"Kau baik - baik saja, Lay?" tanya Kris.
"Entahlah, Kris," Lay mengembuskan nafas keras - keras "aku tidak tau, bagaimana melakukannya"
Kris mengusap punggung Lay, yang sangat gelisah dan tidak percaya diri.
"Hanya Tuhan yang memiliki kekuatan seperti ini, aku tidak mungkin melangkahi Tuhan, Tuhan pasti akan mengutukku dan mengirimku ke neraka nanti"
"Lay, aku yakin kau pasti bisa, dan kau tidak akan dihukum oleh-Nya, kerena kau orang baik. Kau telah banyak menolong orang, kau sering memberikan kesempatan kedua untuk orang-orang agar dapat menjalankan hidup lebih baik" Kris menenangkan dengan suaranya yang dalam.
"Bagaimana kalau aku tidak bisa? Kau lihat bagaimana Amber? Dia pasti kecewa"
"Aku yakin kau pasti bisa, aku bisa merasakannya. Setidaknya kau sudah berusaha kan"
Lay adalah orang yang paling taat beragama dan memiliki kepercayaan yang kuat dibanding force lain di reservasi. Terkadang kemampuan yang ia miliki membuatnya terbebani karena ia merasa telah melangkahi Tuhan. Itulah sebabnya dia begitu sulit melaksanakan keinginan Amber, untuk menghidupkan orang yang sudah mati.
Itu adalah bagian yang Lay tidak akan pernah bisa yakini. Sepanjang hidupnya ia selalu berpikir, apakah yang sudah ia lakukan selama ini benar? Apa ia sudah melakukan hal terbaik untuk orang - orang dengan apa yang ia miliki?
Lay mengangguk, sesaat ekspresinya menunjukan rasa tidak setuju namun mencoba untuk pasrah. Lay masuk ke kamar kembali, diruangan itu Luhan, Sehun, Amber, Suho dan Xiumin menunggu. Amber sedang duduk disisi ranjang sambil memegangi tangan dingin Kai dan masih menangis tersedu-sedu.
Dengan berat dan kurang percaya diri, Lay menarik kursi ke sisi ranjang untuknya, suara bangku yang terseret memecah perhatian. Amber dengan mata bengkak langsung menyingkir, membiarkan Lay melakukan tugasnya.
"Rileks, Lay" Kris menenangkan seraya mencengkram pelan bahu Lay dari belakang.
Lay memulai penyelamatannya dengan meletakan sebelah tangannya di kening Kai. Semua orang diruangan itu menonton dengan seksama, menyaksikan segala keajaiban yang Lay buat.
Setengah jam berlalu, Sehun, Xiumin dan Suho sudah keluar dari kamar. Lay mulai kehilangan fokus karena tidak terjadi peningkatan berarti.
"Fokus, Lay" ujar Kris mengingatkan.
Tangan Lay beralih ke jantung Kai, bisa Lay rasakan jantung Kai mulai menghangat, perlahan - lahan darah mengalir kembali kesekujur tubuhnya. Lay terpejam, berusaha membuat jantung Kai berdetak kembali.
Lay tersentak ketika jantung Kai berdetak untuk pertama kalinya walau terasa sangat pelan dan lamban. Jari - jari Lay menekan bagian pergelangan tangan Kai, samar - samar denyut nadi Kai mulai terasa. Kemudian samar-samar Lay mengangguk, ketika jari-jarinya dengan lembut menekan kelenjar di bawah dagu Kai. Bibir Lay bergerak-gerak saat ia menghitung, matanya tertuju pada jam tangan yang ia kenakan.
"Aku mulai bisa melihat pikirannya, masih gelap, dan ingatannya datang dan pergi" seru Luhan dengan nada biasa-biasa saja.
Amber terkesiap bahagia. Amber melompat ke sisi ranjang dan memegangi lutut Kai. Wajah Kai yang mula - mula pucat seperti mayat, kini wajahnya sudah terlihat lebih hidup, warna kulitnya yang cokelat sudah seperti semula.
"Kau berhasil, Lay! Aku sudah bisa melihat pikirannya sekarang, walau tidak begitu jelas." puji Luhan.
Lay masih berkonsentrasi. Dalam hati Lay menghitung detak jantung Kai dalam semenit, masih sangat lemah, bahkan nafasnya masih belum terdengar.
"Apa yang dia pikirkan, Luhan?" tanya Amber.
"Belum jelas," terang Luhan
Kai akhirnya bernafas, walau tarikan nafasnya sangat pendek, namun semakin lama semakin intens.
"Lihat! Betapa jernih pikirannya sekarang? Aku bisa melihatnya, jauh lebih jelas sekarang,"
Amber mendesah, Amber memegang tangan Kai yang terlipat di atas perutnya, dan Kai merespon genggaman tangan Amber. Luka bakar disekujur tubuh Kai pun lenyap, Kai tampak lebih hidup sekarang. Lay menarik tanganya kembali dan langsung beranjak dari kursi. Luhan masih berkonsentrasi dengan perkembangan pikiran Kai.
"Dia akan bangun" seru Luhan.
"Berapa lama lagi?" tanya Amber,
"Tidak akan lama lagi," jawab Luhan.
Mereka menunggu sampai lima menit lamanya, namun Kai masih tidak membuka matanya.
"Dia benar-benar akan pulih kembali kan, Lay?" desak Amber
"Tentu saja, aku bersyukur tidak ada organ tubuhnya yang rusak" jawab Lay, suaranya sangat meyakinkan.
"Luhan?" Amber menoleh tidak sabaran.
"Sebentar lagi," Luhan menjawab dengan penuh semangat.
Amber menarik tangan Lay "Oh, Lay, terima kasih banyak, aku tidak tau harus membalasnya dengan apa" suara Amber lebih ceria sekarang.
Lay menjawabnya dengan senyuman hangat sambil memamerkan lesung pipi menawannya.
Amber membalas senyumannya.
"Akan kupanggil yang lain. Apakah sebaiknya aku panggilkan Chanyeol...?" seru Lay sambil menyentakkan jempolnya kearah pintu dibelakangnya.
"Ya, Lay, tapi usahakan pikirannya jernih" ujar Kris menyetujui.
"Oh dengar, dia merespon ucapanmu ketika kau menyebut nama Chanyeol, Lay"
"Aku tidak bisa mendengar apa - apa, Luhan" balas Lay sambil berjalan keluar kamar.
"Oh iya, maaf" Luhan nyengir "aku pikir dia tertidur" sambil Luhan menelengkan kepalanya menatap Kai.
"Tidur?" tanya Amber bingung.
"Ya, pandangan di pikirannya agak aneh, dan banyak suara statis. Tapi aku yakin dia sudah sadar, ia hanya tertidur, dia sedang bermimpi" Luhan menjelaskan dengan riang.
"Lebih baik kita biarkan saja dia tertidur, efek penyembuhan yang Lay berikan kadang memberikan efek menenangkan seperti obat penenang" jelas Kris santai, kedua lengannya terlipat di dadanya yang bidang.
"Berapa lama?" tanya Amber
"Paling lama dua jam" jawab Luhan singkat. Amber mengganguk samar sebelum membalas kembali.
"Lebih baik aku menunggu disini, aku mau menemaninya disini," Amber bersikeras. "aku akan membangunkannya sejam lagi" lanjut Amber
Luhan mendesah. "Dasar tidak sabaran"
Sejam berlalu dan Kris akhirnya keluar ruangan, tinggal Luhan dan Amber yang berada diruangan itu.
"Luhan, bagaimana keadaan Chanyeol?" tanya Amber pelan.
Luhan mendesah dan menarik tangan Amber ke sudut kamar agar menjauh dari Kai.
"Apa yang kau pikirkan sekarang?" tanya Luhan, untuk memancing Amber untuk memikirkan lebih banyak hal lagi dipikirannya.
"Aku pikir kau sudah melihat isi otakku?"
"Ya, memang. Akan ku beri tau dia tentang isi kepalamu itu?"
"Chanyeol bilang, kalau kau tidak dapat menyaring info yang kau dapat dari pikiran orang"
"Itu masalah mengendalikan omonganku kan?"
Amber mengangkat bahunya.
"Tenang Amber, aku tau yang mana harus aku katakan dan yang mana yang tidak"
Amber mengerucutkan bibirnya.
"Sebentar lagi dia akan menyebut namamu," Luhan memperhatikan Kai kembali. "silahkan hitung sampai sepuluh" lanjut Luhan sambil keluar dari ruangan itu.
"Amber" Kai mengerang. Luhan memang tidak pernah salah menebak sesuatu.
"Iya Kai, aku disini" Amber melihat Kai yang masih terpejam, ternyata dia mengigau.