Enam bulan tak disentuh dan bertemu Chanyeol sangat menyesakkan, dan sekarang mungkin rasanya pas untuk menebusnya. Tangan kiri Chanyeol yang semula mencengkram pinggir ranjang sekarang mengunci pinggang Amber. Bulu mata Amber menyapu lembut pipi Chanyeol, tanganya meremas pelan rambut Chanyeol.
Chanyeol sampai lupa bahwa gejolak mematikan itu bisa datang detik itu juga dan tidak dapat disingkirkan. Ia baru ingat bahwa dirinya tidak seperti yang dulu lagi__sesuatu dalam dirinya yang sangat baru ia jalani.
Benar saja, tiba-tiba Chanyeol tidak bisa mengontrol diri, sesuatu langsung menghantamnya dengan keras, seperti pendobrak yang tak kenal ampun. Tidak ada gambaran kekejian yang mampu mendeskripsikan dorongan yang tiba-tiba melandanya.
Otot-otot Chanyeol menegang, darah mengalir ke pipi Chanyeol menjalar dengan cepat sampai keubun-ubun yang rasanya seperti ingin pecah dari pembulu darah dikepalanya. Chanyeol berinisiatif berhenti menciumnya. Tapi Chanyeol terlalu rindu, ia tidak mungkin melewatkannya begitu saja.
Pikirannya pun mengamuk, memberontak, tak karuan. Kelihatannya, Monster dalam dirinya yang ia kalahkan lewat kerja keras dan kedisiplinan selama enam bulan penuh muncul kembali, Kris pasti orang yang paling kecewa bila ia tahu hal ini. Dan Betapa mudahnya sekarang monster itu muncul memaksa mendobrak pertahanannya, mencabik pikirannya, dan hampir membuat api dalam dirinya keluar.
Jangan! Perintah Chanyeol dalam hati kemonster itu.
Chanyeol tahu ini akan terjadi dan tiba waktunya. Sosok monster dalam diri Chanyeol itu membuat dirinya muak. Membuat dirinya gemetaran.
Semoga Amber tidak menyadarinya, tidak tau bagaimana ekspresiku sekarang. Chanyeol melakukan kamuflase dengan terus menciumi Amber, walau itu membuat dirinya semakin susah untuk mengendalikan diri, sakit rasanya menahan api yang bergejolak didalam tubuhnya yang memaksa keluar. Karena semestinya api ini memang bukan untuk sesuatu yang ditahan dan harus keluar dengan alami.
Kenyataannya ini sama menyakitkannya dengan api yang membakar sekujur tubuhnya bila ditahan. Api-api berpacu di pembuluh darah Chanyeol, memaksa keluar dari pori-porinya. Tiba-tiba Amber mulai membuka kancing bajunya satu persatu, memperlihatkan Bra hitam yang ia kenakan dan merubah posisi duduknya agar berhadapan dengan Chanyeol.
Oh Tidak!Jangan!Jangan sekarang atau kau akan mati terbakar, Apa kau gila Amber? Itu sama saja dengan menyemangati monster!' Gerutu Chanyeol dalam hati.
Api-api dibalik tubuh Chanyeol mulai menari-nari tak sabar ingin membara. Jelas itu bagai alarm bahaya siaga satu untuk Chanyeol. Lagi-lagi Chanyeol harus menahan sakit itu. Chanyeol mendorong pelan tubuh Amber sambil mencengkram tengkuk Amber agar menjauh. Namun Amber salah mengartikannya, ia malah semakin bernafsu menciumi Chanyeol dan berusaha membuka baju Chanyeol. Chanyeol mendorong paksa tubuh Amber. Tiba-tiba kebencian meliputi diri Chanyeol.
"Chanyeol ada apa?" ada sedikit ekspresi kecewa di wajahnya dibalik rasa keterkejutannya.
Sialan betul makhluk yang menguasai diriku ini? Kenapa harus aku yang memiliki kekuatan ini, kenapa harus aku? Apa ini jalan hidupku? Kehilangan segalanya, apa ini akhir dari segalanya, Amber akan mati ditanganku? Aku tidak akan menyalahi hubungan ini dan kehadiran Amber dalam hidupku, Cinta ini terlalu suci untuk dikotori dengan hal supranatural seperti ini, dan aku teralu pengecut untuk mengatakan siapa diriku sebenarnya.'
Chanyeol membayangkan bila Amber lari terbirit-birit melihat sisi gelapnya dan menyadari bahayanya melihat api keluar dari sekujur tubuhnya yang siap menjilati kulit tipisnya sampai ketulang.
Ya Tuhan aku tidak mau menjadi monster! Aku tidak mau melukai Amber! Aku tidak mau kehilangan segala yang berhasil aku raih lewat kehidupan normalku sebelumnya dan aku tidak mau latihanku berbulan-bulan ini manjadi sia-sia. Aku tidak mau ini! Terjebak dalam tubuh panas membara selamanya. Aku hanya mau Amber! Aku lebih baik terkena syndrom yang membuatku tidak punya nyali dan nafsu agar api-api ini tidak terpacu untuk keluar karena suatu dorongan aliran dalam diriku yang alami dan manusiawi.
Terpaksa aku harus menolak tawaran yang menggiurkan ini, tapi aku sebenarnya sangat menginginkannya, namun ini tidak akan sepadan dengan akibat yang harus aku tebus. Aku sungguh menginginkanya untuk beberapa menit atau mungkin satu jam saja, hanya satu jam saja! Merasakan tubuh Amber, hanya satu jam saja! monster ini tidak mengganguku, setidaknya bisa berkompromi dengan pikiranku, dengan apa yang aku inginkan merasakan suhu tubuhnya yang normal, tapi monster dalam tubuh ini tidak mengijinkannya walau sedikit, monster ini sudah bertindak dari awal.
Chanyeol mulai tertekan dan jengkel, kerinduanya akan Amber dan kebencian dalam dirinya mengaduk-aduk benaknya. Suhu tubuh Chanyeol langsung naik 45° C sekarang. Tiba-tiba Chanyeol tersentak merasa dalam dirinya terbakar sangat perih, karena ia berusaha menahan kobaran dalam dirinya. Chanyeol menggeram, menyunci giginya rapat-rapat, matanya terpejam, jantungnya berdetak sangat cepat hingga 500 permenit. Sakit yang Chanyeol rasakan melebihi segalanya. Manusia biasa pasti akan mati menanggung sakit seperti itu.
"Chanyeol kau kenapa? Kau seperti__sakau" Amber turun dari pangkuan Chanyeol, dan duduk disampingnya.
"Chanyeol!" Amber mengguncang-guncang bahu Chanyeol.
Chanyeol sulit berkonsentrasi, ia bahkan tidak mendengar Amber, karena api itu membuat kupingnya berdenging. Satu-satunya yang dapat ia dengar hanya detak jantungnya sendiri yang semakin cepat.
Konyol aku harus melawan diri ku sendiri, dan parahnya bila api ini gagal membakar sesuatu, lagi-lagi monster dalam diri ku ini membuat ku ingin melampiaskannya ke orang lain atau aku bisa lebih manusiawi lagi dengan suatu barang, membakar seisi rumah sepertinya sepadan. Dan lagi-lagi Suho, Luhan, Baekhyun, Xiumin dan Chen nantinya harus menenangkanku dan Lay juga ikut turun tangan membereskan luka bakar mereka kalau aku tidak salah bertindak hingga membuat mereka menjadi abu.
Aku tidak perlu mengecewakan Kris. Tidak perlu membuatnya tertekan, putus asa dan dihantui ketakutan karena diri ku akan menjadi apa nanti, tapi aku khawatir Amber terluka. Ya, itu pasti akan melukai hati Kris, melukai kepercayaannya kepadaku. Dan Baekhyun sahabatku yang begitu penuh semangat dan selalu menyemangatiku agar suatu bagian yang jahat dalam diriku tidak menguasaiku. Aku tidak bisa menyebabkan seseorang seperti Amber terluka, aku tidak bisa memaafkan diri ku bila itu terjadi.
Chanyeol menggunakan segala daya yang ia dapat ketika berlatih berbulan-bulan untuk menahan diri. Kedua tangan Chanyeol mencengkram kuat-kuat sisi tempat tidur.
"Chanyeol aku tidak tau jenis narkoba apa yang kau konsumsi selama aku tidak ada, tapi sungguh efeknya terlihat sangat tidak bagus" Amber berusaha memenangkan Chanyeol.
Chanyeol membuka matanya "Tolong jangan lakukan itu lagi" Suara Chanyeol terdengar memohon dan parau.
Amber menatap bingung kedua mata Chanyeol yang terlihat kesakitan. Chanyeol mendapati pentulan dirinya dari mata Amber yang berbinar-binar membuatnya membuang muka, benci melihat pantulan dirinya sendiri di mata Amber yang penuh kepercayaan. Chanyeol menghembuskan nafas keras-keras, jengah dengan apa yang terjadi.
Chanyeol menatap kembali mata Amber gusar "You've got to get away from me, Amber. I dont know what is this, it's just happens"
"What are you talking about?" Amber mengerjap-ngerjapakan matanya dengan cepat.
"Amber..." Chanyeol memulai dengan lembut, ia mulai bisa mengendalikan dirinya.
Sebelum Chanyeol menjawabnya, Chanyeol berusaha berpikir keras untuk menjawabnya. Ia berpikir Amber tidak akan semudah itu untuk menerima keadaanya, dan tidak mungkin juga Amber dapat menerimanya begitu saja. Kemudian Chanyeol bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
Apakah aku akan melihatnya lagi setelah aku menceritakan semuanya padanya? Apa aku cukup mencintai dia namun juga sanggup untuk meninggalkannya? Tapi itu sudah cukup buat dia untuk mengambil resiko dengan duduk disini bersamaku. Dan melakukannya dengan senang hati. Aku sudah cukup merana meninggalkannya, dan aku tidak mau melakukan itu lagi, meninggalkannya.
Chanyeol berperang dengan dirinya sendiri begitu hebatnya-sebagian ingin Amber menerimanya apa adanya, sebagian ingin Amber mendengar peringatannya dan lari-sehingga kata-kata yang keluar berupa geraman.
"Aku tadi bilang kalau 'aku tak seperti yang dulu lagi' kan?"
"Ummm yeah, apa yang sebenarnya terjadi padamu?" sambil Amber mengingat-ingat kembali kata-kata Chanyeol di halaman tadi dan menerka-nerka kemungkinan apa yang terjadi dengan Chanyeol.
Chanyeol merasa terpojok, cemas menunggu yang terburuk. Chanyeol menunduk. Beberapa detik telah lewat.
"Aku tidak tahu bagaimana memulainya." Kata Chanyeol, suaranya sangat pelan.
"Kenapa kau tidak mulai dari awal"
"Masalahnya aku tidak tau harus memulainya dari mana"
"Katakan saja intinya Chanyeol"
Chanyeol dengan berat menghembuskan nafasnya yang panas.
"Sangat sulit ketika aku memutuskan untuk menjauh darimu dulu, aku tidak tahu sampai kapan ini semua bisa terkendali, Kris bilang aku berbeda dengan yang lain,
"Butuh satu atau dua tahun untuk bisa beradaptasi dengan keadaan baruku, tapi aku berpikir kedepan, butuh berapa tahun agar kau bisa menerima keadaanku yang seperti ini. Dua tahun waktu yang sangat lama untukku, enam bulan saja rasanya sangat lama tidak bertemu denganmu, seperti aku nyaris kehilanganmu,"
Chanyeol menunduk, bergulat dengan pikirannya kembali.
"Bayanganku sudah sangat jelek, dua tahun tidak bertemu, ketika tiba waktunya kita bertemu aku takut kau tidak bisa menerima ku lagi, menerima keadaanku yang mengerikan seperti sekarang,"
Ya itu kata-kata yang pantas dan lebih manusiawi untuk dijadikan sebuah alasan
"Atau aku terpaksa meninggalkanmu selamanya bila kau tidak mau menerimaku. Tapi aku tidak mau menjadi pengecut Amber, itu sama sekali tidak gentle, jadi aku harus menghadapinya, memberitahumu tentang keadaanku dan aku akan menerima segala keputusanmu, bila kau tidak ingin melihatku lagi karena takut,
"Mungkin aku tetap akan menemuimu diam-diam, memata-mataimu, memastikan bila kau menjalani kehidupanmu dengan normal dan bahagia, kemudian kau memulai karirmu sesudah wisuda, atau mungkin menikah dengan seseorang," Suara Chanyeol kali ini terdengar lebih parau.
"Membayangkanmu mengenakan gaun putih dan berjalan dengan iringan musik menuju altar sambil mengait lengan Ayahmu, kemudian menua. Kau akan memiliki kehidupan untuk dijalani tanpaku, dengan seseorang yang mencintaimu." Chanyeol tersenyum pahit.
"Kau bicara apa sih?"
Ingin rasanya Chanyeol mengabaikan pertanyaan Amber. Chanyeol berdiri lalu bersandar di rak meja, memandang lurus kedepan menatap bulan. Pikirannya menggeram nyaris putus asa.
Tubuhnya panas oleh rasa terbakar yang sangat ia kenal. Ingin sekali Chanyeol mengganti topik, untuk memikirkan sesuatu yang lain. Membuang pikiran pahitnya. Chanyeol mengambil napas dalam-dalam, sambil menggigit bibir- dan beralih menatap Amber lekat-lekat, kerut diantara mata Chanyeol semakin dalam, wajahnya gelisah.
Aku akan mengatakan yang sejujur-jujurnya, aku hanya bisa berharap dia bisa mengerti apa yang terjadi padaku.
Amber memperhatikan Chanyeol yang sedang berkonsentrasi pada sesuatu.
"Chanyeol..? Chanyeol, apa yang terjadi denganmu?"
Chanyeol mengambil napas panjang.
Amber masih serius memperhatikan Chanyeol sambil mengerutkan dahi menunggu jawabannya, memperhatikan Chanyeol yang sedang mengulur-ulur waktu.
Kejujuran yang seperti ini sama sulitnya dengan menahan api ini.
Chanyeol melihat keluar jendela lagi, sambil ia menggigit bibirnya. Tangannya mengeras disisi rak. Napasnya tersedak dan tak beraturan.
"Aku monster, Amber"
Selama beberapa saat Amber tidak menanggapi. Bisa Chanyeol dengar irama napas Amber berubah-jadi tidak beraturan, pundaknya naik turun seperti tidak percaya, yang anehnya Amber tidak seperti ketakutan apa lagi terkejut.
"Monster" kata Amber santai, bahkan Chanyeol tidak bisa menilai itu pertanyaan atau pernyataan.
"Iya apa yang kau lihat dariku sekarang tidak seperti kenyataanya?"
"Maksudmu?" tanya Amber enteng.
Amber mengangguk sendiri sambil berpikir keras.
"Apa ini ada hubunganya dengan tubuhmu yang suhunya diatas normal?" lanjut Amber
Chanyeol sedikit tersenyum.
Amber benar-benar memahami perubahan Chanyeol, dan hal itu membuat Chanyeol mempermudah menjelaskanya.
Sudahlah, kenapa tidak sekalian saja kuperlihatkan? Toh dia sudah bisa menebak sebagian ceritanya.
Chanyeol mengeluarkan api kecil ditelunjuknya.
Amber menatap Chanyeol. Kemudian ada kekagetan di mata Amber berubah jadi sesuatu yang lain, hangat, kagum, terpesona, semua jadi satu pada mata gelapnya yang mencair. Amber berdiri meraih tangan Chanyeol yang hangat dan menariknya kesisinya.
"I never let you go Chanyeol, never. I love the way you are. Aku tidak peduli kau itu apa, aku tetap mencintaimu" Suaranya jauh lebih tenang dari yang Chanyeol harapkan,
Apa? Apa dia barusan bilang kalau dia tidak peduli kalau aku monster? Tidak peduli kalau aku akan melukainya nanti.
Amber menatap Chanyeol dengan tatapan lembut. Chanyeol menatap balik Amber dengan ekspresinya keheranan. Chanyeol pun berpaling.
Ada jeda sejenak, dan kemudian ia berbisik, "Sudahlah Chanyeol, aku putuskan itu tidak penting." ulang Amber untuk memantapkan kata-katanya ke Chanyeol.
"Tidak penting katamu?" Tanya Chanyeol syok.
"Tidak" jawabnya dengan suara yang begitu lembut. "Tidak penting bagiku apa pun kau ini."
"Kau tidak peduli kalau aku monster?"
"Tidak, sudah kubilang, tidak penting kau itu apa. Sudah terlambat. yang penting kau Chanyeolku" Amber memeluk lengan Chanyeol.
Dia sungguh tidak masuk diakal.
Sejenak Chanyeol mulai mempertanyakan, apakah kondisi psikis Amber benar-benar stabil.
"Apa kau pernah jatuh atau terbentur sesuatu ketika aku sedang tidak ada...atau Kai dengan tidak sengaja membenturkan kepalamu ke tembok?"
"Tidak..." Amber memutar bola matanya. "Kenapa kau punya pikiran begitu"
Seketika Chanyeol menjadi prihatin dengan keadaan Amber, ia yakin ada yang tidak beres dengan pikiran Amber setelah lama ditinggalkan.
Kira-kira Lay bisa menyembuhkan saraf-saraf otak yang agak rusak tidak yah?
"Kau sama sekali tidak bisa menilai keadaan ini, Amber ? Aku berbahaya untukmu" nada Chanyeol lebih tinggi satu oktaf dari sebelumnya.
"I don't care what you are Chanyeol, i trust you. Apa kau lebih memilih untuk meninggalkanku selamanya?" Nada bicaranya yang biasa-biasa saja sungguh membuat Chanyeol takjub, sekaligus membuat Chanyeol frustasi. Bagaimana bisa dia menerimanya begitu saja. Justru Chanyeol yang lebih mendekati syok ketimbang Amber.
"Aku hanya tidak mau melukaimu" terang Chanyeol lembut.
"Tapi ini belum terjadi apa-apa kan?"
"Belum?" Chanyeol menggeram.
"Ya pokoknya aku tidak peduli" Amber bersikeras.
"Jangan pernah katakan itu!" bentak Chanyeol.
Amber tesentak, takut ketika Chanyeol membentaknya begitu keras. Perasaan Chanyeol langsung nyeri.
"Hei, maafkan aku?" otomatis lengan Chanyeol langsung mendekap tubuh Amber.
Amber tidak mengatakan sepatah katapun, wajah Amber terbenam di pelukan Chanyeol yang panas.
"Maafkan aku, Amber" sesal Chanyeol dengan rahang terkunci dan suara merendah.
Maaf atas nasibmu yang sial karena untuk pertama kalinya telah menginspirasi pada kisah cinta yang tragis ini. Kenapa aku yang jadinya tidak menerima keadaan ini, padahal sudah untung Amber mau menerimaku, walau aku tau Amber belum sadar benar bahaya apa yang akan mengintainya nanti. Tapi aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi, ini yang aku dan Amber pilih, aku memilih kesakitan bersamanya, dan Amber memilih bahaya mengintainya.
"Apakah itu sulit untuk ditahan?" Tanya Amber enteng sambil mengadah.
Pertanyaannya itu, apakah itu akan menghentikan keinginannya untuk tetap tinggal denganku?
Chanyeol menghela napas. Tentu saja Chanyeol tau Amber akan menanyakan pertanyaan yang tidak ingin Ia jawab. "Ya, sangat sulit. Kau harus tau ini sangat berbahaya, aku tidak ingin membahayakan hidupmu" jawab Chanyeol terus-terang.
"Seburuk itukah?" Amber memaksakan suaranya agar terdengar tenang.
"Kurang-lebih, ya."
Seketika Amber terdiam "Look! I just don't wanna be any further away from you than i am right now one way or another" kata Amber memohon.
"I'm scared i'm gonna hurt you, i don't wanna risk your own life"
"Well, love is a risk for anybody" Amber tersenyum menanggapi itu.
"Maksudku melukaimu dengan membunuhmu"
"You wont hurt me" Amber mengecup bibir Chanyeol sekilas dan menyandarkan kepalanya dilengan Chanyeol yang sangat hangat, Chanyeol memeluk Amber dengan hati-hati.
Melihat perasaan Amber saat ini, merasakan kehangatan Chanyeol di sampingnya. Tidak akan ada yang bisa menghentikan mereka. Amber tidak akan sanggup untuk menjauhinya walau Chanyeol memintanya. Begitupun Chanyeol yang sebenarnya tidak akan sanggup meninggalkan dia lagi.
Kata-katanya itu akan selalu terngiang... pendapat absurdnya itu tidak akan bisa menolong kerumitan ini. 'Tidak itu tidak penting'. Dia tidak peduli. Dia tahu aku seorang monster, dan hal itu tidak penting buatnya.
Sekarang dua keinginan itu kelihatannya sama kuatnya, dan masih berperang dalam diri Chanyeol yang menginginkan dia terus disampingnya versus menginginkan dia aman. Chanyeol lega karena akhirnya Amber tahu yang sebenarnya. Tidak perlu lagi waswas dengan jati dirinya karena sudah terbongkar. Walau itu tidak penting buat dia. Meski jelas-jelas buat Chanyeol itu buruk, tapi tetap saja sangat melegakan.
Mungkin lebih dari itu, Chanyeol memikirkan bagaimana perasaan Amber padanya. Amber menerimanya sebesar Chanyeol mencintanya, perasaan cinta yang sedahsyat dan semelimpah ini barangkali akan membakar habis tubuh rapuh Amber. Perasaan Amber yang cukup kuat. Cukup kuat hingga bisa menundukkan insting takut Amber. Cukup kuat untuk ingin bersama Chanyeol. Dan bagi Chanyeol berada bersamanya lagi adalah kebahagiaan paling besar yang pernah Chanyeol rasakan. Hanya untuk merasa bahagia karena Amber menerimanya apa adanya.
Begitu juga dengan Amber, ia berbahagia dan berusaha sebisa mungkin untuk bersuka ria karena telah berhasil menenangkan perasaannya. Hanya untuk terus mengingat kembali bagaimana rasanya duduk di dekat Chanyeol, mendengar suaranya, dan melihat senyumannya. Amber mengingat kembali senyum itu, menyaksikan bibirnya tertarik di kedua sudutnya hingga menggerakkan garis-garis pipinya dan memunjukan lesung pipinya, bagaimana matanya menghangat dan mencair. Malam ini jari-jarinya terasa hangat dan lembut di tangan Amber.
Chanyeol tidak perlu mengelabuinya lagi ketika sedang berduaan dan Chanyeol akan tetap menjadi dirinya sendiri.