Amber melihat Kai dan Chanyeol menunggu di kaki tangga.
"Do I look ok?" Siapa pun bisa mendengar nada berharap dalam suara Amber.
Semua mata tertuju padanya, bahkan Sehun sorot matanya yang kritis berbinar-binar dengan perasaan takjub. Amber masih menunggu jawaban.
"Beautiful" puji Chanyeol dan Kai nyaris bersamaan.
"Right, right. That's a good note" balas Amber malu-malu.
Kai fokus menatap lekuk tubuh Amber "Amber-wow, Kau lumayan seksi, maksudku dengan gundukan itu..." Chanyeol mengerling mendengar komentar Kai.
Amber menyikut dada Kai. Ia pura-pura mengerang kesakitan. Amber memalingkan tubuhnya menghadap Chanyeol kali ini.
Chanyeol membelai wajah Amber "Oh, Sayang, kau cantik sekali! Kau, sempurna" otomatis tangan Chanyeol memeluk pinggang Amber, bahkan mendekapnya lebih erat, sebagai sikap protektif. Khawatir Kai akan menyentuhnya lebih dari yang Chanyeol harapkan.
Bibir Amber berkedut-kedut. "Thanks"
"Sudah aku bilang, kau pasti cantik tapi kau tidak percaya diri" seru Irene.
"Ya, Irene. Terima kasih telah memermakku habis-habisan,".
"Tidak habis-habisan kok, aku mendandanimu sesuai dengan kepribadianmu,"
"Kau, penolongku" puji Amber.
"Wah, Amber!" pekik Baekhyun sambil berlalu melewati orang-orang "Ternyata kau cantik ya, aku baru sadar, kau luar biasa cuantik. Kalau kau seperti ini dari SMA, aku pasti akan mengencanimu juga" seru Baekhyun dengan nada yang terdengar nyaris syok. Chanyeol yang mendengar itu langsung memukul lengan Baekhyun.
"Ternyata kau benar-benar cocok, aku sampai kaget melihatnya" hidung Chen kembang kempis mengatakan itu karena kagum.
"Yeah, dan aku juga tidak percaya ternyata aku menyukai blus ini, walau sebenarnya sempit, aku kawatir akan merobeknya"
"Bukan sempit, Amber. Desainnya memang ngepas dibadan" Irene mengoreksi.
"Amber, sepertinya kau harus sering-sering mengenakan baju seperti itu, kelihatanya Chanyeol sangat menyukainya" Baekhyun menyarankan.
"Aku akan senang hati mendandaninya" seru Irene.
"Aku takkan bertamu lagi kalau kau berencana memperlakukanku seperti Barbie percobaan,"
"Kau selalu sempurna dimataku bagaimanapun penampilanmu," bisik Chanyeol lembut.
"Wow, itu sangat gombal, Chanyeol" seru Baekhyun meledek.
Kai meletakkan tangannya di bawah dagu Amber, mendongakkan wajah Amber hendak mengatakan sesuatu. Kaget juga Amber tiba-tiba Kai merengkuh dagunya.
Chanyeol menyentakkan tangan Kai di dagu Amber, "Jaga tanganmu baik-baik, Kai," tegurnya.
"Oke, Jangan sentuh.." bentak Kai dan menatap Chanyeol tajam sambil jalan menjauhi mereka berdua.
Chanyeol masih menatapnya garang. Pembawaan Chanyeol biasa-biasa saja, tapi otot-otot dagunya mulai mengeras.
"Aku tidak akan menghajarmu sekarang, karena itu akan merusak pesta yang kau persembahkan padanya" Chanyeol berusaha mempertahankan nada suaranya agar biasa-biasa saja, tapi karena suara beratnya membuat kata-katanya terdengar lebih mengancam.
Kai memalingkan wajahnya sedikit untuk melontarkan seringainya, lalu menoleh kembali pada Chanyeol "Aku tidak akan simpati melihatmu tidak berdaya untuk membahagiakannya. Setidaknya kini, aku memang dapat memberikan apapun padanya, kan?
Chanyeol langsung naik pitam, jelas hal tersebut sebuah penghinaan.
"Cukup, Kai! Hentikan ocehanmu, brengsek! Ini masih ulang tahunku, kan? Aku tidak mau ada perkelahian, mengerti!" pekik Amber pada Kai sambil menggenggam erat tangan Chanyeol.
"How about we just eat the cake" Sahut Baekhyun berusaha memecah ketegangan.
Amber menarik dan meremas tangan Chanyeol agar menyudahi pertikaian. Lalu menoleh sekilas pada Kai sambil menggeleng samar.
"Kalau saja dia tidak memiliki perasaan padamu, Amber" gerutu Chanyeol pada Amber.
"Oh aku mendengarnya, jadi secara tidak langsung kau sudah mengaku kalah, hm" ujar Kai ketus.
Chanyeol melepaskan genggaman tangan Amber dan menghampiri Kai. Kai memasang ekspresi waspada dan bersemangat.
Chen, Xiumin yang berdiri dekat meja langsung maju. Seakan-akan mendeteksi adanya bahaya. Kyungsoo dan Baekhyun menggeser tubuhnya tepat dihadapan Amber, seperti melindunginya. Amber memikirkan situasi itu. Secara langsung yang bisa ia tangkap adalah bahwa Chanyeol-lah bahaya itu. Amber mengingat-ingat kembali perkataannya Chanyeol waktu itu. Bahwa kapan saja ia bisa meledak dan berubah menjadi monster.
Kyungsoo dan Baekhyun sengaja mengahalangi Amber agar tetap dalam jarak aman bila sewaktu-waktu Chanyeol meledak. Tapi kenapa yang lain tidak mencegah pertikaian mereka? Kris maju lebih mendekat, matanya hanya tampak sedikit was-was, di ikuti Chen dan Xiumin membentuk formasi segitiga belakang Kris.
Xiumin sejak tadi berdiri diam tak bersuara sehingga Amber tidak memerhatikannya sejak ia berjalan maju mengikuti Kris. Sekarang ia bergerak lagi, mengawal ketat Kris yang maju lebih dekat, matanya terpaku pada tiap tindak tanduk Chanyeol. Tiap kali Kris bergerak Chen dan Xiumin ikut bergerak, bagaikan magnet.
"Ingat baik-baik kata-kataku ini," ujar Chanyeol lambat-lambat suaranya nyaris berbisik "Aku akan berjuang sekuat tenaga untuk mempertahankannya. Kau harus tau itu. Aku tidak akan menganggap sepele apapun juga, dan aku akan berjuang dua kali lebih keras daripada yang bakal kau lakukan"
Mulut Kai menyeringai membentuk seringaian sinis "Wow, bagus" geramnya. "Berarti kau takut kalau dia lebih memilihku ketimbang dirimu?" Kai mengangkat sebelah alisnya.
Chanyeol mengepalkan kedua tangannya yang gemetar. Chanyeol terlihat lebih terkendali dari biasanya.
"Dia milikku, Kai" suara Chanyeol langsung meninggi. Chanyeol mencondongkan tubuhnya.
Kris maju satu langkah lagi agar dapat cepat menerjang Chanyeol bila kehilangan kendali, sebelum api-api ditubuhnya membara. Semua Forces mulai terusik, mata mereka mulai sedikit tidak fokus akan reaksi Chanyeol, seperti bersiap dengan apa yang akan terjadi selanjutnya terhadap tindakan Chanyeol yang tiba-tiba memuncak.
Dari cara Kris merengsek perlahan dari belakang Chanyeol, ia tahu sekali bagaimana caranya menangani Chanyeol, seperti mendekati sebuah bom aktif yang siap meledak sewaktu-waktu, Kris sebagai komandan, lalu Chen dan Xiumin bertugas sebagai pemotong kabel biru, bila di istilahkan.
Kai beringsut lebih mendekat "Kau lupa kalau dia juga mencintaiku, coba kau tanyakan saja padanya" Kai melirik pada Amber.
Chanyeol menoleh sekilas menatap Amber. Amber melihat wajahnya yang keras dan getir. Chanyeol merengut menatap Kai dengan kebencian menyala-nyala.
"Kau ingat bagaimana aku mencium bibirnya, ssshhh...aneh bukan kita mencium gadis yang sama" ujarnya berbisik sambil menyentuh bibirnya.
Mata Chanyeol menyala-nyala oleh kecemburuan dan kebencian yang bercampur hingga membuat perutnya bergetar. Wajar saja Chanyeol marah, ucapan Kai sudah melewati batas perdamaian dan memaksa Chanyeol mengingat-ingat kembali insiden sebulan lalu.
Chanyeol melayangkan tangan kanannya hendak meninju Kai. Dengan sigap Chen dan Xiumin menyambar tubuh Chanyeol sebelum tinjuanya mengenai Kai. Mereka menjatuhkan tubuh Chanyeol ke lantai dengan sangat keras yang pasti menyakitkan punggungnya. Kris menenangkan Chanyeol yang meronta-ronta di lantai.
Namun banyak hal yang ganjil dari diri Chanyeol yang sangat Kris rasakan. Pertama Chanyeol tidak merasakan reaksi setruman Chen, kedua kulit Chanyeol yang biasanya panas, sekarang sama dengan suhu tubuhnya yang normal, dan tidak ada geraman di dadanya, begitupun dengan Xiumin yang suhu tubuhnya tidak sedingin es lagi.
Kris tidak pernah merasakan hal yang begitu manusiawi, dalam arti ia merasa saat ini semua Forces seperti manusia biasa, begitupun dengan dirinya, gerakannya tidak secepat biasanya. Kris menatap seluruh Forces lalu bertemu pandang dengan Chen. Ternyata Chen juga merasakan hal yang sama bahkan Kai merasa sesuatu yang tidak biasa dari Chanyeol. Kris menatap Luhan dengan kegelisahan yang sangat kentara sekali. Luhan yang melihat kegelisahan dari mata Kris berusaha mengungkap arti tatapan itu. Namun apa daya kekuatan andalanya seperti telah menghilang begitu saja semenjak kedatangan Irene.
Kris langsung melirik ke arah Irene, menatapnya curiga. Beberapa Forces mulai merasakan anomalinya. Kedatangan Irene mematikan kekuatan mereka secara tidak sadar. Hal itu membuat beberapa Forces tidak nyaman yang biasa hidup bertahun-tahun dengan kemampuan yang meraka miliki.