada kemungkinan kau berubah pikiran, setelah kau menguji bakat kami"
"Kau benar sekali, telepatis," Ia menggeleng pura-pura kagum. "aku sampai bergidik melihat kalian."
Luhan melotot, jijik.
"Aha. Aku punya hadiah untukmu Chanyeol, aku hampir saja lupa"
Irene memerintahkan salah satu prajuritnya untuk mengambilkan sesuatu tanpa mengalihkan matanya dari Force sedikitpun. Prajurit itu mengulurkan kantong merah berbahan beludu yang di ikat dengan tali emas pada Irene.
Chanyeol seakan menimbang setiap kata dengan seksama, sebelum berucap. "Tidak, Terima kasih. Tidak usah repot-repot"
"Ah, Jangan begitu. Sayang, " komentarnya dengan nada bujuk rayu. Ia tampak sangat santai, hanya saja senyumannya mengejang kaku menahan emosi.
"Ya, sayang sekali, bukan?" Chanyeol membenarkan dengan nada datar. "Aku selalu mengabaikanmu. Kau hanya membuang-buang waktumu...."
Irene mendecak-cedakkan lidah dengan maksud mendiamkan ocehan Chanyeol.
"Sejujurnya, Chanyeol, kau benar-benar terlihat luar biasa sebagai Beyond Force, tampan, kuat dan kau memiliki kekuasaan bila kau mau, dan aku menawarkannya padamu, tapi kau menolak" ia memuji kemudian terkekeh.
Luhan menilai niat Irene. Namun, pikirannnya terlihat acak, hanya ada jejak-jejak dari pikiran intinya dan belum tentu maksud dalam pikirannya ditujukan untuk apa yang akan ia lakukan. Kini ia mampu membelokkan pikirannya ke jalur lain, pikirannya cukup rumit dalam memandang sesuatu, dan itu membuat Luhan kesulitan membaca pikirannya.
Kenyataanya Irene memang sulit dibaca atau mungkin Irene tau kelemahan Luhan. Mungkin itu strateginya untuk menghadapi telepatinya. Ia mempertahankan pikirannya dengan kuat, sangat hati-hati agar pikirannya tidak melejit keluar dan terbaca oleh Luhan karena kelepasan.
Saat ini Luhan hanya bisa membaca bahwa ia benar-benar ingin memberikan hadiah itu, dan yang mengejutkan ialah ia serius dan tulus, hal itu membuat Luhan curiga. Luhan berusaha mencari tau apa yang akan Irene berikan, tapi lagi-lagi dari apa yang Luhan baca, Irene hanya memikirkan bahwa Chanyeol suka hadiah kejutan darinya.
Tapi mata Irene mengisyaratkan sesuatu yang lain, tapi apa arti sorot mata itu? Luhan merasa ini sungguh ironis. Dengan mudah Irene bisa mengelak pikirannya dan membuat Luhan bersusah payah. Berhadapan dengan pikiran Irene, sama saja seperti bermain teka-teki, ia harus bisa lebih pintar darinya kalau ingin menguak pikirannya yang curang itu.
Irene membuka tali yang mengikat kantong itu. Di intipnya isi dalam kantong itu sebelum memberikannya pada Chanyeol, seperti mengecek barang yang khawatir rusak, kemudian ia tersenyum ramah.
Bahkan ketika Irene membuka, mengintip hadiah untuk Chanyeol, Luhan tetap tidak bisa melihat barang apa itu, pikirannya terus berkata bahwa Chanyeol menyukai hadiah kejutan darinya. Pikiran Irene membuat Luhan takjub sesaat. Baru kali ini ada seseorang yang benar-benar mempermainkan telepatinya.
Aku melihat setitik bercak darah di tali emas kantong itu. Baekhyun tiba-tiba melaporkan lewat pikirannya ke Luhan ketika semuanya terlambat.
"Ini hadiahmu," Irene melemparkan kantong merah dari bahan beledu itu ke arah mereka.