Chereads / The 13th Fates / Chapter 38 - 38. THE BLINK WARLOCK

Chapter 38 - 38. THE BLINK WARLOCK

Setelah acara selesai Kris, Chen, Xiumin, dan Luhan berkumpul di ruang kerja Kris.

"Dia Shield...dia Shield" sedari tadi Kris hanya mengatakan kata-kata itu. Kris mundar-mandir di depan meja kerjanya.

"Sudah aku duga, walau aku tidak memiliki kemampuan telepatiku, tapi aku adalah orang yang intuitif, dan perasaanku tidak pernah salah bahwa ada yang tidak beres dengannya" terka Luhan agak kesal.

"Lalu, apa yang harus kita lakukan Kris?" tanya Xiumin mendesak khawatir.

"Menilai Lay juga terlihat menyukainya, bisa di lihat bagaimana Lay ingin selalu berada disisinya" imbuh Luhan.

"Aku pikir Lay bisa diperingatkan soal ini" tuntut Xiumin.

"Sebentar, Kris. Apa menurutmu kedatanganya aneh?" Chen bertanya, suaranya waspada.

Kris mengerutkan kening bingung. "Aku sedang memikirkan kemungkinan tersebut, Chen"

"Ya, dia seperti memiliki semacam pola, dia seperti sudah mengawasi kami dengan manfaatkan lubang-lubang diantara kami. Ingat ketika dia datang? Dia datang ketika Kau dan Luhan sedang tidak berada dirumah, itu artinya dia tau bahwa secara tidak langsung kami tidak dalam perlindungan pikiran Luhan, kemudian ia masuk dalam skenarionya sendiri"

Kris cuma menggeleng, pikiranya berkelana lebih jauh ketika mempertimbangkan teori Chen.

"Begini maksudku, dia membuat situsasi seolah-olah dia nyaris di perkosa, dan mengarang cerita yang menurutku agak aneh, terlalu ganjil hingga ia berlari sampai kesekitar sini. Dia telah menemukan celah, ia tau Luhan sedang tidak ada dirumah. Karena bila tidak, pikiran orang-orang itu tidak akan aman, dari serangan telepati Luhan, dan saat itu juga Lay masuk dalam perangkapnya."

Chen menjelaskan teorinya secara terperinci. Luhan dan Xiumin kelihatan tertarik sekaligus khawatir dengan teori yang Chen berikan. Selama ini tidak ada sesuatu atau seseorangpun yang merengsek masuk dan berniat mencelakai para Force. Kris hanya berdiri gelisah, matanya sedikit tidak fokus.

"Dia sudah mempelajari situasi ini, Kris" Chen menambahkan.

Kris tidak mudah dibuat kaget. Tapi kali ini ketika mendengarkan teori Chen tubuhnya langsung membeku, ia tertegun lama sekali.

"Kau seharusnya lebih tau dari kami semua, Kris," Luhan mengingatkan kembali Kris dengan gelisah.

Tiba-tiba mata Kris membelalak tak percaya "Astaga," katanya terperangah.

"Benar. Ia telah melakukannya dengan cukup hati-hati, ia memilih Lay karena dia tau, Lay tidak memiliki anomali seperti Force kebanyakan. Kurasa, dia memang sengaja memanfaatkan celah-celah itu. Tapi kenapa aku tidak bisa melacaknya. Aku pikir dia telah merusak kemampuan Trackerku juga. Kalau dia True Force pasti aku sudah menantinya, tapi dia malah datang begitu saja seperti menyerahkan diri" Kris menjelaskan dengan suara pelan.

"Sudah jelas, pasti ada sesuatu yang dia incar disini" terka Xiumin.

Kris mengangguk, memahami pernyataan Xiumin "Aku akan mencari tahu. Namun yang aku khawatirkan adalah, apakah setelah mendapatkan apa yang dia cari, dia langsung menjauh atau bahkan malah mencelakakan salah satu dari kita?"

"Tunggu, tunggu, tunggu, Kris."sergah Chen.

"Apa katamu tadi? 'Kalau dia True Force pasti aku sudah menantinya'? Kemampuan Shiled hanya dimiliki True Force, Kris. Bagaimana bisa kau tidak bisa menemukannya. Walaupun cara kerja kemampuannya adalah mematikan atau melindungi kemampuan pada jarak tertentu. Kemampuan kami tetap normal ketika kita menjauh darinya. Itu tandanya kau masih bisa melacaknya walau ia jauh, kau pasti sudah bisa merasakannya ketika ia berada negara ini, bahkan ketika dia belum menjadi Force"

Kris seperti tersentak karena baru menyadarinya "Bodohnya aku. Sudah jelas hanya seorang Dark Force turunan Black Witch yang tak dapat aku lacak, karena filthy blood mereka mengacaubalaukan Tracker-ku"

"Tapi Black Witch mana yang dapat memakai kekuatan sebesar itu, menjadi Shield?" tanya Luhan.

Chen memandangi Kris dengan sorot tak percaya "Maksudmu seperti The Blink Warlock?"

"Bukankan The Blink Warlock sudah mati beribu-ribu tahun yang lalu?" terka Xiumin. Kris melirik Xiumin sekilas dengan sorot was-was.

"Sebenarnya, belum ada bukti otentik soal itu, Xiumin. The Blink Warlock diterangkan mati karena egoannya sendiri, hanya itu" Kris menjelaskan.

Beberapa saat mereka terdiam. Chen memikirkan dalang dari semua ini.

"Sebaiknya aku bicara dengannya langsung, dan jangan sampai hal ini bocor ke Forces lain. Kita harus saling melindungi" kata Kris, tiba-tiba panik memandang sekeliling ruangan.

Chen terfokus pada sesuatu, alisnya bertauatan seperti berusaha memecahkan soal matematika yang rumit diluar kepalanya. Mendadak ekspresi Chen berubah.

"Kalian tau kemana istri Heechul pergi? Apakah kalian tau nama asli istri Master of Evil" pertanyaan Chen menghentikan mereka diambang pintu.

"Apakah aku melewatkan sesuatu?" tanya Kris balik.

"Perempuan satu-satunya yang dapat menirukan kemampuan hanya The Blink Warlock. Bukankah dia mirip seperti yang di diskripsikan? Cantik luar biasa, berambut pirang dan mereka sama-sama menghilang di era tergulingnya tahta Dark Evra. Aku pikir dia istrinya Heechul yang menghilang dengan misterius. Aku yakin dia The Blink Warlock, Irene adalah istrinya Heechul yang tidak pernah ditemukan sampai saat ini"

Kris mengerutkan alisnya kebingungan "Kenapa kau begitu yakin?"

"Kris, aku hidup lebih lama darimu, aku adalah saksi sejarah pada masa itu dan membawanya padamu. Aku melihat Irene mendekati ciri-ciri dari istrinya Heechul yang pernah di ceritakan oleh beberapa saksi, hanya saja ia mewarnai rambutnya seperti sekarang,"

"Aku sempat menghitung tanggalan pada tahun 2000 sebelum masehi ketika bulan pada hari ke empat belas di bulan September bulan berada pada posisi 180°. Pada posisi itu, Bulan dalam fase bulan penuh. Jaman itu hari hanya berjumlah 361 dan kalau di hitung dengan tanggalan matahari. Berarti hari ke empat belas itu tepat pada hari ini, lalu ditambah 4 hari, berarti tepat pada tanggal 22 September besok adalah dimana Gerhana Supermoon, Gerhana matahari dan Gerhana Midnight Sun terjadi di berbagai belahan bumi"

Mata Xiumin yang sipit mendadak membelalak ketika mendengar itu "Super Eclipse, aku kira itu hanya lagenda".

"Tidak, dan tanggal 22 September nanti adalah hari dimana keadaan bulan dan matahari bersatu, simbol paling kuat menurut kepercayaan bangsa Hexoll. Hanya 2000 tahun sekali Kris dan dia kembali dengan kedatangan yang tidak biasa"

Kris mengingat kembali buku Athanatoi pada halaman The 13th Fates. Mengingat lambang bangsa Hexoll lingkaran biru dan merah dengan lambang dua macan kumbang, dan tiga tangkai bunga fresia yang meliputi cristal hexagonal ditengahnya pada gambar The Blink Warlock. Seketika Kris terkesiap sangat keras.

"Aku baru ingat simbol bangsa Hexoll didominasi warna biru dan merah, dan Irene sangat memujai warna itu"

"Ini bukan dari sekedar kebetulan, Kris. Tidak salah lagi, ia pasti mengincar salah satu dari kita" sergah Chen mengingatkan.

Kris tidak memerhatikan diskusi itu. Seluruh perhatiannya tercurah pada gambaran yang perlahan-lahan mulai menyatu dalam benaknya. Bahwa Irene berbahaya.

"Kita harus menyingkirkannya malam ini juga. Apapun keinginannya jangan biarkan dia menyentuh salah satu dari kita" desak Kris.

"Dengan tanpa kemampuan sejati kami? Kita tetap kalah tanding, Kris. Dan ingat, dia sudah mempelajari situasi kami. Dia terlatih, Kris"

"The 13th Fates, " ujar Luhan lambat-lambat.

Kris nyaris tenggelam dengan kalimat-kalimat yang Chen dan Luhan lontarkan 'Dia terlatih', 'The 13th Fates'. Kris belum dapat membayangan, berhadapan dengan salah satu The 13th Fates yang paling hebat. Hal tersebut tidak pernah terlintas oleh Kris, bahwa hari itu segera datang. Untuk pertama kali sejak menjadi makhluk abadi, Kris ketakutan. Kris membatu, dan sangat tegang. Kris tak berkedip sedikit pun, wajahnya tampak benar-benar kosong. Hanya rahangnya mengeras dengan ekspresi ngeri.

"Kris kita harus memiliki perhitungan, setidaknya mencari tahu siapa yang ia inginkan?" Luhan memberikan saran.

"Apa yang sebenarmya klan Aries inginkan?" Tanya Kris nyaris tanpa nada.

"Tidak salah lagi, dia pasti mengincar Chanyeol" Chen mengeluarkan suara seperti orang jijik, Chen merasa jijik bukan tidak suka membayangkan Irene mengincar Chanyeol, tapi membayangkan betapa liciknya Irene untuk mencapai keinginanannya.

"Tunggu, memang apa istimewanya Chanyeol kalau dia memang menginginkannya" tanya Xiumin bingung,

"Sepertinya dia sudah mendengar beritanya, bahwa Dark Phoenix telah lahir. The Blink Warlock selalu mengincar yang terhebat pada kelasnya" imbuh Chen dingin sambil menatap keras Kris.

"Kalau memang itu yang ia inginkan" ujar Luhan dari sela-sela rahangnya yang terkatup rapat, nyaris tercekat "Kita harus melindunginya"

"Kita bisa menghentikannya?" tanya Xiumin.

"Entahlah, dia sudah hampir mendapatkan apa yang dia inginkan" jawab Chen datar.

Kris masih berpikir, masih mencari jalan, untuk mengetahui apa yang mungkin bakal terjadi.

***

Kris mengitari ruangan mencari keberadaan Irene dan Forces lain.

"Ada apa Kris?" tanya Baekhyun ketika tidak sengaja melintas di depan lorong.

"Tidak ada apa-apa Baekhyun, aku hanya ingin mengumpulkan Forces untuk berkumpul di ruang simulasi. Kau bisa kesana duluan, Xiumin menunggu kalian" Kris mengusap-usap pundak Baekhyun, ada sedikit sorot was-was yang berusaha disembunyikan dimatanya, dan Baekhyun mengenali itu.

"Aku tau ada sesuatu, Kris. Walau aku baru mengenalmu beberapa tahun, tapi aku cukup memahami perubahan sikapmu yang tidak biasa, aku bisa melihatnya dari matamu, ada sesuatu yang sedang kau sembunyikan" tuntut Baekhyun sambil menelengkan kepala, berharap menemukan secuil jawaban disana.

Kris memandangi Baekhyun, tak tahu harus mulai dari mana. Tidak yakin apa penjelasannya nanti akan membuatnya panik.

"Ada yang tidak beres dengan Irene, sepertinya ia mengincar Chanyeol" ujar Kris seperlunya.

"Mengincar? Oke, kata itu sangat luas. Dalam artian mengincar Chanyeol seperti apa? Mengincar seperti membahayakan hidupnya?" tanya Baekhyun tidak sabaran.

"Kita akan mencari tahu terlebih dahulu, tapi aku bisa menjamin semua akan baik-baik saja, lebih baik kau lekas ke Xiumin" dari jawaban Kris yang tersendat-sendat hendak meninggalkan Baekhyun, hal tersebut membuat Baekhyun gemas.

"Tidak. Apa yang kau sembunyikan itu akan membahayakan sahabatku, aku tidak akan tinggal diam. Katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi" Baekhyun menahan langkah Kris. Kris memejakan mata, menghela nafas berat.

"Aku curiga dia akan mencelakakan Chanyeol. Irene salah satu Force yang di kawatirkan akan membahayakan kehidupan Force lain bahkan keseimbangan mahkluk di muka bumi. Tapi aku belum bisa memastikan ini lebih jauh," wajah Kris terlihat getir, kentara sekali bahwa hal buruk akan segera terjadi dalam hitungan detik.

"Mencelakakannya untuk apa?" tanya Baekhyun tercekat.

"Itu yang ingin aku cari tau. Tapi aku harap sebelum ia bertindak, kita harus segera menyingkirkan Irene"

"Menyingkirkan apa, Kris?" ujar Lay dari balik tubuhnya. "Ada apa ini? Katakan padaku?"

Kris terkejut seperti di kageti dari belakang. Dengan terpaksa Kris menjelaskan apa adanya tentang apa yang terjadi. Awalnya Lay tidak percaya dan tidak menerima tuduhan Kris pada Irene. Tapi Kris menyakinkannya dengan keras sampai akhirnya Lay percaya.

"Kalau kau ingin melindungi Chanyeol, jangan mengambil keputusan sendiri, Kris. Kita bersama-sama akan melindunginya. Aku tidak akan membiarkan perempuan itu menyakiti sahabatku" ujar Baekhyun meyakinkan.

"Kau tidak mengerti Baekhyun, dia salah satu ke 13 prajurit terhebat dalam sejarah Force, dia sangat terlatih" Kris menjelaskan nyaris putus asa.

"Kris, aku takkan menyerah begitu saja tanpa melawan," Baekhyun meyakinkan pelan.

Kris mengangguk, menghela nafas berusaha menenangkan dirinya sendiri.

"Apa Amber masih disini?" tanya Kris sambil menggosok-gosok tengkuknya.

"Ya" singkat Baekhyun.

"Sial, situasi yang sangat sempurna. Suruh Kai membawanya pulang" perintah Kris buru-buru dengan wajah mengeras.

"Kai sudah pulang dengan motornya." jawab Baekhyun lambat-lambat.

Kris menghembuskan nafas keras-keras. "Kalau kita suruh Kai kembalipun, dia tidak akan mencapai reservasi secepat yang kita harapkan, Irene memiliki shield dalam jarak ratusan meter"

Kris memijit-mijit keningnya dengan sikap kawatir. Kris tidak pernah sepanik itu.

"Suruh semuanya berkumpul di ruang simulasi dan jangan ada yang mendekati Irene, mengerti!" perintah Kris pada Baekhyun dengan tidak sabar.

Luhan, Lay, Chen dan Kris melangkah dengan tak sabar menghampiri Irene di ruang utama yang sedang merapikan lilin dimeja.

"The Blink Warlock" panggil Kris dengan suara menggelegar.

Irene membalikan tubuhnya, ia seperti melepaskan topeng martir terbaiknya selama ini dari wajahnya. Ia menyeringai sambil bertepuk tangan dengan ekspresi antusias dan keterkejutan yang dibuat-buat.

"Wah..wah..wah.. menakjubkan!" Irene tertawa-suaranya ceria seperti celotehan bayi. "Sungguh, aku terkesan,"

"Cepat juga cara kerja pikir kalian, walau tanpa kemampuan kalian yang berharga itu. Ternyata aku telah salah menilai kalian. Aku pikir kalian akan menjadi manusia bodoh tanpa kemampuan yang kalian miliki. Tapi tidak ada hasil yang sia-sia, aku akan tetap mengambil apa yang aku usahakan. Dan aku bisa saja mengahabisi kalian tanpa berkeringat, mau lihat?" ancam Irene sambil menengadahkan tangan kirinya.

Tiba-tiba saja Chen terpental sedetik setelah nada Irene yang mengancam terdengar. Kejadiannya begitu cepat ketika Irene mendorong tubuh Chen dengan kekuatan telekenesisnya, tubuh Chen menubruk Luhan hingga tersungkur. Irene menatap Kris keji. Lalu dengan telekenesisnya mengangkat tinggi-tinggi tubuh Kris dan menyeringai. Refleks Lay mundur selangkah.

Suara bising itu menarik perhatian Forces lain keluar dari ruang simulasi.

"Kris" pekik mereka ketika melihat tubuh Kris melayang-layang di ruangan itu, mereka tetap menjaga jarak aman dari Irene. Beberapa Force menolong Chen dan Luhan yang tersungkur.

Irene memiringkan kepalanya dan mendecak. "Kau benar-benar melindungi tentara kecilmu ya, Kris"

"Jangan coba-coba kau menyakiti mereka" geram Kris tercekat.

Irene mencebik "Oh.. Kris.. bukan itu tujuanku kesini." kata Irene dengan nada menenangkan. Hanya sebelah tangannya terkepal erat.

"Pegang janjiku," lanjutnya "setelah ini aku akan pergi, tentu tanpa meninggalkan hadiahku" Irene menatap Chanyeol dengan sikap sangat tertarik.

Amber mengkeret menempel pada Chanyeol. Tangan Amber makin kencang mencengkram lengan Chanyeol. Chanyeol menggosok-gosok tangan Amber di lenganya dengan sikap menenangkan.

"Tidak! Kau tidak akan mendapatkan apapun dari kami" Sergah Kris, ucapannya membuat Irene kesal, seketika itu juga tubuh Kris terpental di udara dan jatuh tepat diatas Grand piano, hingga mematahkan kaki piano.

Kris tak bergerak beberapa saat. Lay dan Kyungsoo menolong Kris yang berusaha bangkit. Reflek Chanyeol langsung memeluk pinggang Amber. Amber melirik dari balik tubuh Baekhyun untuk melihat Kris yang tergolek lemah.

"Oops, maaf aku menjatuhkannya" Irene menutup mulutnya belagak lugu.

"Dasar perempuan sialan" pekik Chen.

Irene membungkam Chen dengan tatapan dingin "Jangan main-main denganku" suaranya kini terdengar sinis.

Irene melenggang menghampiri Chanyeol. Chanyeol semakin mempererat pelukannya dengan sikap cemas, memiringkan tubuhnya sedemikian rupa hingga nyaris mendekap tubuh Amber ke dadanya. Irene memasang mimik tenang untuk meyakinkan Chanyeol. Namun tatapannya kelewat aneh. Matanya memesona dengan cara yang ganjil dan tidak menyenangkan, terlalu asing dan menakutkan. Kemudian Irene menatap lengan Chanyeol yang melingkari pinggang Amber lalu menatap Amber bosan.

"Ayo Chanyeol," Irene mengulurkan tangan.

Irene menunggu Chanyeol. Chanyeol menatapanya jijik. Rasa percaya diri Irene mulai goyah, mula-mula menjadi frustasi, kemudian wajah itu tenang kembali, membentuk topeng ramah.

"Jangan mempersulit keinginanku." Irene menggerak-gerakan jarinya dengan sikap mengajak." Ayo Chanyeol, jangan sampai kau memaksaku menyakiti temanmu satu-persatu. Aku tidak suka kekerasan"

Chanyeol mendengus keras. "Katakan itu pada nisanku" geram Chanyeol.

Irene menyeringai seperti kesetanan. Lalu menarik Amber paksa dengan telekenesisnya.

"Bagaimana kalau, katakan itu pada nisan pacarmu" ancam Irene menatap garang.

Chanyeol tidak melihat dari mana asal pisau di tangan Irene. Kini Irene menempelkan belati itu di leher Amber. Bisa Amber rasakan dinginnya mata pisau belati itu menyentuh kulit lehernya. Bergerak sedikit saja, belati itu akan menyayat lehernya.

"Amber!" pekik Chanyeol nyaris menerjang Irene.

Matanya berkilat jahat "Kita lihat, berapa besar cintanya padamu" Irene berbisik ke telinga Amber.

Lengan Baekhyun dan Chen langsung menahan Chanyeol.

"Lepaskan!" geram Chanyeol kepada Chen dan Baekhyun "Aku akan membunuhmu jika kau menyakitinya" ancam Chanyeol.

Senyuman miring aneh dan kejam mengembang diwajah Irene.

"Yang benar? Memangnya kau bisa mengalahkanku dengan kondisi Homosapiens?" Irene menelengkan kepala seraya merendahkan.

"Ah, Kalian tidak mendengarkan, ya?" lanjutnya "Biar aku ulangi kembali kata-kataku, aku bisa mengahabisi kalian tanpa berkeringat," ujarnya lambat-lambat.

"Irene lepaskan dia, dia hanya manusia biasa, dia tak terlibat apapun" ucap Chen tegas.

"Oh..tapi manusia yang satu ini tampaknya sangat berharga untuknya. Aku butuh jaminan"

"Lepaskan dia, aku mohon" Chanyeol merengek padanya. Irene tersenyum ganas.

"Oke, oke..Aku ingin melakukan pertukaran, aku akan melepaskannya, kalau kau ikut denganku" jari kurusnya menunjuk Chanyeol. Chanyeol mengejang, detak jantungnya makin tidak stabil.

"Kau hadapi dulu aku bila kau menginginkanya" tantang Baekhyun wajahnya mengeras.

"Jangan, Baekhyun!" bentak Chanyeol agar ia menarik kata-katanya.

Tawa Irene meledak seperti maniak lalu mendesah bosan "Memangnya kau bisa apa, Light?"

"Aku memang tidak berdaya melawanmu. Tapi kau tidak memiliki apa yang kami punya" ujar Baekhyun tajam.

Irene mengangkat alisnya yang indah sambil menelengkan kepala kemudian tertawa sinis.

"Apa? Apa yang kau punya? Katakan padaku"

"Teman," jawab Baekhyun enteng "Kau tidak memiliki seseorang yang dapat mengendalikanmu, kau tidak memiliki seseorang yang mencintaimu dan merubah hatimu yang keras dan hitam itu"

Ekspresi Irene langsung berubah, wajahnya mengeras nafasnya mulai memburu.

Ia mengeluarkan asap keemasan dari jari-jarinya yang lentik. Asap itu meliuk-liuk meliputi Baekhyun begitu terang dan menghipnotis. Seketika Baekhyun terjatuh ke lantai. Tak ada yang menyentuhnya, tapi ia tergeletak di lantai, menggeliat-geliat memekik kesakitan. Teriakannya begitu pilu, seolah-olah ada orang yang mengulitinya. Area sekitar matanya mulai menghitam ditutupi urat halus yang menghitam, hingga menjalar ke leher. Chanyeol nyeri melihat sahabatnya disiksa.

"Kita lihat apa teman-temanmu bisa membantumu" Irene menyeringai penuh harap. sementara itu Force menegang menyaksikan Baekhyun di siksa dengan cara keji seperti itu.

"Hentikan!" pekik Chanyeol. Matanya memandang Baekhyun dengan penuh ketakutan.

Baekhyun semakin menjerit kesakitan, urat hitam diwajahnya semakin menutupi alir wajahnya yang menjalar keseluruh tubuhnya.

"Irene, hentikan!" kini Chen memohon untuk menghentikan penyiksaan yang ia berikan pada Baekhyun, wajah Baekhyun semakin gelap dan mengejang kaku.

"Sepertinya pengorbanan sahabatmu kurang memotivasimu, Chanyeol. Bagaimana kalau ini" Mata Irene menatap Amber yang ketakutan dengan sorot kepuasan yang keji. Irene menekan ujung mata pisau itu ke leher Amber.

Chanyeol semakin di liputi rasa ngeri melihat tindakan Irene seperti itu, serasa perut ditendang hingga membuat nyeri dan bergetar.

"HENTIKAN! HENTIKAN! HENTIKAN!" Chanyeol menjerit suara beratnya bergema, ia melompat ke depan mendekati Irene. Kepalanya serasa mau pecah karena tidak sanggup melihat kekasihnya disakiti. Irene langsung menjauhkan pisaunya dari leher Amber.

"Bawa aku, bawa aku. Lepaskan dia dan hentikan penyiksaanmu pada sahabatku" saat itu juga Baekhyun berhenti menggeliat-geliat. Wajahnya kembali seperti semula, matanya berusaha melihat ke sekelilingnya dan nafasnya tersengal-sengal. Irene tersenyum puas pada Chanyeol.

"Kemari, datanglah padaku dulu" jari-jari Irene yang lentik mengajak Chanyeol dengan gemas.

Chanyeol menarik napas dalam-dalam kemudian mengangguk satu kali. Saat Irene berbicara Baekhyun duduk, lalu berdiri dengan tangkas.

Chen menyambar lengan Chanyeol, memeganginya kuat-kuat. "Jangan!" ia mengingatkan.

Chanyeol menepisnnya "Tidak ada pilihan lain,". Ucap Chanyeol pelan sekali pada Chen, mustahil yang lain bisa dengar.

Chen mengangguk sekali untuk memberikan isyarat bahwa dia akan berusaha sekuat tenaga mencari cara untuk melawan Irene.

Chanyeol berjalan ke arahnya dan berdiri tak jauh dari sisinya. Chanyeol menunduk menatap Amber dengan ekspresi tersiksa. Irene mendorong keras tubuh Amber, beruntung Luhan dengan sigap menangkap tubuh Amber dipelukanya.

"Sampai jumpa lagi, payah" kata Irene, matanya cemerlang saat ia memandang ke arah Forces. Lalu tersenyum sinis pada Chen. Chen membalas tatapannya dengan garang.

Irene mengeluarkan batu kristal hitam runcing, melemparkannya kehadapannya untuk melakukan teleport. Seketika itu juga, kemampuan para force kembali normal.