Amber memakai sepatu lari, meregangkan tubuhnya di depan pintu dan beranjak sambil membawa botol air minum. Amber joging mengitari blok rumahnya, hal yang biasa ia lakukan setiap minggu selama 30 menit bila cuaca cerah dan sedang mood. Kakinya berderap di aspal trotoar, keringat mengalir di sekujur tubuhnya, menikmati lemak yang terbakar di bagian paha, betis, lengan dan perutnya.
Amber terengah-engah, ia duduk di atas trotoar dan menenggak air mineral yang ia bawa. Ponsel di sakunya berbunyi, ia mengeluarkan ponsel dari sakunya. Pesan dari, Kai.
"Jaketmu ketinggalan disini, Mau kubawakan tidak?"
Amber membalas dengan cepat "Aku saja yang kesana"
Amber berdiri, membersihkan tanah di celana pendeknya dan berlari pulang.
Hanya butuh kurang dari 30 menit yang biasanya 45 menit untuk sampai dirumah Kai. Untungnya, ia mengendarai Mini Roadster kesayangan miliknya. Karena Amber tidak yakin Audi lama milik Ayahnya dapat melakukan perjalanan secepat itu. Si Mini Roadster jelas jauh lebih menyenangkan untuk di kendarai.
Sesampainya dirumah Kai, Amber melihat Kai sedang fitnes, menjaga stamina dan otot-otot tubuhnya agar tetap terjaga.
"Kau merindukanku?" tanya Kai di sela-sela mengangkat beban. Keringat membasuh wajah dan kaos lengan buntung yang lepek karena keringat.
Amber memutar bola matanya dan mendecakan lidah "Mana jaketku?" tanya Amber sambil duduk di bangku sebelah Kai.
Kai menaruh barbel di penyangga, lalu bangkit meregangkan otot - otot di lenganya, tepat ketika blower menerpa tubuh Kai.
Amber mengernyitkan hidung "Wow...beyond the body odor you so obviously suffer from, aku rasa kau butuh kamper, aku tidak yakin parfum EDT bisa menghilangkan bau badanmu itu" kali ini Amber menutup hidungnya ketika bau pahit bercampur asam menerpa hidungnya.
"Namanya juga keringat, memang keringat mana yang tidak bau?" katanya sambil menenggak air dari termos kecil.
"Kau tau kan aku tidak akan bertambah tua. Maka dari itu, aku akan terus menjaga otot - ototku ini" lanjutnya bangga, sambil memamerkan otot - otot lengannya.
"Tidak usah di ingatkan, aku tau," katanya masam "dan kau rela bergaul dengan nenek - nenek nanti"
"Ahh...c'mon Amber, itu tidak begitu buruk kok" Kai menyeka keringatnya di wajah, leher dan lengannya dengan handuk dan menggantungkannya di leher.
"Oh ini tidak adil," gerutu Amber "Aku akan menjadi satu - satunya yang menua, aku akan mencari ramuan anti aging Ratu Elizabeth itu" protes Amber sambil mengentak entakan kakinya.
"Apa itu? Aku tidak percaya kau mengentak entakan kaki, aku pikir hanya cewek - cewek di TV yang melakukan itu, and i don't think such a concotion exists, Amber" ledek Kai.
"Maaf entah mengapa masalah umur adalah topik sensitif untukku" sahut Amber getir.
"Oh jadi sekarang kau kena Gerascophobia"
Amber memutar bola matanya sambil mendesah kesal.
"Kau tunggu sini biar aku ambilkan, aku mandi dulu ya" sambil Kai mengangkat ketiaknya tinggi - tinggi, memperlihatkan bulu ketiaknya yang tipis untuk meledek Amber kerena bau badannya, lagi - lagi Amber menutup hidungnya.
Kai melemparkan baju kotornya ke keranjang dibelakang pintu, dengan gaya atlet basket yang sedang memasukkan basket kedalam ring. Kai masuk ke kamar mandi. Menyalakan shower, semburan air hangat melemaskan otot-ototnya yang tegang dan menenangkan denyut nadinya. Air pancuran yang hangat mengalir seperti air terjun kecil di atasnya, ia mengangkat wajahnya menerima pancuran yang nyaman di wajahnya, lalu memakai sabun dan shampoo dengan wewangian khas cowok.
Setelah tubuh dan rambutnya kering, Kai mengambil hoodie, boxer, celana jeans dan jaket milik Amber dari dalam lemarinya yang besar.
Diruang tamu Kai melihat Amber sedang membaca komik One Piece milik Kai yang tergeletak di meja.
"Oh iya Amber, aku ingin mengajakmu kesuatu tempat, tempat itu sangat pas di datangi dibulan Juli, mau ikut?" ajak Kai sambil memberikan jaket milik Amber.
"Kemana?" tanya Amber sambil memakai jaketnya.
"Lihat saja nanti, ayo!" ajak Kai sambil menarik tangan Amber agar bangkit dari sofa.
"Konsentrasi oke" Amber mengangguk, menahan nafasnya hingga kepalanya merasa berputar putar.
Dalam sekejap warna cat putih lembut tembok rumah Kai berubah jadi hijau cerah. Ruangan itu berganti menjadi ladang rumput yang sangat luas, burung - burung berterbangan karena terkejut dengan kedatangan mereka yang tiba - tiba. Sejauh mata memandang, hamparan hijau kaldera membentang sangat luas seperti karpet hijau raksasa dengan bukit - bukit hijau dan pohon trembesi yang sangat besar dan rindang. Di kali bukit terdapat ladang ilalang yang lebat.
Langit berawan, namun terik matahari masih dapat menembus awan di ujung bukit, tapi tidak terlalu panas lebih tepatnya hari yang cukup cerah. Angin menghempas wajah dan rambut mereka. Tiap udara yang terhirup, tercium aroma embun pagi yang menyegarkan, sekejap Amber dapat melupakan masalah yang membebaninya, Amber menoleh pada Kai yang berdiri di sampingnya sedang terpaku mamandanginya sambil memasukkan tanganya ke saku depan hoodienya.
"Ini dimana Kai?" tanya Amber terkagum - kagum.
"New zealand" ujar Kai singkat.
"Sempurna"
"Kau suka dengan tempat ini?" tanya Kai sambil menatap langit.
Amber mengangguk. "Aku selalu menyukai tempat yang memiliki pemandangan yang indah, Kau selalu tau seleraku Kai, atau Kau memasukan semua list tempat kesukaanku di jurnal mu itu" kata Amber dengan nada meledek, Kai langsung panik.
"Privasiku runtuh ada kau dirumahku" ujar Kai, matanya melotot.
"Aku tidak meliat banyak kok" Amber menyeringai, kemudian Kai mengacak-acak rambut Amber gemas.
"Aku ingin memperlihatkanmu sesuatu" seru Kai sambil merangkul Amber.
"Apa?" tanya Amber penasaran sambil merapikan rambutnya tanpa protes.
"Let me show ya" Kai menarik tangan Amber, berlari memasukki ladang ilalang setinggi dada dengan jalan setapak. Mereka melangkah melewati lengkungan pendek di antara pohon madrone lalu menerobos semak pakis setinggi pinggang. Sayup-sayup terdengar suara mata air, riakan air semakin lama semakin terdengar jelas, suara air terjun dan juga suara angsa.
Kai berhenti dan membalikan tubuhnya "Ini, kupersembahkan keindahan semesta alam untuk kau nikmati, Amber"
"Wow.." Amber takjub melihat kolam air raksasa di hadapannya, terdapat dermaga kecil dan perahu kayu yang cat putihnya terlihat usang dan mengelupas di beberapa sisi. Di arah timur ada air terjun yang tak seberapa tingginya namun cipratan air yang di ciptakan membiaskan delapan warna pelangi tipis yang berwarna - warni dan sangat indah. Ditengah danau, tedapat teratai - teratai dengan berbagai ukuran hingga yang terbesar mengambang ditengah danau. Burung-burung teratai yang mencari makan hinggap diatas permukaan teratai itu. Lalu beberapa meter dekat tebing terdapat pohon - pohon mangrove.
Belum pernah Amber melihat tempat terbuka alami yang begitu simetris. Danau itu bentuknya bulat sempurna, seolah-olah ada orang yang dengan sengaja membuat lingkaran sempurna. Begitu juga dengan batu - batuan yang menghijau karena erosi air dan tebing tebing yang berwarna abu - abu hingga cokelat. Tebing - tebing itu seperti di pahat, begitu indah dan alami. Ditambah lagi cahaya matahari bersinar tepat di permukaan danau yang sangat jernih memantulkan sinar dengan kabut kekuningan ke wajah mereka, begitu mempesona.
Di tempat mereka berpijak mereka di kelilingi padang rumput kecil, basah, dan ditumbuhi bunga-bunga liar; ungu, kuning, merah muda dan putih lembut.
Amber berjalan maju perlahan, melintasi rumput halus, bunga yang melambai-lambai, serta udara sejuk dan keemasan. Terpesona dengan pemandangan yang seperti ilusi, pemandangan yang hanya ada di film dan cerita fiksi.
"This is unreal" ujar Amber terperanga.
"This is real, and just for you, Amber" ujar Kai sambil melangkah maju, lalu mengambil serpihan ilalang di baju Amber dengan lembut. Amber setengah membalikkan badan ke arah Kai dan memberikan senyuman puasnya.
Bisa dikatakan ini pembuktian cinta Kai yang lain bahwa ia ingin sekali berbagi ini semua dengan Amber.
"Ayo! Aku sudah tidak sabaran nih" tiba - tiba Kai membuka hoodie, celana dan sneakernya dengan tergesa-gesa sambil memasang ekspresi penuh nafsu dengan menggigit bibirnya.
"Kai, Kau mau ngapain?" Amber mundur selangakah secara otomatis. Tiba - tiba Kai menghilang dari pandangan Amber. Amber memandang sekelilingnya dengan ketakutan, mencari-carinya kerena sendirian disana. Akhirnya ia menemukan Kai yang sedang berdiri di atas tebing tinggi dan siap - siap melompat.
"Watch me!" teriak Kai dari atas tebing. Amber berantisipasi melihat atraksi Kai.
Kai mencondongkan tubuh ke depan, membungkuk agar bisa meloncat lebih jauh. Kai memulai terjunnya dengan berlari lebih dulu dan melontarkan diri ke udara kosong dari bibir tebing yang tingginya 20 meter. Ia meliuk dan berputar-putar di angkasa saat terjun bebas, seperti atlet lompat indah. Kai menjerit puas, jeritan kegembiraan saat tubuhnya melayang di udara, tubuh itu terus berputar-putar dan jatuh ke bawah, tubuhnya membelah permukaan danau. Kai tampak benar - benar bebas dan tanpa beban.
"Whoaa, that was awesome..." teriak Kai ketika kepalanya menyembul dari dalam air, suaranya menggema .
"Dasar tukang pamer" Gumam Amber.
"C'mon Amber!" ajak Kai semangat sambil berenang kesana kemari.
"Eh..eheung..Defenetely not, I can't swim" Amber memunguti pakaian dan sneaker milik Kai.
Amber berjalan sampai bibir dermaga dan meletakkan pakaian dan sepatu sneaker merah kesukaan Kai disampingnya. Amber membuka sneaker hitamnya dan menarik celana jinsnya hingga betis lalu duduk dipinggir dermaga. Ia mencelupkan kakinya di air danau yang cukup dingin dan jernih sambil menikmati pemandangan di sekitar danau.
Amber melihat ikan - ikan kecil dibawah kakinya berenang dengan lincahnya. Satu persatu ikan - ikan kecil berenang menghampiri dan mengitari pergelangan kaki Amber. Sekawanan ikan kecil semakin banyak mendatanginya, sesekali ikan - ikan itu melesat menjauhi saat Amber bergerak. Momen kecil itu membuat Amber tersenyum bahagia.
Dengan teleportnya Kai yang tadi sedang berenang disekitar air terjun langsung muncul di dekat kaki Amber, Amber terkejut ketika kepala Kai tiba - tiba menyembul dari bawah air. Kai menyudahi renangnya, ia menggigil kedinginan, dan duduk disebelah Amber. Bisa Amber dengar gemeletuk gigi Kai yang menggigil, ia memeluk dirinya sendiri.
"Berenang bukan ide yang bagus" ia protes kepada dirinya sendiri, Amber hanya terkeleh mendengarnya.
"Hei..Kau mau naik perahu itu? Kita kelilingi danau ini, kau pasti menyukainya" ajak Kai sambil menggigit bibir bawahnya yang jingga menahan dingin.
"Itu?" Amber menunjuk perahu usang itu dengan ekspresi tak percaya.
"Tidak..tidak...tidak nanti kita tenggelam, lihat saja perahunya sudah jelek begitu" Amber menolak mentah - mentah, walau sebenarnya ia sangat ingin sekali mengitari danau yang indah itu.
"Eh Amber, Don't judge by the cover, tapi lihat dari sepak terjang perahu itu! Rasakan bagaimana perahu itu akan membawamu kemana" bibir Kai menunjuk ke perahu itu.
Ada sedikit keraguan dalam diri Amber, tapi ia tidak bisa membohongi perasaannya bahwa ia ingin sekali mencobanya.
"Percaya lah padaku, lagipula aku tidak akan membiarkanmu tenggelem. Tenang saja, kan ada Kai 'Baywatch' Hasselhoff" Amber tertawa mendengar ucapanya, Kai pun terkekeh.
Amber mempercayainya dan mengiyakan tawaran Kai. Setelah Kai mengenakan pakaianya kembali, Kai menuruni tangga dermaga dengan perlahan dan menaikki perahu yang memiliki dua buah dayung yang terpasang dikanan dan kirinya itu.
"Ayo turun! I got you" Amber menuruni tangga dermaga dengan perlahan, tangan Kai memegang erat tangan Amber ketika menaikki perahu itu.
Kai melepaskan pengikat tambang perahu disebuah tiang dekat dermaga. Kai mulai mendayung, mereka duduk berhadapan.
Kai terus memandangi Amber sambil tersenyum seperti ada yang ia pikirkan, namun Amber tidak melihatnya, pandangannya sedang fokus mengagumi seisi danau tersebut.
Kai mendayung sampai tengah danau, ada banyak teratai dengan berbagai ukuran mengambang indah menghiasi danau ini, beberapa bunga teratai yang berwarna pink bermekaran, banyak burung teratai bermain-main di atasnya. Amber melihat teratai yang paling besar, teratai yang ia lihat tadi dari bibir dermaga, ukuranya lebih besar bila di lihat dari dekat, rasanya Amber ingin menduduki teratai raksasa itu.
Lalu mereka melewati canyon dengan kucuran air yang bersih, Amber bermain - main dengan air tersebut, sangat dingin, mereka meminum air kucuran itu. Airnya sangat menyegarkan. Tiba-tiba langit bergemuruh tanda hujan mau turun.
"Ayo teruskan lagi dayungnya Kai, sepertinya sebentar lagi mau turun hujan?" perintah Amber.
Kai memandang kelangit, memperlihatkan dagunya yang terbelah "Yes Captain!"
"Kalau kau capek, biar aku saja yang gantian mendayung" Amber menawarkan diri.
"Sudah biar aku saja, aku akan menuruti semua keinginan mu, kemanapun Kau perintahkan kapten"
Mereka belok ke jejeran hutan mangrove, dari kejauhan terdengar suara angsa. Mereka memasukki daerah yang banyak terdapat pohon mangrove yang tinggi dengan batang berwarna abu - abu muda hingga tua, seperti tanaman pohon yang mengambang dari atas air. Pohon - pohon ini terlihat sangat tua, Amber melihat gerombolan angsa sedang berenang mengitari sekitaran pohon mangrove dan sekitar perahu mereka, jumlah angsa yang sangat banyak yang pernah Amber lihat.
"Aku tidak pernah melihat angsa sebanyak ini secara langsung kecuali di acara animal planet" kata Amber takjub, sedangkan Kai terkekeh mendengar keterangan Amber.
"Kau tidak pernah ke kebun binatang, ya? Menyedihkan, kapan - kapan aku ajak kau ke Central Park Zoo di New York" Amber terkekeh sedangakan Kai tertawa terbahak - bahak, bahkan suara tawanya membuat angsa - angsa itu kaget.
Amber sangat takjub dengan apa yang ia lihat, bulu - bulu angsa yang putih bersih mengambang seperti mainan bukan sungguhan. Angsa - angsa itu mengeluarkan suara mereka saling berkomunikasi dengan angsa lain. Ingin rasanya menyentuh angsa itu tapi ia takut bila angsa angsa itu menyerangnya. Walau bagimanapun mereka termasuk hewan liar, jadi ia hanya melihat mereka yang mengapung kesana kemari dengan bebasnya, Amber tersenyum bahagia melihat pemandangan langka seperti itu.
"Tempat ini sungguh menakjubkan, Kai. Aku tidak tau kalau tempat seperti ini benar - benar ada," Amber terhipnotis dengan apa yang ia lihat "it's like a dream" tambahnya kali ini Amber melemparkan senyum kepuasan pada Kai.
"Kau mau memberi makan" sambil Kai mengambil plastik kecil dari saku hoodinya.
"Mau!" Amber bersemangat mendengarnya.
Kai memberikan plastik kecil kepada Amber yang berisi roti yang sudah dipotong kecil - kecil, Kai sudah merencanakannya. Amber lemparkan sedikit demi sedikit ke segerombolan angsa dan berebutan. Lalu ada seekor angsa yang menghampirinya, Amber takut berdekatan sedekat itu dengannya, Angsa itu membuka paruh besarnya sambil mengeluarkan suara, Amber melemparkan roti langsung ke mulut angsa itu.
"Menurutmu mereka sedang apa disini, ini seperti bukan habitat asli mereka?" Amber bertanya pada Kai sambil terus melemparkan roti ke angsa - angsa tersebut.
"Aku kurang tau" Amber memperhatikan Kai ketika mulai berbicara "mereka selalu berpindah - pindah kalau udara mulai melembab, dan mereka selalu terbang ke utara kalau hujan mulai datang"
"Ummm...jadi mereka tidak menetap ya?"
"Tidak, tapi mereka akan kembali lagi bila mereka ingin" ujar Kai.
Amber menggeleng kepala, terpana mendengar tiap perkataan yang keluar dari bibir Kai, hampir membuat Amber terhipnotis.
"Terima kasih ya sudah membawaku kemari, it's really beautiful of what you did" Amber menarik nafas, merasakan udara sejuk memasuki kerongkongannya.
"Aku senang kalau Kau bahagia" mereka tersenyum bersama, Kai tersenyum memamerkan gigi putihnya yang kontras dengan kulitnya yang nyaris kecoklatan.
Dari kejauhan dermaga sudah terlihat, tanda bahwa perjalanan akan segera berakhir. Mereka melewati air terjun pendek, airnya yang deras menyiprati mereka dan ombak yang di hasilkan menggoyang perahu, membuat Amber panik, berteriak - teriak tak terkordinasi. Namun Kai malah menertawakan Amber yang sedang berteriak panik, dan perjalanan keliling danau pun benar - benar berakhir.
Sungguh pengalaman yang menyenangkan untuk Amber namun sangat singkat karena Amber sangat menikmati tiap pemandangan yang ada dihadapannya.
Mereka sampai di dermaga, Kai mengikatkan kembali perahu dengan tambang ke tiang, Amber naik ke atas dermaga terlebih dahulu dan memakai sepatunya disusul Kai.
"Gosh it's really beautiful, aku akan tinggal dan menghabiskan hidupku ditempat yang seperti ini ketika tua nanti," puji Amber yang tidak henti-hentinya
"Yang seperti apa persisnya yang kau inginkan?" Kai bertanya sambil menggigit bibirnya.
Amber berfikir sejenak, "Umm, aku ingin tinggal di desa, atau yang jauh dari hiruk pikuk kota," Mata Amber menerawang sebelum memejamkan mata membayangkan suasana tempat tinggal impiannya "Rumah seperti pondok kayu jerami juga bagus. Rumah sederhana dengan jengkungan seperti panggung kayu yang kolongnya dialiri air dangkal"
"Hati - hati mungkin ada buaya atau anaconda di kamar mandimu nanti" ocehan Kai membuyarkan imajinasinya hingg membuat Amber merengut.
"Ayolah, Kai kita pulang, nanti keburu hujan" ajak Amber buru-buru ketika melihat Awan terdekat berwarna abu-abu gelap.
"Tunggu Amber! Begini," seru Kai "sebenarnya niat ku mengajakmu kesini, karena ingin melakukanya dengan cara yang sedikit berbeda," Kai tertawa dan kedengaranya seperti menertawakan diri sendiri "Aku berencana ingin melakukanya secara halus dan sedikit romantis" tambahnya
"Sebenarnya aku berniat menyusun kata - kata tapi...." Kai memandang awan yang semakin meredup, seolah - olah bisa menemukan jawaban dari awan - awan mendung itu "aku tidak punya waktu lagi untuk menyusunnya" Kai terkekeh lagi kemudian gugup.
"Kau mau ngomong apa sih?" desak Amber "ngomong cepat, keburu hujan nih" bujuknya sambil menatap kondisi langit yang semakin gelap, awan bergulung-gulung hebat dan bergerak cepat, hal itu menandakan bakal terjadinya hujan besar
"Aku cuma mau bilang sesuatu padamu yang sebenarnya__kau sudah pernah dengar sebelumnya, tapi aku pikir sebaiknya aku mengutarakannya lagi secara terbuka" Kai memegang kedua tangan Amber.
Mendadak Amber tidak ingin mengetahui pikiran yang berkecamuk dalam benak Kai, alis Kai berkerut, bola matanya yang hitam pekat menatap Amber dengan tatapan tajam menusuk. Kemudian berubah serius, sedangkan Amber mengejang.
"I just wanna say i'm in love with you and i want you know about what i feel" kata Kai dengan nada yang mantap dan yakin. Amber mematung.
"Amber aku sungguh mencintaimu, aku memiliki perasaan yang sangat dalam padamu, dan aku ingin kau lebih memilihku, bukan Chanyeol. Aku tau kau tidak merasa demikian, tapi aku harus menyatakannya ini padamu supaya kau tau isi hatiku yang sesungguhnya" Amber mengerjap - ngerjapkan mata mendengar tiap kata yang terucap oleh Kai.
"dan kau juga tidak perlu kawatir terluka bila denganku, aku bisa memelukku setiap saat dengan suhu tubuhku yang sama denganmu, aku bisa membawamu kemanapun yang kau ingin, Aku akan membawamu ketempat yang kau sendiri tidak percaya bahwa tempat itu ada, bahkan.." ia menghentikan kata - katanya, seperti mencari lagi kata - kata yang lebih pantas untuk diungkapkan "Kau bisa menciumku tanpa aku harus membuatmu terluka. Aku bisa memberikan kenyamanan tanpa ada hal yang perlu kau khawatirkan bila denganku."
Amber pandangi wajah Kai berlama - lama, ia tak mampu mengatakan apa - apa. Amber tidak tau harus harus bilang apa, menurutnya ini terasa aneh.
Kai orang yang hampir selalu bersama dengannya, teman sewaktu kecil, lalu kini mengutarakan perasaan padanya dengan penuh perasaan. Sementara Kai menatap ekspresi terperangah Amber. Dengan lembut Amber melepaskan genggaman tangan Kai yang berkeringat, keseriusan di wajah Kai pun lenyap.
Amber masih terdiam, lalu mengangkat bahu dan mulai berbicara dengan hati - hati dan lembut seperti bicara dengan pasien.
"Kai..." mendadak rasanya ada gumpalan besar yang tersangkut di tenggorokan Amber "aku... aku tidak bisa, maksudku, aku tidak...."Amber mendesah "aku mau pulang Kai" rengek Amber sambil memunggunginya namun Kai menyambar tangan Amber.
"Tunggu dulu! Aku tau Amber, aku tau jawabanmu, tapi jawablah pertanyaanku sekali lagi. Oke, kalau kau tidak bisa menjawab pertanyaan ku yang awal, tapi bagaimana kalau aku pergi meninggalkanmu dan tidak pernah menemuimu lagi? Jujur padaku Amber" Kali ini suara Kai terdengar memaksa.
Sulit berkonsentrasi untuk menjawab pertanyaan itu bahkan lebih sulit dari pertanyaan sebelumnya. Di satu sisi Amber tidak bisa menerima cintanya, walau Kai bisa menjamin segalanya padanya karena Amber terlalu cinta pada Chanyeol, namun di sisi lain ia tidak ingin Kai pergi darinya, dia sama pentingnya untuk Amber.
"Jangan...aku tidak mau kau pergi," akhirnya Amber mengakui. "aku akan merasa sangat kehilanganmu, bila kau tidak ada." Amber menjelaskan dengan hati - hati "aku sayang padamu Kai, tapi bukan yang seperti ini yang aku mau"
Kai mengangguk pelan.
"Oh..Begitu" Kai berusaha membalas dengan cengiran, tapi bisa Kai rasakan senyumannya kali ini terlihat jelek. "jadi... Kau tetap ingin aku terus disampingmu?"
Lagi - lagi Amber berpikir dengan seksama.
"Iya" awan bergemuruh, cepat - cepat Amber berjalan, belum jauh ia melangkah Kai memanggilnya.
"Amber! Menurutku, Kau egois dan serakah" kata Kai lantang dan mantap. Amber menoleh padanya dan berjalan kearahnya kembali.
"Aku tau aku egois dan serakah, tapi aku sungguh tidak bisa melihatmu pergi dariku" kali ini nada Amber memohon.
"Seharusnya kau membiarkanku pergi saja, aku tidak bisa melihat mu bahagia dengan yang lain, itu sama saja aku menyakiti diri ku sendiri"
Amber mendengus "Jangan sok melodramatis, Kai" protes Amber.
"Dengar Kai, sungguh aku tidak ingin kau pergi, kau sangat penting buatku" lanjut Amber memohon, namun Kai terlihat tidak puas dengan ucapan Amber.
Amber pandangi wajah Kai yang sedang terpaku memandangnya, Amber ingin Kai tau isi hatinya, bahwa ia benar - benar tidak ingin Kai pergi darinya.
Amber setuju dengan perkataan Kai bahwa ia memang serakah. Tapi itulah kenyataanya, Amber menginginkan mereka berdua sekaligus.
Kai hampir menyerah, akhirnya dia membawa Amber pulang dengan teleportnya, mereka tiba di pertigaan gang besar yang sepi tidak jauh dari rumah Amber.
"Amber, aku ingin kau mempertimbangkannya tawaran pertamaku. Ingat, kau masih punya pilihan, dan ingat apa yang bisa aku berikan padamu, aku tidak akan menyia-nyiakamu Amber, aku tidak akan pernah melukai dan meninggalkanmu" Kata - kata Kai berhamburan, matanya penuh keseriusan dan tekad yang kuat.
"Aku mencintainya Kai, dia seluruh hidupku" pekik Amber.
Kai terdiam, kata - kata itu menyakiti hatinya perlahan. Namun ada dorongan aneh dalam diri Kai yang mencuat begitu saja.
Tiba - tiba Kai meraih dagu Amber, merengkuhnya kuat - kuat dan membuat Amber mendongak ke wajahnya, sehingga ia tak bisa memalingkan wajahnya dari tatapan mata Kai yang tajam dan wajahnya yang tampan dan tegas.
"Aku pun begitu....aku cinta padamu Amber, aku akan terus berjuang berada di sisimu dan mencintaimu dengan seluruh hidupku, dan ingatlah Amber bahwa kau punya pilihan" Kai terus mengulang kata - kata itu.
"Kalau begitu aku tidak ingin punya pilihan, Kai. Karena hanya dia dan akan selalu dia selamanya sampai dia benar - benar tidak menginginkanku lagi" Amber bicara pelan sambil memegangi pergelangan tangan Kai yang merengkuh dagunya.
Kai menangkap kesempatan dari kata - kata Amber, dan jelas kesempatan itu tidak begitu sulit.
Kai menatap mata Amber dalam - dalam. Tiba - tiba Kai melumat bibir Amber. Kai mencium Amber dengan penuh gairah bercampur dengan rasa kecewa dan emosi, satu tanganya mencengkram tengkuk Amber kuat - kuat, itu membuat Amber tidak bisa melepaskan diri.
Sekuat tenaga Amber berusaha mendorong dadanya, tapi Kai sepertinya tidak menyadarinya, ia tetap melumat bibir Amber sambil memejamkan mata. Amber berusaha melepaskan dirinya lebih kuat lagi, namun Kai memeluk Amber dengan sangat erat. Kai merengkuh pinggang Amber kuat - kuat. Bisa Amber rasakan bibir Kai tetap terasa lembut dan asing di bibirnya walau Kai menciumnya dengan kasar.
Amber berusaha lagi mendorongnya jauh - jauh, tapi kali ini Kai menyadarinya dan itu membuat Kai semakin bersemangat mencium Amber, melumat bibir Amber dan memaksa bibir Amber membuka dan bisa Amber rasakan hembusan nafas Kai didalam mulut Amber. Sebelah tangan Kai yang mula - mula berada ditengkuk Amber meluncur menuruni leher lalu mencengkram bahu Amber kuat - kuat. Karena kesal Amber menggigit bibir bawah Kai, hingga terluka.
"Akh..!" Kai melepas ciumanya, menatap Amber emosi bercampur syok, sedetik kemudian ia merasakan bibirnya berdarah.
Tidak cukup, Amber menarik lengannya ke belakang, kemudian mengayunkan ke depan tepat ke pipi Kai, ia memegangi pipinya karena tamparan yang keras.
Kentara sekali Amber sangat marah, kedua tanganya gemetar, rasanya tidak cukup sekali menampar wajah Kai. Kai terdiam memegangi pipinya karena tamparan Amber yang terasa pedas di di pipinya, ditambah lagi rasa asin dan perih di bibirnya, seperti garam dan karat.
Amber berjalan cepat meninggalkan Kai yang kesakitan, Amber benci, dan tak mau melihat wajah Kai, ia cukup muak dengan tindakan Kai yang sudah diluar batas.
Melihat Amber yang bergitu marah, Kai baru merasakan penyesalan.
"Amber maafkan aku" Kai menarik tangan Amber, Amber menampis tangan Kai dan terus berjalan tanpa mengatakan sepata katapun.
Kai mengejarnya "Amber aku sungguh minta maaf, aku..aku menyesal telah melakukan itu" Kai memohon pada Amber.
"Pergi sana!" Amber mendorong dada Kai menjauhinya.
"Kau sungguh merusak segalanya Kai, kau telah menodai persahabatan ini dengan perasaanmu padaku. Dengar Kai, aku tidak peduli bagaimana perasaamu padaku, dan aku tidak peduli mau kau pergi atau tidak, terserah" Amber berteriak memaki padanya. Amber membalikan tubuhnya, berjalan meninggalkan Kai tanpa menoleh padanya.
Kata - kata itu mengejutkan Kai, sangat jelas sekali kata - kata itu melukai hati Kai. Rasanya kata - kata Amber yang terlontar tajam - tajam, dan sangat menusuk. Terlebih lagi kata - kata itu lebih berupa bernada marah yang tak pernah tersalurkan, tersimpan dan berubah menjadi perasaan sakit hati. Kai merasa kepedihanya mengoyak - ngoyak batinnya sangat dalam.