Chereads / The 13th Fates / Chapter 21 - 21. DEJA VU

Chapter 21 - 21. DEJA VU

Entah mengapa tiba - tiba Amber teringat wajah Kai. Sejak mengucapkan salam perpisahaan dengannya di reservasi, Amber selalu dihantui bayangan menyedihkan yang terus menerus mengusik pikiranya.

Bayangan itu terus muncul dalam interval teratur, seperti teror setiap lima menit sekali selama 24 jam. Seperti alarm menjengkelkan yang diatur berbunyi setiap sejam sekali, dan suara alarm itu seperti memenuhi kepalanya, di iringi dengan wajah Kai yang mengernyit pedih ketika terakhir bertemu dengannya. Tapi membayangkan bertemu dengan Kai sekarang sungguh menggirukan untuknya.

Kurang lebih sebulan Amber tidak bertemu dengan Kai dan sudah lama Amber tidak merasakan hal yang cukup menyenangkan dengan Kai. Lagipula Amber berpikir ia perlu bertemu dengan Kai, melihat Kai tersenyum lagi seperti dulu dan membuatnya ikut tersenyum. Amber perlu menggantikan kenangan buruk berupa wajah Kai yang yang berkerut sedih.

Menyedihkan, imajinasi Amber begitu tak terkendali memikirkan sosok Kai. Apalagi menyadari awalnya ia menjalani hari ini dengan normal - normal saja, sampai terjadi kejadian yang pahit dan merusak segalanya. Amber berpikir ia butuh terapi. Segera Amber mengambil ponsel di saku jinsnya tanpa ragu Amber mengetik nomer Kai yang sudah diluar kepala.

"Halo!" Suara parau Kai yang tak asing mengirimkan gelombang kerinduan dihatinya.

Ribuan kenangan berputar di kepala Amber saling membelit, sungai berbatu waktu mereka pergi ke sebuah desa di Turki, rumah minimalis bercat putih berkanopi hitam, tawa yang terpancar dari mata hitam Kai yang dalam, secercah warna putih dari sederet giginya yang tampak kontras dengan kulitnya yang kecokelatan, wajahnya yang merekah oleh senyumanya. Rasanya nyaris seperti kerinduan pada kampung halaman.

Amber berdehem menyingkirkan gumpalan ditenggorokannya "Halo Kai?" sahut Amber ketika suara desiran angin sepi terdengar di telepon.

"Iya Amber, ada apa?" suaranya tenang, seolah - olah tidak pernah terjadi apa - apa diantara mereka berdua, padahal berminggu minggu lalu mereka sempat bersitegang karena suatu hal, yang jelas tidak ingin Amber mengingat - ingatnya lagi.

Tenggorokan Amber mendadak tersumbat kembali, sampai harus menelan dua kali sebelum menjawab. "Ummm sebenarnya tidak ada, sepertinya aku cuma mau mendengar suaramu saja, dan__memastikan kalau kau baik - baik aja"

Kai terdiam. Amber mengerutkan kening menunggu respon dari Kai, Amber menilai kembali ucapan yanga baru saja ia katakan sambil memandangi bulan yang bentuknya nyaris sempurna dan samar - samar tertutup awan.

"Oh...aku kira kau sudah tidak peduli lagi denganku"

Amber terdiam, Amber berpikir cukup keras untuk merespon ucapan Kai yang skeptis. "Well__aku merindukanmu"

Lagi - lagi Kai terdiam.

"Aku sedang menuju ke rumah mu nih"

Hembusan nafas Kai terdengar ditelepon dan seperti terdengar tidak percaya. "Oke, aku tunggu dirumah" Suaranya rendah dan hati - hati.

"Oke__see ya"

Kai menutup teleponnya, tak merespon kata terakhir Amber, suara nada terputus membuyarkan pikiran Amber. Amber benar - benar merindukan sosok Kai.

"Baek," gumam Amber saat ia menaruh ponselnya kembali ke sakunya.

"Ya?"

"Kita ke arah Gangnam saja"

"Lho, mau kemana? Bukankah rumahmu di daerah Yongsan-Gu"

"Aku ingin ke rumah Kai" ucap Amber pelan.

"Oh" Baekhyun membelokan setirnya ke kiri.

Amber memperhatikan lampu jalan lagi, menempelkan pipinya ke jendela yang dingin. Amber tidak sabar ingin cepat - cepat sampai dirumah sahabatnya itu. Namun ada hal lain yang menggerogoti pikiranya, begitu banyak pertanyaan yang ingin ia lontarkan, ia ingin tahu keadaan Chanyeol yang sebenarnya.

"Baekhyun, kau mau menjelaskan padaku seberapa parah kondisinya?" Amber memandangi Baekhyun dengan sikap ingin tahu, kepalanya ditelengkan ke satu sisi. Wajah Baekhyun menegang.

Baekhyun mendesah. "Dia sangat kesal pada dirinya sendiri. Itu memang sangat sulit baginya untuk dikendalikan dibanding kami yang lain, dan dia tidak suka merasa dirinya lemah apa lagi telah kalah, dan dia takut kau marah padanya" Jawabnya hati - hati.

Mustahil, bagaimana aku bisa marah padanya, sedangkan ia sedang menderita menurut cerita versi Bakehyun, bahkan aku ingin sekali berada disampingnya saat ini, menenangkannya bila itu memang sanggup aku lakukan walau Chanyeol tidak mengijinkanku.

"Bisa tolong katakan padanya aku tidak marah, sama sekali tidak marah padanya, bisa, kan?" pinta Amber, nadanya seperti memaksa.

"Tentu" Baekhyun menoleh dan tersenyum pada Amber.

Sesampainya didepan rumah Kai, Amber menemukan sosok Kai yang sudah menunggu dipintu rumahnya.

"Byun Baekhyun thanks yah sudah mengantarkanku, dan jangan bilang - bilang Chanyol kalau aku dirumah Kai" pinta Amber sambil melepaskan sabuk pengaman.

Baekhyun tersenyum, ia tampak ragu - ragu.

"Terserah kau sajalah Baek" erang Amber dan bergegas keluar dari mobil.

Lagi - lagi Baekhyun tersenyum polos. Amber buru - buru turun dari mobil, Baekhyun pun pergi.

Kai berlari dari pintu rumahnya yang terbuka.

"Amber!" sapa Kai berteriak dan senyuman yang paling Amber tunggu - tunggu itu merekah, membelah wajahnya bagaikan matahari yang menyembul dibalik awan.

Giginya berkilau cemerlang di tengah redupnya malam. Amber berjalan melompat - lompat seperti anak kecil.

Amber memeluk Kai melingkarkan tanganya ke leher Kai, Kai membalas dengan melingkarkan tanganya ke pinggul Amber. Mereka berpelukkan sangat erat, sampai Kai mengayunkan tubuh Amber.

"Kai!" sapa Amber lembut. Amber merasakan dorongan antusiasme yang tidak biasa begitu melihat senyumnya. Sadarlah Amber bahwa ia sangat senang bertemu dengan Kai.

"Welcome back Amber" Kata Kai nyengir sambil mengguncang - guncang tubuh Amber.

Amber cekikian dibuatnya. "Aku merindukanmu Kai"

Kai melepaskan pelukanya memandang wajah Amber

"Aku juga sangat merindukanmu Amber, setiap hari. Hari- hari ku payah sekali selama kau tidak ada"

"Aku juga merasa aneh tidak mendengar celotehan mu yang aneh - aneh, aku minta maaf yah Kai, aku tidak bermaksud untuk...."

"Oh Amber__" sergahnya buru - buru.

"Harusnya aku yang minta maaf padamu, aku memang bodoh telah menjadi laki - laki paling egois, dan maaf soal surat - surat itu, aku membohonginmu. Aku sungguh minta maaf, Aku cuma...."

"Lupakan Kai," Amber menyela ucapan Kai dan memeluknya kembali sekilas.

"Sebagai penebus rasa bersalahku, seumur hidup jadi babumu pun aku mau, asal kau jangan marah lagi padaku, please" lanjutnya. Kata - kata itu berhamburan dari mulut Kai.

"Aku sudah tidak marah kok, Kau sudah ku maafkan" seru Amber.

"Aku kira selamanya Kau benar - benar sudah tidak mau berteman denganku lagi"

"Sudahlah Kai, kenyataanya adalah, aku benar - benar tidak bisa berlama - lama bermusuhan denganmu, lagupula siapa sih Kai yang tidak butuh teman? I mean, you are my best friend, my main man" ujar Amber sambil memukul dada Kai pelan dengan kepalan tangannya.

Mereka tersenyum, kemudian tidak berbicara lagi selama beberapa detik. Keduanya mendadak dingin kembali.

"Oh iya Amber, Aku mau bilang sesuatu padamu" ujar Kai, memecah keheningan.

"Apa?"

Wajah Kai tampak malu - malu, ia menyembunyikan senyumannya, wajahnya memerah, matanya menerawang mencari kata - kata yang layak.

"Sebenarnya sebulan ini, aku mengawasimu"

"Mengawasi apa?"

"Aku...Aku mengawasimu tidur setiap malam"

"Ya Tuhan, Kai. Ini sungguh kejahatan yang serius, kau bisa disamakan dengan pidana seorang pencuri atau perbuatan meresahkan lainnya, sama saja kau mengendap - ngendap masuk kerumahku dan mengambil TV"

"Ya jangan berpikir seperti itu dong, aku cuma__rindu" Kata Kai malu malu.

Hal itu mulai mengingatkan kembali ketika berminggu - minggu yang lalu ketika Amber tidak ingin bertemu dengannya lagi. Semenjak perpisahan itu, Amber memang menganggap Kai adalah mantan sahabatnya, dan ternyata sebulan ini Kai diam - diam mampir ke kamar Amber setiap malam ketika Amber tidur, jelas tanpa sepengetahuan Amber.

Walau Amber tidak mau menjawab teleponya, membalas SMS-nya yang berisi beribu - ribu maaf Amber menggubrisnya. Tapi Kai tidak kehabisan akal, tidak bisa masuk lewat pintu rumah Amber, dia nekat diam - diam masuk kekamar Amber dengan teleportnya, hanya untuk melihat keadaannya.

Kai pun tidak ingin mengunjungi reservasi, enggan bertemu Chanyeol, walau sahabatnya Kyungsoo memaksanya untuk mampir.

"Kau sering melakukan itu?" Amber mengintrogasi.

"Sering, nyaris setiap malam" Kai terkekeh lalu menyeringai menunjukan giginya

"Ini gila"

"Tapi kalau ada Chanyeol, aku tidak akan datang, aku tidak mau melihatmu sedang__berduaan dengannya" kata Kai jengah sambil memutar bola matanya, perkataan Kai membuat Amber malu.

"Kai jangan lakukan itu lagi okay, itu privasiku tau, berhenti melewati garis teritoriku" gumam Amber seraya mengancam, sebelah alisnya terangakat ketika mengatakan itu.

Kai sekali mengangguk ragu, Amber menghela nafas.

Mereka berjalan masuk ke dalam rumah, duduk disofa panjang berwarna putih yang menghadap ke jam kuno yang sangat besar. Amber duduk miring menghadap Kai sambil menekuk kakinya diatas sofa.

Kegembiraan mereka bertahan sampai beberapa topik obrolan ringan seperti: Bagaimana keadaan mereka, apa yang mereka lakukan selama tidak bersama, sampai Kai menanyakan topik yang sensitif untuk Amber: masalah tentang sepeninggalan Chanyeol waktu itu dan apa yang membawanya kerumah Kai.

"Jadi Kau benar - benar memaafkannya yang sudah meninggalkanmu?"

Amber menghela nafas panjang "Tidak ada yang perlu dimaafkan, dia tidak bersalah"

Wajah Kai mengernyit seperti baru menjilat lemon "Jadi tidak ada yang bisa di hakimi nih?" tanyanya masam

"Tidak ada yang harus di hakimi Kai, bahkan kau pun tidak bisa menyalahkan dia karena pergi meninggalkan aku, karena Kau tidak tau alasanya"

"Memang apasih yang membuatmu sangat mencintai Chanyeol? Masalah uang atau tampang? Aku punya itu semua"

"Shut your chewholes" telunjuk Amber hendak menyentak ke bibir Kai untuk menghentikan ocehannya.

"Is he powerfull in bed?" tanya Kai sambil memicingkan mata. Seketika tangan Amber tergelak.

"Good job Kai aku tersanjung karena serendah itu anggapanmu tentangku" gerutu Amber.

"Maaf, aku hanya berusaha memahami motivasi mu yang mencintai makhluk kompor bernama Chanyeol itu"

"Bukan masalah uang, lagipula dia sekarang benar - benar tidak memiliki tempat untuk tinggal, tidak ada lagi yang tersisa. Tapi dia selalu menjadi Chanyeol yang hangat, berwibawa dan dewasa" Amber menyemburkan kata - kata itu pada Kai.

Kai hendak membuka mulutnya untuk menyela ucapan Amber.

"Dan dia orang yang paling penuh cinta, brilian, dewasa, paling baik dan tidak egois" pandangan Amber berkilat ketika mengeluarkan kata terakhir

"Yah, terserahlah. Mau dia memiliki semua sifat itu, yang penting kau tidak bisa berlama - lama bermusuhan denganku kan, dan kenyataannya adalah aku yang paling kau rindukan setengah mati?" ledek Kai sombong, sambil menusukan jarinya ke pipi Amber.

"Terserah kau lah Kai" Amber menampis tangan Kai.

"Hei jangan marah padaku lagi" Kai menggoda Amber, memberikan senyuman termanis yang belakangan jarang ia lihat, Amber langsung luluh seperti anak kecil yang diberi lolipop oleh orangtuanya, Amber membalas senyuman Kai.

"Oke..lalu apa yang membawamu kemari selain rindu padaku?" tanya Kai arogan.

Kearoganan Kai membuat Amber letih, serasa mengiris - ngiris lagi lukanya kembali yang baru sembuh. Kai memaksa Amber untuk mengingat - ingat enam bulan kelabu dan penyebab dari semua ini dan bersambung bagaikan cerita drama yang tak tentu habisnya.

Suasana menjadi tidak enak bila Kai terus bertingkah seperti itu. Bukanya Amber tidak ingin menceritakanya, namun waktunya sungguh tidak tepat, dan Kai langsung menodong pertanyaan sensitif itu. Membuat Amber berpikir sebaiknya dia pulang saja, tapi Amber harus berusaha menghadapi Kai dengan sabar. Yang Amber inginkan saat ini hanya bertemu dengan Kai, bercerita tentang hal yang menyenangkan, jadi Amber rasa dia tidak usah terburu-buru menyerah melawan keinginanya untuk melepas rindu dengan sahabatnya.

Waktu Kai bertanya hal tersebut, Amber tertunduk, ia hendak menjawab dengan ragu, Kai memandangi wajah sahabatnya yang mengeras menjadi topeng getir yang bukan baru kali ini ia lihat.

"Its complicated" Amber mendongak dan menjawab pertanyaan Kai dengan nada letih.

Kemudian Kai mengerjapkan mata, dan Amber lihat bahwa Kai mengerti.

"Chanyeol....?" Kai mendengus, terdengar mengejek.

Mendengar nama Chanyeol yang terus menerus Kai sebut membuat Amber sangat tersiksa. Amber menggeleng kalut, putus asa ingin lepas dari cengkeraman kepedihan itu.

"Aku tidak keberatan sih, mendengar cerita yang panjangnya seperti film india. Ada actionya tidak?"

Amber memutar bola matanya sambil mengenyakan diri di sofa.

"Tidak seru kalau tidak ada actionya, ada horornya sedikit juga tidak apa-apa"

"Mau mendengarkan tidak?" bentak Amber.

Kai pura - pura mengunci mulut dan melempar kunci yang tak kasatmata kebalik bahunya, Amber berusaha tidak tersenyum, namun gagal.

Amber memutuskan untuk menyusun kata - kata dalam benaknya tentang kejadian yang terjadi. Amber berusaha membuat ceritanya seringkas dan sesingkat - singkatnya.

Amber berusaha membaca reaksi Kai, tapi wajahnya tampak membingungkan, saat Amber sedang menjelaskan, kadang - kadang Kai terlihat seperti sedang berpikir keras, membuat Amber tidak yakin apakah Kai mendengarkannya.

Tidak lupa Amber juga menceritakan orang - orang yang ada ditempat reservasi yang ternyata Kai sudah mengenal mereka.

Kemudian menceritakan singkat kisah Master of Evil yang kejam. Ia menyimak ceritanya dengan saksama, rahang Kai terkatup rapat, bulu kuduk di kedua lenganya meremang, dan cuping hidungnya kembang kempis, sesekali menggumam bersimpati dan terkesiap ngeri bila diperlukan. Hanya saja ketika Amber menceritakan sosok Lay yang menyembuhkanya, mendadak mulut Kai terbuka lebar, tatapanya seperti takjub.

"Sungguh luar biasa huuebat" Kai tersadar ia menganga cukup lebar. Akhirnya dia mengatupkan bibirnya kembali rapat - rapat kembali.

Sampai diakhir cerita yang menurut Amber sangat menyedihkan, penyebab Chanyeol menjauhinya lagi karena dengan tidak sengaja membuat dirinya terbakar. Respon Kai kali ini lebih mudah dibaca, mata Kai melotot dan berkilat memerhatikan Amber. Seketika wajah Kai berubah garang, dadanya tegap membusung.

"Dia melakukanya lagi? Amber sudah aku katakan, he's not good for you, lebih baik kau berpisah dengannya" Bentak Kai jengah.

Amber tertunduk perasaanya langsung nyeri, tak sadar air matanya langsung jatuh, bukan kerena dibentak oleh Kai, namun karena ia mengingat betapa pedihnya perasaanya. Perasaan itu seperti deja vu yang kuat untuknya.

Kai meleleh, hatinya langsung lembek bagaikan marshmallow bila melihat Amber menitihkan air mata, nalurinya sebagai laki - laki langsung terpanggil bila melihat itu.

"Oh Amber, maafkan aku" Kai merapatkan tubuhnya ke Amber, merangkulnya dengan erat.

Kai berusaha melihat wajah Amber yang basah dan mengusap air mata Amber dengan ibu jarinya.

"Aku tau maksud dia, kalau aku diposisinya, mungkin aku juga akan melakuin hal yang sama. Aku mengerti pasti sulit sekali untuknya sekarang, ketika kita menginginkan terus berada disisi seseorang yang kita cintai namun ada sesuatu yang menghalangi mereka"

Suatu hal yang tidak waras, suatu hal yang sulit diterima akal sehat, sesuatu yang supranatural. benak Amber berkecamuk, nyaris tidak menerima kenyataan.

Kai merasakan tubuh Amber bergetar hebat, tangisanya semakin terisak - isak. Amber menangisi keadaan dirinya, Amber dihantui perasaan takut yang amat dia kenali akan terulang kembali.

Namun kali ini lebih parah, karena sudah jelas, dan Chanyeol memiliki alasan kuat untuk meninggalkannya nanti.

Kai mengepal tanganya, merasa kesal karena Chanyeol melakukan hal ini pada orang yang ia sayangi. Ingin sekali Kai ke tempat reservasi dan memukul wajah Chanyeol. Bahkan kemampuan teleportnya sangat menguntungkan untuk rencananya, Kai berpikir untuk menusuknya dengan pisau dari belakang.

Tapi Kai membuang pikiran itu jauh - jauh, ia tidak bisa melakukan itu karena hal itu akan melukai perasaan Amber, walau ia sangat ingin melakukan hal itu, secepatnya.

"Kai, boleh aku menginap disini?" Amber melirik ekspresi Kai sekilas.

"Kau bisa datang dan pergi dari rumah ini sesukamu Amber" Kai menghembuskan nafas keras - keras hingga menyapu puncak kepala Amber.

"Terima kasih Kai, aku senang memilikimu" Amber melepaskan pelukan Kai dan duduk bersandar di sofa kembali, Amber mulai merasa lebih nyaman sekarang.

"Ngomong - ngomong tumben kau kok belum tidur ketika ku menelpon tadi" tanya Amber sambil melepaskan pelukannya.

"Aku tidak bisa tidur, apa lagi rumahku sedang sepi sekarang" jawabnya dengan suara sengau.

"Memang Taemin kemana?"

Kai berdehem pelan "Dia pergi ke Eropa dengan pacar dan teman - teman kuliahnya"

"Kau tidak ikut?"

Kai tertawa "Untuk apa, buang - buang uang saja. Kau lupa, aku kan bisa teleport"

Amber mengangguk "Kenapa tidak kau ajak saja dia dengan teleportmu"

"Taemin belum tau kemampuanku ini" jawab Kai pelan.

"Wow..bagaimana bisa kau menyimpan rahasia dengan orang serumah, pasti sulit sekali ya menyimpan rahasia sebesar itu?"

"Sangat, ini adalah kekhawatiran terbesarku. Pasti akan sulit menyimpan rahasia dengan adanya Taemin dirumah, dan Kyungsoo bilang rahasia ini terlalu penting. Maka aku berusaha untuk menjaga rahasia ini. Tapi sebenarnya Aku tidak suka harus merahasiakan sesuatu di rumahku sendiri. Itu membuatku merasa seperti memiliki dosa besar yang aku simpan selama ini,

"Teamin sering mendapatiku keluyuran bahkan pulang pagi, karena aku sibuk kesana kemari dibelahan dunia. Awal - awal ia mengira aku sedang dalam tahap usia di mana aku suka memberontak, lalu dia mengadu pada pamanku. Akibatnya pamanku selalu menghukumku karena aku mulai sering bikin masalah di rumah maupun dikampus" Amber menggeleng berlagak sedih, seolah - olah menyaksikan tragedi.

"Pamanku jadi sering memarahiku, tapi aku tidak bisa melawannya, jadi aku diam saja di marahi. Sampai pernah aku di hukum tidak boleh kemana - mana. Tapi keesokan harinya aku melakukanya lagi, hati - hati aku menggunakan teleportku dari kamar. Walau aku khawatir ketahuan, karena belakangan ini Taemin sering kali memeriksa kamarku setiap malam, memastikan kalau aku masih dikamar dan tidak keluyuran,

"Mungkin kalau orang tuaku masih hidup ia akan mengadukanku pada mereka. Terkadang aku kesal dengannya, dia suka mengada - ngada, mentang - mentang aku paling muda" Kai bercerita dengan nada jengkel yang jarang Amber lihat, itu membuatnya ikut bersimpati.

"Kenapa kau tidak melawan, kau kan biasanya seperti preman"

"Aku tidak bisa, Kyungsoo bilang aku harus lebih menahan amarahku" Kai menatap Amber dengan tatapan menyerah.

"Lalu kenapa kau tidak berkumpul di tempat reservasi saja?"

"Tidak, aku tidak mau bergaul dengan orang - orang sejenis lainnya, karena kelompok itu akan membuatkku menjauhi kehidupan normalku, menjadi hedonis,

"Lagi pula mereka yang tinggal disitu kan punya masalah masing - masing, hingga harus ada penanganan khusus. Sedangkan aku, aku bisa kok mengurusi hidupku sendiri, dan menurutku mereka hanya kumpulan manusia setengah dewa yang memiliki masalah dengan pertahanan diri mereka sendiri dan beberapa memiliki masa lalu yang kelam, seperti pacaramu yang panas membara itu" Kai mengerutkan kening mengatakan semua itu dan bibirnya sedikit tertarik ketika mengucapkan kata terakhir.

Namun Amber tidak menggubrisnya, dia sudah cukup kebal dengan hinaan Kai terhadap Chanyeol.

"Tapi kalau kau sering - sering bermain ketempat reservasi kan kau jadi lebih memahami dirimu, dan berlatih" Amber berusaha mempertahankan suaranya agar tetap rendah.

"Latihan untuk apa? Apa dunia ini akan kiamat?" Kai mengangkat alisnya.

"Kai hati - hati dengan ucapanmu, lagi pula orang disana kan juga baik - baik. Aku yakin Kris akan paham bila kau memilih gaya hidupmu sendiri, dan aku yakin sampai kapanpun dia akan menerimamu dengan tangan terbuka. Kau kan tidak perlu menetap disana, datang saja dan melihat keseharian mereka, dan Kyungsoo kan juga sahabatmu" jelas Amber.

Kai menghirup napas dalam-dalam, kemudian pelan-pelan bicara dengan lebih tenang. "Memang apa yang mereka lakuakan selain berlatih untuk hal yang tidak jelas apa tujuanya?"

"Memangnya Kyungsoo tidak cerita padamu?"

"Cerita sih, dan aku putuskan tidak tertarik, aku juga tidak mengerti mengapa mereka mematuhi orang yang bernama Kris itu. Kau tahu, melihat Kris mengingatkanku pada Profesor X, hanya saja dia tidak botak dan tidak duduk di kursi roda" Kai menyunggingkan senyum sambil mengerling.

"Menurut yang aku tau Kris adalah seorang ahli pertarungan yang terlatih, dan dia pelatih yang mahir karena pengalaman beribu-ribu tahun dan pengalamannya dalam berbagai situasi pertempuran, dan dia yang telah menolong orang - orang direservasi untuk menjadi lebih baik. Tugasnya sangat berat, dan tanggung jawabnya sangat besar kau harus tau itu, dia sengaja mengumpulkan manusia sejenis kalian agar tidak semena - mena" Amber menekankan kata terakhir, agar Kai sadar. Dan benar saja, jawabannya mengalihkan Kai dari kekesalannya yang misterius.

Kai mengalihkan pandanganya dari Amber, ia berpikir Amber ada benarnya juga, Kai sebenarnya ingin sekali datang ke tempat reservasi, namun ia enggan bertemu dengan Chanyeol.