Kai menemani Kris untuk mencari bala bantuan dan bisa dikatakan ini sebagai kunjungannya setelah setengah abad Kris tidak bertemu.
Mereka pergi dengan Teleport Kai ke rumah teman lama Kris yang tinggal di semenanjung bagian barat Washington.
Tao seperti Forces lain senang mengasingkan diri, tinggal ditempat yang tidak banyak ditempati manusia manapun. Ia tinggal diantara kaki gunung Anderson dan Olympic. Cuaca disini lembab dan sangat dingin, bahkan saat ini langit cukup gelap, ditambah kabut tebal yang menyelimuti bagian pohon tertinggi membuat kesan misterius dan mencekam membayang di kedalaman hutan.
Curah hujan yang selalu turun nyaris setiap hari membuat batang-batang pepohonan tertutup lumut, tanahnya tertutup daun yang berguguran. Seluruhnya hijau, sangat indah. Terlalu hijau malahan, seperti sebuah planet yang asing.
Mereka sampai didepan bangunan villa asri, dibangun dengan kayu dan batu bata warna maroon yang tidak begitu mencolok. Villa itu terlihat sangat pantas berada di sini, warna dan bentuknya pas sekali dengan pemandangan yang tenteram dan damai.
Tidak ada pagar hanya pohon dan semak-semak mengelilingi rumah itu. Sehingga awalnya Kai tak bisa mengira-ngira luasnya dan tidak akan mengira bahwa disana ditengah halaman basah terdapat rumah sederhana.
Truk Chevrolet yang terlihat kokoh keluaran pertengahan 90-an berwarna silver terpakir tersembunyi di balik semak-semak. Truk yang biasa dipakai pemburu hewan-hewan besar.
Mereka menyusuri jalan setapak kecil tersusun dari batu-batu ceper berwarna gelap yang mengarah ke pintu kayu. Kris memencet bel. Tidak lama seseorang yang berperawakan dingin keluar. Tubuhnya kekar dibalik sweaternya, rambut hitamnya acak-acakan namun terkesan modis. Warna kulitnya sedikit lebih gelap dan lebih eksotis ketimbang Kai.
"Wufan" sapanya biasa saja nyaris bosan. Tidak seperti seorang teman yang sudah lama tidak bertemu.
"Master Tao" Kris membungkukkan tubuhnya sedikit dan Tao membalasnya. Aneh, mendengar Kris dipanggil dengan nama itu.
Tao mempersilahkan mereka masuk. Di dalam keadaan cukup terang dan lebih hangat. Ruang tamunya tidak begitu besar, hanya sofa rekliner berwarna kuning terang, dan meja bundar dari kayu cemara.
Ada beberapa lukisan di dinding yang tidak diragukan lagi, itu lukisan-lukisan asli yang tak ternilai harganya, lukisan-lukisan yang seharusnya tidak berada disini, tapi berada di museum milik negara. Terdapat pula jam besar tua yang berdetak keras.
Ruangan itu bersekat dibagi dua oleh dinding berbatu menuju dapur dan jendela-jendelanya menjorok keluar.
Perapian berbentuk bundar yang terletak di sudut ruangan kecil menggeletar pelan dekat kursi goyang yang tampaknya seperti berasal dari abad pertengahan. Pembakarannya menggunakan driftwood-membuat warna apinya cantik sekali-berwarna biru dan hijau karena garam.
Lantai kayunya ditutupi karpet berwarna jingga, tidak cocok dengan beberapa dinding pada ruangan itu yang dicat hijau kalem yang memberikan kesan sejuk, seolah-olah pepohonan diluar kurang cukup membuatnya puas dengan pemandangan serba hijau.
Warna-warna perabotannya norak sekali. Hanya lemari display tua hitam yang warnanya paling pantas untuk dilihat. Seleranya sangat buruk dalam menentukan warna, benar-benar cocok dengan kepribadiannya yang berasal dari masa yang berbeda. Semua perabotannya tak satu pun ada yang sama, namun tetap harmonis.
Walau begitu yang empunya rumah bisa dibilang cukup modis untuk manusia masa depan; sweater dan kaos berkerah V warna ungu gelap dengan jins putih. Dan aksennya aneh, orang manapun pasti menganggapnya aneh dan enggan berbicara dengannya. Tapi kesan misterius sangat kentara dari tatapannya, tatapan yang membuat orang lain enggan mendekatinya.
Tidak lama mereka di dalam, hujan langsung menderu.
"Aku senang kau datang tanpa telepatis kesayanganmu itu," Ujar Tao ketus "dan kau?" matanya melirik memandangi wajahnya dengan mata menyelidik.
"Aku Kai, Teleporter" jawabnya santai.
"Son of Bihrain, Hmm. Kau memang hebat merekrut pasukan kecil, apa kau akan menjadikannya senjata juga?" melihat gaya berbicaranya mengingatkan Kai pada pemeran Chuck Bass di serial TV Gossip Girl. Sangat cocok dengan tampilannya yang dingin dan misterius. Sosoknya benar-benar pantas dibilang seorang Assassin.
"Aku kemari untuk minta bantuanmu, Master"
"Lagi?" ujarnya kaku.
Aneh, baru kali ini Kris terlihat, seperti terlalu patuh. Dari caranya bersikap seolalah-olah Kris adalah bawahannya, padahal Kris adalah petinggi Klan yang harusnya selalu bersikap berwibawa.
"Tao, aku takkan kemari apabila bisa ku tangani sendiri." nada Kris nyaris memohon seolah tidak peduli dengan harga dirinya.
Wajah Tao terpilin membentuk ekspresi baru. Ekspresi yang dimaksudkan sebagai senyuman dan rasa jijik yang bercampur di ekspresinya.
Tao menyilangkan kakinya dengan gagah "Santai saja Wufan, seperti biasa, bagaimana kalau kita minum teh dulu" Senyumannya seperti seringaian merajuk.
"Ini benar-benar keadaan genting" Kris benar-benar bersusah payah, berusaha menutupi ketegangan di balik ekspresinya yang tenang.
"Apa yang membuatmu begitu terburu-buru?" terdengar nada penasaran yang sebenarnya dalam suaranya yang berusaha ia sembunyikan dengan sikap santainya.
"The Blink Warlock, dia kembali dan kami dalam bahaya"
"Ini tidak biasa," ekspresinya terlalu apatis untuk terlihat terkejut. "dan siapa 'Kami' yang kau maksud?"
"Di kelompokku ada piromaniac," ujar Kris lambat-lambat.
Tao mengerutkan keningnya, pikirannya mengarah pada jalur yang kurang menyenangkan "Piromaniac macam apa dia?"
"Aku belum dapat mengklasifikasikannya"
"Kenapa Irene mengincar Piromaniac? Apa kau yakin dia hanya sekedar 'Piromaniac'?" tanyanya lagi-lagi kaku.
"Dia Dark Phoenix" tandas Kai, karena tidak tahan dengan sikap Kris yang seperti menutup-nutupi jati diri Chanyeol yang kini menjadi pertanyaan besar untuk Kai juga.
Mata Tao berkilat terkejut. Tao tidak pernah dibuat terkejut dengan Force jenis manapun yang telah Kris temukan, tapi kali ini responnya melebihi apa yang biasanya Tao tunjukan.
"Ah, Kau menemukannya?" tanya Tao, ia tercengang.
"Aku belum bisa memastikan apakah dia benar-benar..?"
Tao menyela sebelum Kris mengakhiri penjelasannya "Hanya ada satu-satunya Dark Phonenix dalam eksistensi Athanatoi. Apa yang akan kau lakukan pada Dark Phoenix itu? Apa kau mengurungnya seperti binatang?"
"Aku bisa menanganinya dengan baik, aku memiliki Force berbakat di kelompokku"
"Bagaimana dengan Alter egonya?" Tao menatapanya berjuta-juta pertanyaan dengan pandangan jijik.
Kris mengabaikan pandangan itu dengan terus berbicara.
"Tao, The Blink Warlock menginginkannya untuk tumbal atas kekuatan yang tak tertandingi dan agar dapat menghidupkan Master of Evil tepat tanggal 22 besok ketika gerhana pertama datang"
Cuping hidungnya mengambang mendengar itu, kemudian matanya menyipit memandang Kris. Seperti tidak senang akan sesuatu.
"Aku telah mencari keberadaan perempuan sialan itu berabad-abad tapi tidak pernah menemukannya"
"Jelas kau tidak bisa mencarinya, dia menggunakan Shield".
Tao mencondongkan tubuh dengan sikap tertarik.
"Shield? Bagaimana dia..." suara Tao terperangah.
"Master Tao," sela Kris, "kami tidak akan membiarkan Dark Queen mendapatkan apa yang ia inginkan, kau pasti tau sejarah seperti apa. Sejarah bersaksi, Master"
Tao berfikir sejenak, tapi ekspresinya menyiratkan ketidakyakinan yang sangat kentara.
"Kau harus menyerahkan permasalahan ini kepada Supreme Leader, hanya dia yang bisa menyelesaikan ini, itupun kalau masih mau mendengar saranku."
Kris melirik Kai sekilas ketika Tao menyebut petinggi Athanatoi.
Kris mengulurkan tangan dan menangkap bahu Tao saat ia hendak berbalik menuju pintu. "Aku mohon, hanya kau yang dapat membantu kami"
Tao menggeleng pelan.
"Jadi, apakah begini caranya memperlakukan teman?" ujer Kris jengkel.
Tao tidak suka bertele-tele. Sebenarnya, hanya Kris yang menganggap Tao kenalan baik. Karena pada masanya Tao selalu membantu masa krisis Klan Dragon. Seperti kelihatannya, Tao tidak pernah menunjukan rasa ketertarikannya sama sekali mengenai pertemuannya dengan Kris selama seabad belakangan ini. Ditambah lagi Kris sering meminta bantuan dari Tao dan banyak hal yang kurang menyenangkan lainnya.
"Dengar, Wufan. Kali ini aku benar-benar tidak bisa membantumu. Ini bukan perkara kecil Kris, ini adalah hal yang mustahil, sama saja kau menyuruh kami untuk mati." ujar Tao buru-buru sambil melirik Kai.
"Dan Kau tidak peduli dengan kesenjangan kaum kita nanti?" Ekspresi tenang Kris kini lenyap; wajahnya cemas dan mulai tak yakin.
"Tidak hanya kaum kami, tapi ini akan menjadi pemusnahan Kris. Aku saja tidak pernah berduel dengan The Blink Warlock. Apalagi dia punya Shield, dan pasti masih banyak lagi kemampuan mantranya yang tidak terbatas itu. Tidak bisa kubayangkan kalau berhadapan dengannya. Dengan tanpa strategi, walau aku mengerahkan 1000 serdaduku juga tetap akan kalah,"
"Kalau di punya kemampuan perisai, kemampuan Time Control-ku pasti tidak berfungsi, kau datang pada orang yang salah," jawabnya lantang.
"Tapi bila kalian ingin menghabisi Irene dengan kemampuan itu, aku tau orang yang tepat untuk melawannya"