Mil-mil berlalu cepat saat ia menginjak pedal gas sampai hampir ke dasar lantai logam. Hanya butuh waktu kurang dari satu jam untuk sampai ketempat reservasi yang biasanya memakan waktu dua jam lebih, karena Chanyeol mengendarai mobilnya sangat cepat dan kondisi jalanan yang bebas hambatan.
Chanyeol memakirkan mobilnya di halaman dan keluar dari mobil sambil membanting pintu, lagi-lagi Chenyeol cepat-cepat meninggalkan Amber didalam mobil dan langsung berjalan masuk ke dalam rumah.
Amber terdiam sejenak di halaman melihat tingkah Chanyeol yang berubah drastis. Teraruk-saruk ia mengimbangi langkah kaki Chanyeol yang lebar-lebar.
Di dalam rumah Amber melihat tiga laki-laki yang tak asing olehnya sedang berduduk santai didepan perapian. Ketiga laki-laki itu menyambut mereka dengan hangat dan Amber balas menyapa mereka.
Chanyeol menaiki anak tangga dengan langah dua-dua sambil menghentakan kakinya dengan kasar tanpa berpegangan pada birai tangga, kepalanya tertunduk frustasi, Baekhyun menyusul Chanyeol. Suara pintu tertutup cukup keras hingga terdengar hingga ke ruang tengah. Tinggal dua laki - laki yang tersisa Lay dan Sehun berbicara satu sama lain sambil menatap Amber.
"Kau bertengkar dengan Chanyeol?" Pria tampan dengan lesung pipi bertanya pada Amber, hal itu sedikit membuat Amber terlonjak kaget, karena ia sedang melamuni tangga yang di lalui Chanyeol barusan. Amber memiliki rencana bagaimana kalau dia ikut menyusul Chanyeol.
Amber hanya memaju mundurkan kepalanya sebagai respon pertanyaan Lay.
"Kenapa kau masih berdiri disitu? Ayo duduk sini!" ajak Sehun ramah.
Amber menghampiri Lay dan Sehun dan duduk di sofa panjang berwarna biru tua, dengan empat bantal kecil berwarna merah maroon sangat kontras dengan dinding yang berwarna putih gading dan lantai marmernya. Amber metakkan satu bantal dipangkuannya.
"Chanyeol tidak pernah diperbolehkan duduk disofa" Sehun bicara dengan wajah yang datar dan cadel. Suaranya hangat, tapi sulit untuk mendeskripsikan dari ekspresi datarnya. Dia tampak seperti orang yang kurang bersosialisasi, tapi secara keseluruhan, sopan.
Amber mengernyitkan keningnya "Memangnya kenapa?"
"Karena Chanyeol sudah sering sekali membakar barang-barang ditempat reservasi, ini, termasuk sofa," Sehun tampak sedang menghitung sesuatu, lagi-lagi dengan ekspresi datar. Amber dan Lay mempererhatikan tingkahnya "Empat puluh dua kali ganti sofa, semenjak dia tiba disini, makanya dia kalau duduk selalu dilantai"
"Benarkah?" Tanya Amber tanpa ekspresi.
Sehun hanya menangkat alisnya sekali, sedangkan Lay tersenyum. Amber tak tau harus tertawa atau bersedih mendengarnya walau Amber tau tujuan Sehun adalah sebagai lelucon. Tapi baginya itu terdengar sangat menyedihkan, dia sangat mudah membakar segalanya yang ada disekitarnya, termasuk dirinya.
"Sehun tolong buatkan minuman untuk Amber?" perintah Lay.
"Kau mau minum apa?" kali ini Sehun bicara dengan memasang wajah imut yang sarat akan keluguan dibalik wajahnya yang tampan, membuat Amber tak sadarkan diri sekejap karena keluguan dan ketampanan yang ia perlihatkan sekaligus dalam waktu bersamaan. Seluruh penghuni rumah ini yang baru ia kenal memang tampan, bahkan bisa disebut tempat berkumpulnya para cowok-cowok tampan, ketampanan diluar batas kewajaran, seperti bukan manusia, ya walau secara teknis mereka memang manusia, hanya saja mereka memiliki kekuatan, kekuatan yang beberapa jam lalu meluluhlantahkan malamnya bersama Chanyeol.
"Umm..." Butuh 3 detik untuk menjawabnya. Amber berusaha sadar dari lamunannya, karena terhipnotis oleh ketampanan Sehun, ia mengerjap-ngerjapkan matanya, sesaat membuatnya tertunduk dan malu malu ia menatap wajah Sehun "apa saja".
Sehun pergi ke dapur meninggalkan Amber dengan Lay, Lay menggeser sedikit posisi duduknya agar lebih dekat dengan Amber. Amber sangat menyukai kehangatan dan keramahan Lay, dan Lay memiliki lesung pipi yang Amber sukai, wajahnya pun tampan, Lay begitu sempurna dan baik hati.
"Biasanya dia tidak mau kalau disuruh-suruh" Lay tersenyum memamerkan lesung pipinya. Amber ikut tersenyum, Amber berharap semoga senyumanya tak terlihat seperti dibuat-buat.
"Kau ada masalah apa dengan Chanyeol?" Lay bertanya sangat lembut dan sopan..
"Sebenarnya bukan hal yang buruk, awalnya semuanya berjalan dengan baik-baik saja, sampai ketika kita berciuman," malu-malu Amber menceritakan bagian itu "tiba-tiba tangannya dan sekujur tubuhnya panas seperti panci, lalu ketika ku melihat lengan kiriku sudah melepuh seperti terkena minyak panas" Amber menceritakan dengan terburu-buru dan perasaan kesal, kesal karena malamnya gagal dan lebih parahnya lagi Chanyeol tak berkata sepatah katapun padanya, dan membuatnya frustasi.
"Masa?" Lay kaget mendengarnya, dia mengamati dari kepala hingga kaki Amber, melihat keadaan Amber, dengan inisiatif Amber membuka mantelnya perlahan-lahan memperlihatkan luka bakarnya pada Lay. Lay syok melihatnya terutama Amber, melihat keadaan lukanya yang mula-mula hanya merah dan kulitnya sedikit lecet, sekarang cukup mengerikan, ujung-ujung kulitnya memerah dibawah kulitnya terdapat cairan putih seperti ingin meletus karena membengkak, dibeberapa sisi kulitnya mulai terkelupas dan berdarah, mungkin kulitnya tertinggal dilengan mantelnya.
"Astaga, tenang saja Amber, I can fix it!" gumam Lay, suaranya meniru kerakter Felix di permainan Fix-It Felix, Jr. Tentang si tukang memperbaiki rumah dengan palu emasnya.
Lay memegang lengan Amber dengan hati-hati, Lay meletakkan telapak tangannya diatas luka Amber. Rasanya sejuk dan dingin, dengan sekejap luka bakar yang mengerikan tadi hilang seketika.
"Woow, such an amazing power, kalau aku boleh memilih kekuatan, aku akan memilih kekuatan seperti yang kau punya Lay" Amber terus memujinya, mungkin dia tampak aga berlebihan.
"Hahahaha, terima kasih atas pujian mu Amber, karena itu mereka iri dengan kekuatan yang ku punya" suara tawanya sangat renyah, Lay lagi-lagi memamerkan lesung pipi kesukaan Amber itu.
"Dulu aku hanya bisa menyembuhkan diriku saja, lho" Lay meneruskan ucapanya tanpa harus diminta.
"Tapi setelah sering berlatih, aku bisa menggunakan Healing Factorku untuk orang lain, aku bisa membantu menyelamatkan orang yang kalau tidak ku tolong pasti sudah meninggal, senang bisa menolong orang. Senang rasanya mengetahui bahwa, karena kemampuanku, kehidupan orang lain bisa jauh lebih baik karena aku ada, aku selalu memimpikan itu Amber, menjadi dokter adalah cita - citaku. Tapi sayang kekuatanku ini tidak bisa digunakan seumum itu" Amber hanya separo mendengarkan penjelasan Lay, ia berusaha mencerna kata demi kata yang diucapkan oleh Lay yang kedengaranya luar biasa.
"Kenapa kau tidak kuliah kedokteran saja?" usul Amber.
"Bisa saja aku kuliah dan mengambil jurusan Kedokteran, tapi aku pikir buat apa menjadi dokter kalau aku dapat menyembuhkan orang yang terkena kanker sekalipun dengan kekuatanku" Satu sisi mulutnya terangkat membentuk separo senyuman. Amber mengangguk anggukan kepala.
"Kau pernah membangkitkan orang mati?" tanya Amber penasaran, Amber sangat ingin tahu tentang hal yang satu itu.
Seketika wajah Lay berubah muram, namun ia berusaha menepisnya "Aku belum pernah mencobanya pada manusia, hanya dengan seekor rusa yang tertembak di hutan, dan aku menolongnya". Lagi-lagi lay tersenyum ramah.
"Memang bagimana awal-awalnya kau mendapatkan kekuatan ini?"
Lay duduk tegak. Wajah Lay tampak agak ragu sejenak ketika hendak memulai ceritanya. "Awalnya aku tidak sadar kalau aku punya kekuatan seperti ini," wajah Lay yang mempesona tampak ragu. "ini berawal ketika aku dan kedua orang tuaku pulang ke kampung halamanku dengan menumpang truk pengangkut jerami ditahun 1931 bersama para petani dan beberapa budak dibelakang bak truk. Waktu itu aku masih berumur 18, aku terlahir tidak cukup beruntung Amber, tahun segitu Cina tidak semaju sekarang" Lay tersenyum lirih.
"Baru lima kilo meter berjalan truk yang aku tumpangi bersama ke tujuh orang termasuk kedua orang tuaku itu mengalami pecah ban. Truk itu terus berputar-putar, ban berdecit sekaligus memercikan api menahan rem, seisi truk panik dan terus berteriak, suara jeritan mereka masih teringat dengan jelas dikepalaku, Amber. Seperti selamanya akan terpatri di memoriku" Lay menoleh kearah Amber. Amber melihat ekspresi Lay keras dan pahit namun tetap terlihat memesona.
"Truk itu menabrak kayu pembatas jalan dan terjun bebas kedalam jurang sedalam 40 meter, waktu itu juga aku melihat orang-orang mulai terpental terjun kedalam jurang, termasuk kedua orangtuaku" Lay memandang keperapian, ekspresinya sangat getir menahan sedih. Tampaknya Lay berusaha menenangkan dirinya sendiri yang larut dalam ceritanya. Amber menunggu Lay melanjutkan ceritanya.
"Aku dan kedua orangtuaku terpental dan jatuh ke jurang yang penuh bebatuan. Batang - batang pohon tumbang, kami jatuh di antara semak - semak belukar. Aku bisa merasakan sekujur tubuhku berderak, rasanya seperti seluruh tulangku bergeser terlepas dari porosnya, sekujur tubuhku mati rasa, aku jatuh tertelungkup aku hanya bisa menggerakan mataku kesegala arah. Diujung kematianku aku melihat keadaan sekitar, sangat gelap, hanya terdengar suara hewan-hewan hutan, riuhan angin yang menyambar pepohonan dan suara parau seseorang yang meminta tolong, sampai tak lama kemudian suara itu tidak terdengar lagi. Semua orang tidak bergerak, beberapa orang kepalanya pecah, menghamburkan isi kepala mereka, ada yang terjepit badan truk, bentuk tubuh yang sudah tidak lazim lagi, aku bisa mencium bau darah dan daging dimana - mana" tiba-tiba Lay berhenti bercerita, Lay melirik Amber
"Maafkan aku, aku membuatmu takut yah?" kata Lay dengan nada menyesal.
"Aku tidak apa - apa kok, lanjutkan" dusta Amber, membuat dirinya terkesiap. Ekspresi Amber sangat aneh, jijik bercampur sedih karena mendengar cerita Lay, sambil memerhatikan wajah dan bibir Lay yang bergerak sinkron.
"Maaf aku terlalu larut dalam ceritaku" kata Lay, suaranya lembut.
"Tidak apa-apa" tangan Amber meremas remas ujung bantal karena gelisah.
Lay menghembuskan nafas, dan meneruskan ceritanya kembali "Aku tidak ingat berapa hari aku didalam jurang, aku juga tidak melihat kedua orangtuaku pada saat itu" wajah Lay kembali sendu.
"Tiba-tiba aku sudah berada didalam ruangan yang dingin sekali dan bau busuk bercampur anyir. Saat ku buka mataku, wajahku tertutup kain putih penuh bercak darah. Aku bangun membuka kain penutup itu, kulihat keadaan sekitar membuatku merinding, ketakutan sangat mencekamku" mereka berdua bergidik.
"aku berada diruang mayat bersama mayat-mayat yang entah dari mana saja dan apa yang menyebabkan mereka mati, Aku mual melihat keadaan mayat-mayat itu" Lay sengaja tidak menjelaskan keadaan yang sebenarnya, agar membuat Amber nyaman, namun terlihat jelas dari wajah Lay, wajahnya terlihat memerah keunguan seperti menahan muntah dan jijik.
"aku beranjak dari keranda yang dingin menusuk kulitku, tubuhku tidak menggunakan sehelai apapun dan terdapat kertas berwarna kuning bertali yang di lilitkan dijempol kakiku, identitas mayat, dan aku belum teridentifikasi. Aku mengambil pakaian apapun yang ada di sana dan langsung keluar dari jendela kecil yang terdapat disudut ruangan. Aku berlari sambil menangis, takut dan bingung itu yang aku rasakan pada waktu itu" cara bicara Lay mulai beraksen aneh, kata-katanya meninggi di tempat- tempat yang tidak lazim.
"Aku berpikir pasti seisi rumah sakit gempar, karena ada mayat yang hilang, mungkin mereka berpikir ada yang mencuri mayatku, atau bila ada yang percaya tahayul mereka akan berpikir aku mayat yang kabur dari rumah sakit. Ya, sayangnya hal itu memang benar, aku memang mayat yang dikabarkan hilang dari rumah sakit, dan menjadi berita utama dihalaman pertama dikoran ibukota. Kau tau ini mukjizat bagiku, tapi aku tidak pernah menyadarinya. Berkali-kali aku mengalami kecelakaan kecil hingga besar sampai namaku terkenal sekota, aku dipanggil YI XING si 9 Nyawa tapi orang-orang yang tidak suka padaku menyebutku dukun karena aku dapat sembuh dari lukaku dalam sekejap mata. Itu yang membuat wanita-wanita menjauhiku karena mereka menganggapku aneh dan takut aku memiliki ilmu hitam.
Bagi Amber sulit untuknya membayangkan dunia yang dulu Lay kenal. Ceritanya terdengar lebih mirip cerita horor daripada riwayat hidup.
"Awalnya aku tidak curiga dengan hal itu, tapi lama kelamaan aku mulai merasa aneh, ketika mulai tersadar seharusnya aku berumur 50 tahun namun wajahku masih terlihat masih muda seperti 20 tahunan. Aku tersadar bahwa selama ini aku tidak menua. Ketika umurku beranjak 80 tahun, wajahku masih tidak ada perubahan, dan hal itu mulai membuatku gelisah dan memandang diriku sendiri aneh, dan semua orang juga mulai menyadari aku masih terlihat sangat muda dan jelas tidak keliatan seperti kakek - kakek yang berumur 80 tahunan. Sekujur tubuhku termasuk daya pikirku masih bekerja dengan baik seperti masih 20 tahunan. Bahkan aku tidak pernah mendapati riwayat penyakit dalam diriku. Akhirnya aku berinisiatif pergi dari desa itu dan pindah ke desa terpencil lain yang jauh dari keriuhan kota agar tidak ada yang mengenaliku, dan aku mengaku berumur 21 tahun dan mengganti namaku menjadi Lay."
Tiba-tiba Lay menghentikan kisahnya, mengatup rahangnya rapat rapat, kemudian tersenyum, ekspresinya jauh berbeda dari sebelumnya, matanya berbinar binar bahagia. Amber tersadar dari keasyikannya mendengarkan cerita Lay dan sadar kisah Lay telah sampai di akhir cerita yang membahagiakan
"Suatu hari Kris menemukanku di desa itu, kedatangannya merubah hidupku dalam sekejap, aku nyaman dan percaya padanya, dia menjagaku dengan baik pula. Kris dengan sabar menceritakan apa yang sebenarnya terjadi padaku sampai aku mengerti, bahwa aku adalah sorang Healer, aku adalah orang terpilih. Gen dan alamlah ini yang telah memilihku menjadi seorang healer"
Lay tersenyum pada Amber, ekspresi Lay menyiratkan kemenangan "Asal kau tau Amber ternyata aku menuruni bakat ini dari kakeknya kakek buyutku, dan dia adalah salah satu Healer Scorpio Forces yang ikut bertarung melawan Dark King Evra, aku bangga dengan hal itu". Katanya sambil tersenyum pamer. Namun senyuman itu masih terlihat sangat ramah.
Amber membalas senyuman Lay yang ramah "Masa lalumu cukup mengerikan"
"Every great thing start a little scary, doesn't?" Lay memerkan lesung pipinya ketika mengatakan itu, suaranya sarat akan keramahan
Amber mengangguk setuju. Berdekatan dengan Lay membuatnya nyaman, apa lagi keramahan Lay yang membuat Amber sejenak lupa dengan masalah yang menggelayuti pikirannya.
Sehun datang membawa nampan perak dengan segelas Jus Strawberry dan memberikanya pada Amber. "Thanks Hun" Amber menyesap Jus buatan Sehun. Jus itu rasanya enak, manisnya pas dan tidak terlalu dingin.
Amber mendengar langkah kaki menuruni tangga, ia pikir itu Chanyeol, ternyata Baekhyun. Wajah Baekhyun tampak berat dan terbebani sesuatu. Baekhyun duduk disebelah kiri Lay.
"Dia akan baik-baik saja, Amber. Kris sudah menanganinya, jangan kawatirkan dia" Baekhyun berusaha menenangkan Amber dengan suaranya yang lembut.
Kris sampai turun tangan, pasti sesuatu yang buruk telah terjadi padanya, terka Amber yang mengkawatirkan kekasihnya.
"Boleh aku bertemu denganya?" Amber bergegas berdiri.
Baekhyun berdiri menahan Amber dan kemudian terdiam, dengan enggan ia mengatakan "Aku harus menyampaikan ini pada mu, karena ini amanat," Baekhyun menarik nafasnya dalam-dalam. "Chanyeol tidak ingin menemuimu dulu"
"Kenapa?" bibir Amber gemetar. Amber kecewa, khawatir dan masih tak percaya, dengan apa yang diinginkan oleh Chanyeol.
Baekhyun pandangi Amber dengan sikap waswas.
"Dia kalut sekali, yang terjadi malam ini adalah apa yang paling ditakutinya bakal terjadi. Mencelakakanmu, karena keadaannya" Baekhyun mengalihkan tatapannya dari Amber ke Lay dan Sehun, tatapanya seperti mengisyaratkan sesuatu. Sesaat Sehun terkesiap seperti tersadar sesuatu, namun sejurus kemudian wajahnya datar kembali, ekspresinya tak terbaca, tapi ada yang tidak beres dengan matanya-sesuatu yang ia ketahui dan coba disembunyikannya sekuat tenaga dari Amber.
"Sudahlah Amber, kau tidak usah kawatir dia akan baik-baik saja. Ini biasa terjadi padanya, secepatnya dia akan pulih" Lay menenangkan sambil mengusap - usap punggung Amber.
"Chanyeol menyuruhku mengantarakanmu pulang"
Amber masih melamun, memandang keperapian,
"Ayo" Ajak Baekhyun.
Baekhyun mengulurkan tangan, memegang tangan Amber, menuntunnya berdiri, sambil membawakan mantel milik Amber. Tapi kaki Amber seperti tertancap paku dalam-dalam membuatnya sulit untuk melangkah, Amber masih ingin disini sampai Chanyeol keluar, Baekhyun dengan lembut memegang pinggul Amber dan mendorong pelan, namun rasanya seperti sedang menyeret Amber yang sedang mematung. Baekhyun membuka pintu mobil untuk Amber dan lagi-lagi Baekhyun mendorong Amber pelan untuk masuk kedalam mobil.
Baekhyun mengendarai mobilnya dengan santai, Amber menoleh melihat keluar, memandangi lampu jalan. Amber melirik dari pantulan jendela, Baekhyun menoleh ke arahnya terus - menerus.