Chanyeol melihatnya. Chanyeol melihat kekasihnya dicium dengan paksa. Chanyeol yang melihat itu dari dalam mobil langsung bergegas keluar dari mobilnya. Seketika api amarah mendidih di belakang kepalanya, napasnya memburu.
Keinginan Chanyeol untuk menghabisi Kai begitu hebatnya hingga mendengingkan telinganya dan mengaburkan pengelihatannya. Otot-ototnya menegang, memohon untuk segera di lampiaskan. Amarah kekejianya terpanggil saat melihat Kai dengan kasar melumat bibir kekasihnya. Kekuatan, kebencian, dan perasaan panas amarah membasuh kepalanya.
'Sialan, aku harus menghabisinya. Aku akan membakar tubuhnya perlahan - lahan, menyaksikan kesakitannya dari permukaan kulit, saraf, otot, tulangnya sampai pembuluh darahnya meledak dan merubahnya menjadi abu selamanya'.
Chanyeol sangat murka hingga tubuhnya membeku di tempat, sepenuhnya tidak bergerak. Tangan panasnya terkunci, gatal ingin mengeluarkan fire canon untuk menghancurkan tubuh Kai. Badan Chanyeol begitu di penuhi amarah hingga membuatnya sulit untuk berpikir jernih. Monster dalam dirinya hidup kembali, menyalakan api didalam kulitnya, membulatkan, membakar hasrat yang besar, tidak tahan untuk menghancurkan Kai.
'Tidak ada yang bisa menghentikanku saat ini, Amber sangat lemah, dia tidak akan bisa dan mampu menghentikan ini' Chanyeol mengintimidasi Amber karena kebencianya yang meluap - luap kepada Kai. Perhatiannya hanya tertuju pada Kai, berbagai cara menghabisi Kai tertata di otaknya.
Aku mau orang itu mati. Aku harus membunuhnya segera.
Gambaran di kepalanya ibarat bensin, semakin menggelorakan api. Chanyeol merasakan getaran mengguncang tubuhnya dari ujung kepala sampai ujung kaki, dan Chanyeol tidak berusaha untuk menghentikan monster itu. Ya, ia memang tidak ingin perasaan kejinya pergi, lagipula sudah cukup lama ia menahan monster itu. Perhatian Chanyeol sepenuhnya tercurah pada Kai, Chanyeol tak menggubris Amber sama sekali.
Dorongan untuk membunuh itu begitu kuat, Chanyeol tidak dapat menahannya lagi. Apinya otomatis keluar dan membara dari dalam dirinya, apinya membara dahsyat. Panas api yang membakar itu semakin menjadi-jadi-meningkat, memuncak, lalu meningkat lagi hingga melampaui apa pun yang pernah ia alami. Warna apinya hampir menghitam.
Sekarang di balik api yang berkobar itu ia merasakan denyut di dadanya berdegup kencang seperti mengubur Chanyeol dalam kobaran api yang menjilat-jilat tubuhnya. Tak ada rasa sakit yang ditimbulkan dari api itu, karena dorongan membunuh yang begitu menggelora. Api - api itu seperti menjilati wajahnya.
Chanyeol melontarkan Fire canonnya tepat ke tubuh Kai yang mematung memandangi kekasihnya, hingga menimbuklan suaran kobaran api yang tersulut bensin. Tidak ada asap yang mengepul dari api yang ditimbulkan, tidak ada bau hangus yang tercium, seperti halnya barang - barang yang selalu meninggalkan bau hangus ketika habis dibakar.
Amber yang mendengar suara deburan itu melihat dari mana asalnya suara itu. Amber terkejut melihat sosok tinggi Chanyeol yang berdiri tegap seperti singa yang siap menergap mangsanya, tangannya terkepal oleh emosi. Api berkobar disekujur tubuhnya, tubuhnya terbakar, namun tidak menyaktikan dirinya.
Wajahnya menyeramkan, tampak sangat marah, matanya lurus ke depan rahangnya mengeras, Amber mengikuti arah pandangan mata Chanyeol, Amber melihat seseorang yang sedang tertelungkup di aspal tak bergerak. Amber tersadar kalau Kai sudah tak ada disampingnya, bukan karena pergi dengan teleportnya namun dia sudah terlempar jauh sepuluh meter karena Fire canon Chanyeol.
"KAI!" Amber menjerit melihat Kai tergeletak tak bergerak, Amber yang melihat bahaya itu langsung berlari cepat ke arah Kai.
Chanyeol menghampiri Kai dengan api yang berkobar ditubuhnya, membuat gerakan Chanyeol seolah - olah sedang menari. Kai terkulai tak berdaya, sasaran yang sangat empuk untuk di habisi. Tiap langkah Chanyeol meninggalkan jejak kaki di aspal yang kering, jejak itu menghanguskan aspal yang ia pijak menjadi menghitam.
Amber membalikan tubuh Kai yang tertelungkup di aspal, baju yang ia kenakan hangus di beberapa sisi, sebagian rambutnya terbakar dan kulitnya memerah karena luka bakar. Ia terpejam tak sadarkan diri, namun raut wajahnya meringis kesakitan, alisnya saling berkerut menahan sakit.
"KAI BANGUN, KAI!" Amber berseru panik sambil mengguncang - guncangkan tubuhnya, tapi dia tidak bergerak.
Amber menoleh kebelakang, ia melihat Chanyeol perlahan - lahan menghampiri, api yang berkobar - kobar ditubuhnya tetap terlihat seperti sedang menari - nari.
Amber berdiri menghadang Chanyeol dengan membentangkan tangannya. Sebenarnya Amber sangat takut melihat Chanyeol seperti itu, namun Amber tidak akan membiarkan Chanyeol menyakiti sahabat yang amat ia sayangi. Chanyeol menghentikan langkahnya, Chanyeol menatap Amber dengan tatapan nerakanya.
"Chanyeol, please don't hurt him, you're not an evil" Amber meneriakinya.
"Minggir Amber" ucapnya garang, Chanyeol bicara dari sela - sela giginya yang terkatup rapat, matanya tidak bisa lepas dari Kai.
Baru kali ini Amber mendengar ucapan Chanyeol yang terdengar begitu garang di kupingnya, perlahan Amber menitihkan air mata karena takut.
"Chanyeol aku mohon hentikan, jangan biarkan monster itu mengendalikanmu" Amber berdiri terlalu dekat, api yang diciptakan Chanyeol hampir menjilat-jilat tubuhnya.
Terdengar suara desisan dari sela - sela giginya, bola mata Chanyeol berubah hitam seperti mata gagak, matanya yang menyeramkan itu membuat Amber takut dan ingin melarikan diri. Chanyeol maju selangkah lagi. Api yang awalnya berwarna merah kehitam - hitaman berubah menjadi hitam pekat.
"Chanyeol hentikan!" teriak Amber putus asa, ia berusaha sekuat tenaga memberanikan diri untuk menenangkan Chanyeol.
Kai mulai sadar.
Ia berusaha bangkit namun apa daya sekujur tubuhnya terasa nyeri. Kai berusaha membuka matanya, namun tetap terpejam, seakan akan ia lupa bagaimana caranya membuka mata, ia hanya bisa mendengar suara keributan mengerikan.
Ia mendengar raungan penuh ancaman, geraman amarah yang mengerikan, lengkingan memohon, dan erangan kesakitan. Ia berusaha mengingat apa yang telah terjadi, namun ia tidak ingat, yang ia tau, ia seperti di hantam bola penghancur kemudian dilempar ke dalam neraka.
Kai berdelusi
Aku pasti sudah mati sekarang, dan suara itu pasti suara malaikat yang sedang menghukum orang - orang yang berdosa.
Kai berusaha berkonsentrasi pada suara yang mengerang kesakitan itu.
"Kai...Kai.."
Oh Malaikat memanggilku, sekarang giliranku, tapi ada apa dengan suaranya, kenapa suaranya terdengar putus asa. Dan kenapa Malaikat itu menamparku bukan menghantam kepalaku.
"Kai, kumohon! Bangunlah..."
Dan kenapa malaikat itu memohon padaku sekarang? Dan apa katanya 'Bangun', apa aku sudah tersungkur karena temparanya yang seperti menyapu pipiku.
Kai ingin menyahut, namun dia tidak dapat mengeluarkan suaranya. Ia berusaha mengucapkan sesuatu lebih keras, namun tetap tidak ada suara yang keluar dari mulutnya, seharusnya suara yang keluar terdengar lantang. Kai berusaha lagi namun apa daya tidak ada suara yang bisa keluar dari mulutnya dan suara erangan kesakitan itu terdengar lagi.
"Kai aku mohon padamu..."
Apa? Apa yang kau inginkan? Seandainya malaikat itu tau yang aku katakan, dan kenapa malaikat menangis tersedu sedu seperti itu? Malaikat tidak menangis bukan? Ini pasti bukan di neraka, dan dimana suara geraman mengerikan itu. Dimana aku? Apa yang sebenarnya terjadi
Kai merasakan tubuhnya sakit bukan main, begitu juga kepalanya, seperti dihantam langsung ketembok.
Ya ampun tubuhku sakit sekali, padahal aku hanya ditampar oleh malaikat tapi rasanya seperti dihempas ke aspal. Kai mulai merasakan luka bakar ditubuhnya, begitu perih dan angin yang menyapu kulitnya semakin membuatnya kesakitan.
Suara mengerang kesakitan itu muncul lagi, kali ini suara itu terdengar sangat pilu. Sadar lah Kai suara erangan kesakitan itu adalah dirinya.
"Tolong aku...sakit..." Kata Kai sangat pelan dan putus - putus, padahal ia merasa seperti berteriak keras sampai sampai akan menyakitkan tenggorokannya.
Matanya masih terpejam namun alisnya berkerut semakin dalam, Kai kesakitan. Namun Amber tidak dapat mendengarnya. Satu menit berlalu dan Chanyeol masih disana menggeram dengan api yang sedang menari itu.
"Chanyeol don't....You're not a murderer, Chanyeol please don't do that, Chanyeol please listen to me" Amber berteriak putus asa.
Mata hangat Amber yang gelap menatap Chanyeol dalam - dalam dan mengirimkan perasaan kepedihan yang menyayat hatinya kedalam mata Chanyeol yang mengerikan.
Dari mata yang jernih itu terpantul sosok pembunuh yang seperti menatap balik Chanyeol, refleksi dari dirinya yang jahat dengan api hitam yang menari - nari dipundaknya yang tegang. Dari tatapan matanya yang hitam dan sadis, pengelihatan yang sama seperti mimpi mengerikan waktu itu yang membuatnya ketakutan dan merasa jijik dengan dirinya sendiri.
Melihat itu, guncangan tubuhnya mendadak berhenti; panas yang melanda seluruh tubuhnya yang lebih kuat dari sebelumnya perlahan menghilang dalam hitungan detik. Segala sesuatu di dalam dirinya seakan rontok ketika Chanyeol menatap mata jernih Amber yang berkaca - kaca.
Chanyeol langsung tersadar ia penuh kobaran api saat itu, ia mengotori obsesinya dan pertahanannya selama ini. Dia tidak ingin menjadi pemberontak yang dibentuk dari monster dalam dirinya. Chanyeol berusaha meredam api dalam dirinya dengan sekuat tenaga, walau hawa kekejian masih menyeruak dari dalam dadanya karena cemburu, namun kali ini ia berusaha mengontrol perasaan itu agar monster itu tidak merajalela, membuang perasaan cemburu itu jauh - jauh, berusaha membuang ingatan bagaimana ketika Kai melumat bibir Amber.
'Tidak! Amber pasti merasakan hawa kekejaman keluar dariku sangat kentara sekali. Aku harus mendinginkan nafsu membunuh yang mendidih dalam diriku'
"Kai...ayo bangun, gunakan teleportmu" Amber menggunang - guncang tubuh Kai lebih keras, kepanikan menjalari tubuhnya.
"Sakit.." Kai mencoba memberitahunya, tapi suaranya lagi - lagi sangat pelan dan berat sekali.
Kai mencoba sekali lagi agar lebih terdengar.
"Sakit..." rengak Kai, kali ini sedikit lebih jelas dan terdengar, walau itu membuat tenggorokannya kering.
"Iya aku tahu, bertahanlah Kai, pikirkan sesuatu" pekik Amber.
Mata Kai perlahan - lahan terbuka, semuanya kabur dipandanganya, tubuhnya semakin terasa menyakitkan. Kai mencoba mengatur nafasnya yang putus - putus, namun bernafaspun terasa menyakitkan. Kai terasa sangat haus, ia membayangkan air yang sangat banyak, hingga tidak terbatas jumlahnya, karena ia sangat haus, air itu sangat banyak sekali seolah - olah ia bisa menenggelamkan diri di dasarnya.
Seketika mereka menghilang tepat ketika api ditubuh Chanyeol padam.
Chanyeol berlutut sambil menutup wajah dengan tangannya yang gemetaran.
Apa yang sudah aku lakukan, Aku benar-benar monster. Aku tidak layak untuknya. Apa lagi setelah semua kejadian ini, bahkan dengan segala perasaan cintaku padanya. Geram Chanyeol dalam benaknya.
Chanyeol berdiri, ia berperang dengan perasaanya, sebagian ia merencakan;benar - benar ingin meninggalkan Amber, sebagian lagi ia tidak sanggup melakukan itu, dan perasaan takut lainnya ikut berdatangan di benaknya.
Apakah setelah itu aku akan mencelekakan yang lain, atau lebih buruk lagi membunuh yang lain? Adakah cara untuk menghentikan semua ini?Apakah aku akan benar - benar menjadi Dark Phoenix setelah kejadian ini? Menyebutnya saja aku sudah jijik.