Chereads / The 13th Fates / Chapter 34 - 34. SHANGHAI 971

Chapter 34 - 34. SHANGHAI 971

Amber penasaran sekali dengan 13 belas pasukan terhebat sepanjang masa itu. Tapi jauh dipikiran Amber, ia sedang mengingat-ingat sesuatu. Amber menghitung jumlah The 13 Fates yang ada dibuku itu dalam hati, Amber merasa ada yang ganjil, seperti ada yang terlewatkan.

"Hanya sebelas? Aku pikir ada tiga belas"

Mula-mula Kris yang memperhatikan Amber langsung mengalihkan pandanganya ke buku itu lagi sambil menjelaskan.

"Aku menemukan buku ini berceceran. Selama berabad-abad aku mencari lembaran yang hilang di seluruh belahan dunia," jelasnya namun terdengar tidak meyakinkan. Kris seperti sedih terhadap sesuatu yang tidak bisa Amber tangkap. "dan aku tidak bisa menemukan buku aslinya?"

"Jadi ini duplikatnya?"

"Ya ini adalah duplikasi pertama dan satu-satunya, yang asli disimpan di dimensi lain...."ujar Kris menggantung, ekspresi wajah Kris langsung berubah.

"Dimensi lain?" tanya Amber penasaran ketika Kris menghentikan ceritanya begitu saja. Amber menatapnya, berjuta-juta pertanyaan tersimpan di matanya.

Bisa Amber rasakan Kris mengedit sesuatu. Kris tersenyum setelah melihat rasa penasaran yang membara di mata Amber. Ia tersenyum menatap Amber,

Kris mendekatkan wajahnya hanya berapa senti dari wajah Amber yang mengadah. Bila ada orang yang melihat pasti mereka terlihat seperti habis berciuman. Dengan hati-hati Kris bicara.

"Ya, Amber, dan...kita tidak bisa berlama-lama disini lebih dari sejam, tidak lama lagi kau pasti akan sesak nafas karena jumlah oksigen diruangan ini menipis" ajak Kris.

Suara Kris yang dalam dan intonasi sempurna membuat Amber tercengang dengan nada suaranya bukan kalimat yang Kris ucapkan.

Kris menuntun Amber keluar ruangan. Tiba - tiba Amber mengehentikan langkahnya di depan pintu. Amber teringat sesuatu tentang lukisan yang menggantung di dinding ketika baru memasuki ruangan.

Amber berjalan mundur dengan langkah dramatis. Ia mengehentikan langkahnya tepat di bawah lukisan cat minyak yang paling besar. Bingkai kayunya berbentuk persegi panjang menghiasi gambar pemandangan dalam warna-warna musim gugur yang cerah.

Lukisan itu menggambarkan pemukiman yang sarat dengan atap-atap rumah horisontal, dengan pagoda tujuh lantai di hilir bukit, terdapat sungai lebar mengaliri bagian muka dengan puncak gunung yang membayang di kejauhan.

"Shanghai tahun 971-an, kampung halamanku," ujar Kris "bisa dibilang Shanghai pada masa mudaku" tambahnya.

"Memangnya Kau lahir tahun berapa?" tanya Amber pelan.

"Aku lahir pada tahun 953, tapi saat itu perhitungan waktu belum terlalu tepat, bisa dibilang sebelum pemerintahan Dinasti Song"

Amber tak dapat menutupi keterkejutannya. Seketika Amber mengalihkan pandangan dari lukisan itu kepada Kris. Amber memperhatikan wajah Kris yang masih sangat muda, bahkan tidak ada garis usia di wajahnya

Tidak bisa dipercaya, ya memang lebih mudah bila tidak usah percaya sekalian, karena hanya akan membuatku iri saja dengan keabadian para Force. Ujar Amber dalam hati.

Amber kembali menatap lukisan itu, kampung halaman Kris. Berlatar belakang Shanghai abad 9 yang sangat menakjubkan.

Keheningan berlanjut saat ia berusaha menyimpulkan pikirannya mengenai tahun-tahun yang begitu banyak.

Amber memperhatikan lukisan selanjutnya, yang ini warnanya cukup mencolok dan meriah dibanding lukisan-lukisan lain. Dengan beragam gradasi warna menggambarkan sosok-sosok terang dalam jubah panjang dan bermahkota sedang berada di sebuah ruangan pertemuan. Ruangan itu dipenuhi tujuh orang yang sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing, beberapa ada yang sedang menulis, ada yang sedang bercengkerama dengan santai, ada yang terlihat serius, ada yang sedang membaca pada sebuah kertas, ada pula yang sedang menuang anggur ke dalam gelas emas. Meja panjang dan lebar diselimuti taplak putih bercorak emas dengan berbagai sajian buah-buahan, gelas dan teko emas.

Gambar itu berlatarkan dinding cokelat gelap yang serpertinya dari kayu dan setengah dindingnya tertutupi tirai merah. Amber memosisikan tubuhnya menghadap lukisan itu. Amber tak bisa menyimpulkan apakah gambar itu dimaksudkan bersifat biblikal.

"Apa yang sedang mereka lakukan dalam lukisan itu?" tanya Amber lantang, telunjuknya menunjuk figur-figur di kanvas itu.

"Pertemuan kontinental antara ketua masing masing Klan. Ayakhu adalah penasehat kerajaan kekasisaran Zao Zhou sekaligus ketua dari Klan Dragon"

Amber tersenyum "Memang ada berapa Klan?" tanyanya.

"Dari masing-masing bangsa dalam sejarah Force terdapat enam Klan. Dragon dari bangsa Cáijué, Sun dari bangsa Ablyz, Moon dari bangsa Ilumitare, Wanderer dari bangsa Bakht Syramu, Aries dari bangsa Hexoll dan Scorpion dari bangsa Evra"

Amber terkagu-kagum mendengar Kris menyebutkan masing-masing bangsa dengan lafal sempurna. Kris benar-benar mampu menguasai berbagai bahasa.

"Jadi Ayahmu memiliki sekte terselubung selain menjadi penasehat kerajaan?" tanya Amber setelah sadar dari kekagumannya.

"Ya, seperti itulah. Ayakhu sangat megharapakan aku akan meneruskan posisinya. Bertahun-tahun kami merahasiakannya dengan rapi dari kekerajaan"

Amber memicingkan matanya ketika melihat salah satu sosok dalam lukisan itu; lelaki kalem nan rupawan mirip dengan Kris, wajah paling kekanak-kanakan diantara orang-orang berparas bak dewa di lukisan itu, rambutnya hitam berkilau. Di lukisan itu ia sedang berbincang dengan seseorang yang mengenakan mahkota dengan lambang naga.

"Itu kau dan ayahmu?"

"Ya benar, Itu aku sebelum bertransformasi, waktu aku berumur delapan belas tahun," ungkapnya malu - malu

"Aku adalah anak tunggal dan satu-satunya yang meneruskan posisi Ayahku di Klan Dragon. Ibuku meninggal ketika melahirkanku, tidak lama setelah kematian Ibuku, beliau menikah lagi. Aku sayang sekali dengan Ibu tiriku, dia menyayangiku dengan tulus, tapi aku tidak bisa menyembunyikan perasaanku yang selalu merindukan sosok Ibu kandungku, penasaran dengan wujudnya. Ayahku bilang aku sangat mirip Ibuku"

"Oh, I'm sorry about your mother"

"Tidak apa apa" Kris tersenyum getir.

"I know it's none of my business, tapi apa yang terjadi dengan Ayahmu?" tanya Amber. Amber menoleh sedikit untuk melihat reaksi Kris. Mereka bertemu pandang dan Kris tersenyum.

"Ayahku mati karena mendapat hukuman eksekusi dari petinggi kerajaan, Kris mulai bercerita, suaranya datar "hukuman tertinggi, di tarik dengan kuda yang di ikatkan dengan gelang baja ke kepala, tangan dan kakinya hingga terpisah dari tubuhnya," Tubuh Amber mendadak kaku mendengar itu. Kris melihat reaksi Amber, tapi ia terus melanjutkannya.

"Ayahku dihukum karena telah berselingkuh dengan istri Kaisar Fang, Ibu tiriku yang tidak tahan menahan malu bunuh diri dengan loncat dari balkon. Aku malu dengan sifat Ayahku yang tidak mencerminkan seorang petinggi dari Klan Dragon,

"Ayahku mata keranjang. Aku sering melihatnya menggoda perempuan lain dibelakang Ibu tiriku. Tapi aku belum cukup dewasa untuk memahami permasalahan semacam itu. Walau begitu beliau sosok yang bertanggung jawab pada keluarga. Beliau pekerja keras dan aku sayang padanya. Beliau sering mengajakku ke pertemuan di luar pekerjaanya, seperti yang ada di lukisan itu, agar berharap suatu hari nanti aku tidak akan mengecewakan Klan Dragon sebagai generasi penerusnya," Kris menunjuk lukisan itu lagi.

"Sehari sebelum eksekusi, Ayahku mengatakan "Kau akan menjadi penggantiku, kau akan lebih hebat dariku, jangan kecewakan aku, kau akan menjadi Tracker terhebat, jaga nama baik Klan kita'. Dan tiga hari setelah kematian Ayahku, aku berubah menjadi sekarang ini. Aku menuruni kemampuan yang selama ini Ayahku sembunyikan, aku bisa terbang, cepat, insting dan nyaliku sekuat naga"

"Tapi menjelang pengangkatanku menjadi penerusnya, aku kabur. Aku menolak keadaan baruku. Aku menjadi pemberontak, khas remaja. Tapi caraku tidak biasa, aku sering pergi ke tempat pelacuran, lalu aku juga berjudi, dapat uang sedikit aku langsung mabuk-mabukan dan pergi ke tempat pelacuran.

Susah payah bertahan hidup, kelaparan tidak punya tempat tinggal. Aku merasa menjadi remaja paling tidak berguna sekota, dan aku pikir apa bedanya aku dengan Ayahku yang bisanya merusak wanita,

"Sampai suatu ketika, aku bertemu Arianee," senyuman langsung mengembang diwajah Kris.

"Dia wanita paling cantik yang pernah aku temui, dia memiliki senyuman paling indah dengan lesung pipi yang semakin membuatnya menawan. Rambut ikal cokelat tembaganya indah sekali, aku jatuh cinta padanya setiap aku melihatnya, dan aku sangat beruntung dia juga mencintaiku, bahkan aku nyaris tidak percaya. Akhirnya aku menikahinya, dan pernikahan kami masuk dalam berita di koran picisan 'Perempuan Cantik Menikahi Gelandangan Kota' itu judul beritanya,

"Ia merubah hidupku, ia menerima keadaanku yang miskin dan aneh. Tapi dia tidak menganggapku aneh dengan kemampuanku yang menjadi suatu hal yang baru untuknya, dia selalu setia menemaniku. Kami membangun gubuk kecil untuk tempat tinggal kami berdua di pinggir kota, kami berdua berusaha mencari uang untuk mencukupi kehidupan kami. Tapi aku tidak tega padanya, setiap pulang ke rumah melihat ia berpeluh keringat, bajunya kotor, tak kala tangannya terluka, dia terlalu rapuh untuk bekerja keras"

Amber tidak punya cukup kata-kata untuk menggambarkan perjuangan Kris dan istrinya.

"Akhirnya aku berkerja penuh, beruntung keadaan baruku sangat membantu. Fisik seorang Force tidak mudah lelah, dan aku dianugrahi gerakan cepat, dengan mudah pergi dari ke satu tempat ke tempat lain. Dan hal yang paling menyenangkan untukku adalah; ketika aku pulang ke rumah, melihat istriku tersenyum menyambutku dan memberikan kecupan hangat,

"Lalu suatu ketika, Cina dilanda krisis. Aku terpaksa meninggalkan Cina dan terbang ke Afrika membawa istriku"

"Kau terbang ke Afrika?"

"Ya, karena disana peluang hidup lebih baik, dengan tambang emas dan berlian yang berlimpah"

"Bukan itu, tapi maksudku, kau terbang, seperti Superman?"

"Ya, memang apa yang aku punya? Aku tidak mau tertangkap karena menjadi imigran gelap"

"Ya itu benar. Hanya saja kedengarannya lucu dalam konteks itu. Lanjutkan."

"Ternyata di Afrika pada saat itu banyak berbagai etnis hijrah kesana" Kris menunjuk kesalah satu lukisan. Amber memerhatikannya untuk melihat gambar mana yang ia maksud. Ternyata sebuah lukisan yang lebih kecil yang di bingkai kayu sederhana.

"Seperti yang terlihat dalam lukisan itu, banyak buruh Cina sedang bekerja di tambang emas Afrika Selatan bersama dengan buruh hitam dan putih. Banyak rakyat Cina telah meninggalkan tanah air mereka karena kelaparan, kerusuhan sosial dan politik. Pada saat itulah Cina menyebarkan budaya mereka di seluruh dunia dan membawaku bertemu Chen disana. Dia sudah tinggal di Afrika selama sembilan tahun, kulitnya juga tidak seputih sekarang, kulitnya agak memerah karena kulitnya terlalu sering terpapar sinar matahari, dan semenjak itulah kami bersekutu"

Amber mengamati sosok-sosok yang sedang menambang itu dengan saksama, lalu ia tersadar, seraya tertawa kaget, ia lagi-lagi mengenali salah satu pria dalam lukisan itu.

"Yang memakai celana pendek hitam itu, kau?" Amber menyentakkan jari telunjuknya ke sosok dalam lukisan itu. Kris tergelak ketika melihat Amber tertawa.

"Ya, kau boleh tertawa sekarang" katanya.

"Maaf, hanya saja itu terlihat ironis" Tak pernah terlintas dipikiran Amber, membayangkan sosok sesempurna Kris mengenakan celana pendek, kaus putih yang kotor karena noda tanah. Ditambah lagi dalam lukisan itu, Kris mengalungi handuk kecil dilehernya, mengingatkan Amber pada pedagang-pedagang gerobak.

"Ya aku rela melakukan apapun, bahkan dengan tanpa kaki sekalipun aku rela melakukan apapun demi membahagiakan istriku," Ekspresinya perlahan berganti menjadi kesedihan yang purba.

"Arianee selalu mendambakan rumah besar berwarna putih, dengan halaman yang hijau dan serambi. Agar kami bisa duduk bersama disana dengan anak dan cucu kami. Aku selalu mengidam-idamkan bocah laki - laki berlarian di dalam rumahku. Tapi ternyata kami tidak seberuntung itu. Enam puluh tahun aku bersamanya, waktu yang sangat singkat untukku. Menyakitkan bagiku menerima kenyataan, bahwa ia menua dihadapanku, rambutnya mulai memutih, geraknya yang melamban, kemudian dia jatuh sakit dan meninggalkanku selama- lamanya,

"Aku memang tidak memiliki gambarnya, tapi dia akan selalu menjadi memori paling cemerlang dalam ingatanku. Aku mencintainya melebihi apapun di dunia ini, dan rumah ini adalah persembahanku untuknya. Tapi sayangnya dia terlalu cepat meninggalkanku sebelum aku menyelesaikan rumah ini"

"Kau membuat rumah yang sangat indah, Kris. Arianee pasti bahagia disana"

"Terima kasih, Amber." balas Kris. "Dan sekarang belum ada sosok yang dapat menggantikannya. Sepertinya, selamanya akan selalu Arianee"

"Jadi, seumur hidup, Force hanya ada satu wanita dalam hidupnya?"

"Tidak juga. Hanya saja bila ada perempuan yang mengisi hatimu dan kau benar-benar jatuh cinta padanya, itu akan menjadi permanen. Lalu ada rasa tanggung jawab yang besar untuk menjaga dan membahagiakan pasanganmu". Amber memaju-mundurkan kepalanya, paham kenapa Chanyeol begitu mencintainya dan senang Chanyeol akan mencintainya selama mungkin.

"Dan Aku paham betul apa yang dirasakan Chanyeol, aku pernah bertemu dengan seorang temanku yang seorang Pirokinesis juga, Julian. Ia mempunyai Istri yang luar biasa cantik, Carrie. Carrie manusia biasa sama sepertimu...dan Arianee" Kris tersenyum sekilas setelah menyebut nama istrinya.

"Masih terbayang olehku bekas luka bakar yang merusak setengah wajahnya hingga kelengan kirinya. Walau begitu Julian tetap mencintai istrinya dengan kadar yang sama. Hanya sekali dia tidak bisa mengendalikan dirinya ketika itu, ia tidak sadar bahwa istrinya berdiri cukup dekat dengan dirinya hingga membakar 30% tubuh istrinya. Aku bisa melihat bagaimana kepedihan di mata Julian setiap kali melihat hasil perbuatanya yang tidak disengaja terhadap Carrie. Aku mengerti betul kenapa Chanyeol begitu ingin melindungimu"

Amber mengertukan dahinya, mengingat kembali kemurkaan Chanyeol waktu itu yang mungkin dapat membunuhnya. Bahwa memang ia harus menjaga jarak bila sewaktu-waktu Chanyeol tidak bisa mengendalikan dirinya lagi. Amber hanya berharap ia tidak takut menghadapi Chanyeol bila sedang meledak, walau bayangan mengerikan waktu itu masih sangat membekas diotaknya.

"Tapi ketika pasanganmu telah tiada, bukan berati tidak bisa menutup kemungkinan untuk jatuh cinta lagi" ujar Kris mengagetkan lamunannya. Kris melanjutkan pembahasan awal.

"Lalu beberapa tahun setelah kematian Arianne, Chen memutuskan untuk pergi sementrara, karena dulu dia tidak betah menetap di satu tempat sampai lebih dari satu abad. Ia mengajakku untuk ikut ke Benua Amerika, tapi aku menolak, karena aku tidak bisa meninggalkan tempat ini,

"Aku sendirian sampai beberapa dekade. Aku tidak pernah merasa begitu kesepian sampai aku butuh seorang teman untuk berinteraksi. Akhirnya aku membuka diri dengan orang biasa, tapi aku merasa tidak nyaman karena menyembunyikan jati diriku kepada mereka, rasanya seperti berjemur di pantai tapi kau menolak panasnya. Aku tak dapat mempertaruhkan identitasku,

"Akhirnya aku memutuskan kembali ke takdirku sebagai petinggi Klan Dragon, aku kembali atas nama Ayahku. Walau aku sadar sifatnya bukan yang harus dijadikan panutan, tapi dedikasinya terhadap Klan untuk melindungi seluruh Force sangat menyentuh hatiku. Lalu aku belajar berbagai bahasa dan ilmu pengetahuan; musik, tekhnik, hukum, arsitektur. Bahkan kedokteran dan aku diberikan wewenang menjadi Tracker untuk daerah asia. Suatu kehormatan bagiku, walau aku tidak tau cara kerjanya kemampuan sekunder ku itu,

"Aku menjadi nomaden selama separuh abad, ternyata hal itu membawaku menemukan Force satu per satu. Aku menolong Force baru yang bermasalah dengan pengendalian diri mereka, aku meyakinkan mereka dengan menawarkan pertolongan dan memberikan fasilitas penuh untuk mereka,

"Ternyata mereka seperti magnet bagiku, kemampuan sekunderku dapat mendeteksi keberadaan Forces, memicuku untuk menghampiri mereka. Bahkan aku bisa berlama-lama tinggal di tempat yang sama menunggu sampai calon Force itu lahir ke dunia dan ketika sudah besar dugaanku tidak salah ia menjadi Force, contohnya Sehun. Aku menunggunya lebih dari dua puluh tahun lahir, kemudian ia tumbuh dewasa sampai ia menyadari ia memiliki kemampuan dan aku memberi bantuan. Dan itu juga yang terjadi dengan Chanyeol, Baekhyun, Kyungsoo dan Kai. Itu sebabnya aku begitu lama tinggal disini,

"Setelah Chen pergi, seabad kemudian aku menemukan Luhan yang pingsan dan terluka parah dekat mayat orangtuanya" Kris bercerita dengan hati-hati kali ini.

"Aku melihat wajahnya yang tampan dan polos. Seperti ada sesuatu yang murni dan indah tergambar di wajahnya. Ia menggambarkan sosok seperti yang kuinginkan di wajah anak lelakiku bila aku mempunyai anak dengan Arianee. Akhirnya aku merawatnya. Dan kemampuan Tracker-ku ternyata membawaku ke sosok Luhan yang memenuhi sosok idaman anak laki - lakiku. Aku selalu menganggapnya seperti anakku sendiri. Walau sebenarnya aku selalu menganggap yang lain sebagai anak laki - lakiku, kecuali Chen. Walau mereka hanya menganggapku sebagai guru atau teman konsultasi yang seru atau ketua geng, biasanya Sehun menyebutku"

Amber terkekeh kemudian serius kembali.

"Kalau aku tidak bisa melihat bocah laki-laki berlarian dirumahku, dengan melihat mereka tertidur pulas sudah cukup puas untukku. Walau kadang aku sangat protektif seperti orangtua kebanyakan. Dulu aku kalut sekali bila melihat mereka bertengkar, kerena mereka tidak segan-segan mencelakakanku. Tapi Lay sangat membantuku dengan kemampuannya,

"Aku bersyukur kemampuanku menemukanku padanya di desa kecil di Cina. Dia sangat kurus ketika itu. Bekerja sebagai pemetik daun teh dan menggunakan baju yang sama setiap hari"

Kris menerawang. Amber menunggu Kris melanjutkan ceritanya, tapi ceritanya Cuma sampai disitu. Akhirnya Amber kembali memandang lukisan-lukisan lain. Ia menatap lukisan mana lagi yang menarik perhatiannya sekarang. Sebuah lukisan yang satu itu tidak terlalu mencolok dibanding lukisan-lukisan yang lebih besar dan cerah; dilukis dengan gradasi warna sepia. Menggambarkan sosok yang tidak asing baginya, tapi karena takut salah akhirnya Amber bertanya.

"Apa itu Suho?"

"Ya"

"Kenapa dia memakai baju kerajaan"

"Chanyeol tidak cerita padamu?" tanyanya dengan aksen tempo dulu yang lembut.

"Aku rasa ia melewatkan yang satu itu"

"Suho adalah cucu pertama Kekaisaran Korea yang terakhir"

"Kalau tidak salah, di sejarah mengatakan kalau dia sudah mati karena di racuni kemudian mayatnya di buang ke laut"

"Tidak, tapi dia di buang ketika dia masih sekarat"

Amber terkesiap "Lalu waktu itu dia bersembunyi dimana?"

"Dia tinggal di Ghansali, sebuah desa kecil di daerah pegunungan Himalaya. Dia menetap disana selama 10 tahun, lalu dia pindah lagi ke desa terpencil lainnya di Nepal, dan setelah dua puluh tujuh tahun berpindah kesana kemari. Akhirnya aku menemukannya diperbatasan Korea dan Rusia. Suho sangat mandiri, dia tidak pernah mengeluh dengan keanehannya, dia malah bersyukur telah diberi kehidupan panjang."

"Apa tidak ada yang mencarinya?" tanya Amber penasaran.

"Dia sudah dinyatakan wafat, you can google-it" jawab Kris.

"Apa tidak ada yang mengenalinya selama ini?"

"Itu pertanyaan yang sangat mudah, dengan memanupulasi DNA, sidik jari, retina, dan suara. Bukan hanya dia tapi seluruh Forces. Kita selalu mengganti identitas kita setiap tiga puluh tahun sekali, jadi kami tidak akan terlacak dengan identitas yang sama oleh akses digital" Suaranya sangat pelan mengatakan itu; Amber sampai harus benar-benar berkonsentrasi untuk menangkap kata-katanya.

Ambet takjub mendengarkan penjelasan Kris yang terdengar luar biasa, Amber masih tidak percaya dengan apa yang terjadi disekitarnya. Bahwa ternyata ada banyak sekali Force yang menyamar, memenuhi bumi ini dan segala makluk mitos lain.

Walau ia tidak pernah melihat wujud vampir, warewolf dan peri secara langsung dan hanya lewat cerita Kris dan Chanyeol. Tapi menurut mereka makhluk-makhluk mitos itu bukan lagi sekedar mitos. Ternyata dunia ini sangat luas untuk dikulik. Bahkan sudah ribuan tahun tidak ada yang menyadari hal ini sama sekali

Amber bisa menyimpulkan bahwa; di balik mansion putih besar jauh di pelosok hutan, di tepi sungai, rumah impian istrinya. Ia menyimpan koleksi lukisan yang menggambarkan sejarah pribadinya. Kehidupan Kris di Cina.

Dalam ruangan perpustakaan pribadi milik Kris yang melebihi perpustakaan kota, sekaligus ruangan nostalgianya. Walaupun lukisan itu sudah berabad-abad usianya, Kris-si Prajurit Abadi yang lebih terlihat seperti model-tetap tak berubah. Wajahnya yang begitu tampan, selamanya tidak akan pernah berubah. Wajah yang di impikan banyak perempuan bahkan gadis kecil manapun ingin mendapatkan laki-laki berparas tampan seperti wajahnya bila sudah besar nanti.

Amber sangat mengagumi sosok Kris dan kehalusan budi bahasanya. Amber tidak pernah bisa menirukan cara bicaranya yang mengalun serta artikulasinya yang sempurna dan formal. Kemampuan yang hanya bisa dipelajari pada abad lalu.

"Ada yang ingin kau tanyakan lagi?" Kris bertanya dengan suara menyenangkan.

Amber menggeleng-geleng kepala lamban karena ia mulai merasakan sesak. Oksigen yang ia hirup terasa terbatas, padahal Amber merasa telah mengirup udara yang dapat memenuhi paru-parunya. Tapi yang ia rasakan udara yang memasuki paru-parunya hanya sedikit. Kris yang melihat Amber mulai megap-megap akhirnya menarik Amber keluar sebelum ia pingsan.

Mereka menuruni tangga bersama-sama. Kris berhenti diujung lorong dan menyuruh Amber makan malam duluan, karena ingin mengambil sesuatu yang tertinggal.

"Oh, ternyata disitu kau rupanya. Kemana saja kau? Aku mencarimu keseluruh rumah" seru Chanyeol sambil merengkuh wajah Amber.

"Aku tadi ke perpustakaan, Aku penasaran dengan perpustakaan milik Kris, disana besar sekali dan banyak buku-buku tua"

"Wow, aku saja tidak pernah kesana, Kris tidak suka ada yang menginjakkan kaki ke ruangan itu"

"Oh aku beruntung sekali kalau begitu, dia mengizinkan aku untuk melihat-lihat"

"Kelihatannya kau semakin akrab dengannya"

"Ya walau cara bicaranya kuno tapi dia menyenangkan juga"

Chanyeol tertawa, lalu merangkul pinggang Amber.