Amber senang berada ditempat reservasi karena membawanya kembali bertemu dengan Chanyeol. Amber sangat bersyukur Chanyeol baik-baik saja selama tidak berada disisinya, begitu juga dengan Chanyeol, begitupun suhu tubuhnya yang dirasa Amber tidak ada perubahan seperti terakhir mereka bertemu.
Amber terus menatap kekasihnya, tapi Chanyeol menolak menatap balik Amber, sikapnya pun seperti menjaga jarak. Hanya tangan hangat Chanyeol menggandeng tangan Amber lembut dan hati hati.
Mereka berjalan pelan menyusuri pekarangan rumah reservasi yang sangat luas, mata Chanyeol menerawang memandangi kerikil berbagai bentuk dan warna. Seperti ada sesuatu yang memberatkan pikiranya.
Chanyeol menarik Amber untuk duduk dibangku halaman samping rumah itu yang menghadap ke semak-semak cukup lebat dan terdapat sungai dibaliknya. Mereka duduk bersama dibawah bayang pepohonan madrone.
Chanyeol tertunduk menekuk wajahnya, bibirnya tegang, matanya resah menerawang, jelas sekali ada sesuatu yang sedang ia sembunyikan dari Amber.
"Jadi selama ini kau disini?" Amber mulai mengoceh untuk memecah kekosongan.
Chanyeol mendengus sebelum menjawab "Iya, sudah lima bulan ini, Baekhyun yang membawaku kesini, kau masih ingat si bacon kan? Teman SMA kita dulu"
"Baekhyun? Baekyun si kepala jamur? Dia disini juga? Memang ini tempat apa sih?" tanya Amber penasaran
"Seperti tempat perkumpulan" jelas Chanyeol ragu sambil menyembunyikan ekspresinya.
"Aneh, temannya Kai pun disini, Kyungsoo" Amber mulai curiga, namun cepat-cepat ia mengalihkanya, dan beralih ke tujuan utamanya.
"Chanyeol, kenapa kau tidak memberi kabar padaku dan menghilang begitu saja? Ponsel di nonaktifkan, Email dan twittermu juga, kenapa?"
Chanyeol mendengus, sejenak Chanyeol ragu seolah-olah tak yakin bagaimana cara menjelaskannya kepada Amber.
"Aku harus menjauh demi kehidupanmu. Aku harus menjauhkanmu dari sesuatu yang membahayakan dirimu. Itu alasannya dan hal yang benar untuk dilakukan saat itu, itu yang aku pikirkan,
"Maafkan aku, aku sedang berada dimasa masa sulit enam bulan terakhir ini, jadi aku meninggalkan alat komunikasi untuk beberapa waktu, kadang aku menyuruh Baek untuk mengeceknya, tapi percayalah padaku Amber, aku menulis surat untukmu setiap hari"
"You..You wrote me?" tanya Amber dengan ekspresi terperanga.
"Ya, aku menulis setiap hari sebanyak 152 surat, aku mengirimnya kerumah Kai dan kerumahmu diwaktu bersamaan, setelah kau bilang di email kau akan tinggal sementara dirumah Kai, tapi kau tidak pernah membalas surat-suratku, Kau membuatku khawatir setengah mati"
"Aku tidak pernah mendapatkan surat-surat darimu" Amber menjawab namun pikirannya berspekulasi.
"Ah..yang benar?" alis Chanyeol bertautan.
"Kai...ini pasti ulah dia, pantas saja dia melarangku pulang kerumahku sendiri untuk sekedar beres-beres atau mengecek rumah" tuduh Amber geram.
"Kai mencuri surat-suratku?" tanya Chanyeol tampak syok.
"Sepertinya begitu, dia sengaja melakukannya, biar nanti aku urus dia. Tapi tunggu dulu, aku belum mendapatkan penjelasan darimu, aku ingin tau, apa yang sebenarnya terjadi padamu, sampai - sampai kau pergi meninggalkanku dan sampai tidak bisa memberiku kabar,
"Kau pikir hanya Kau saja yang khawatir, aku juga. Aku kawatir sekali padamu Yeol, rasanya aku ingin memasang wajahmu dibungkus deterjen dan pamplet disetiap sudut jalanan dan kenapa tadi kau bilang 'aku sedang berada dimasa-masa sulit' hal sulit apa? Kau harus jelaskan padaku, sesulit apapun itu untuk dijelaskan, i can keep up. Why you left me Chanyeol?"
Begitu Chanyeol mendengar nada was-was dalam suara Amber, Chanyeol menyentuh ujung dagu Amber dengan hati-hati. "Oke aku akan menjelaskanya padamu. Dengar, aku tidak ada niat untuk meninggalkanmu. Cuma__aku ingin menenangkan diriku dulu, believe me, leaving you was the hardest thing i've done in my entire life, dan satu hal yang harus kau ketahui, aku tak seperti__yang dulu lagi".
Amber mengererutkan alisnya "Well, i don't know Chanyeol, i don't get it in the last one, you know, my best friend" tubuh Amber bergetar ketika mengingat - ingat Kai "yang hampir setiap hari tak luput dari pandanganku tiba-tiba dapat menghilang sekejap mata. Awalnya aku pikir dia sangat aneh, mungkin dia belajar ilmu hitam atau digigit hewan radioaktif, atau terkena radiasi meteor, atau diculik alien sampai dia bisa menghilang. But__he never change, and you__my boyfriend looks like my boyfriend but you said doesn't, what the hell are you talking about?"
"Yang perlu kau pahami adalah everything about fairy tales and horror story is true?" kata Chanyeol tenang.
Amber berpikir sangat lama sambil memandangi wajah Chanyeol "Do you mean there isn't anything sane and normal at all?"
"Ummm...ya begitulah"
"So tell me, dimana perbedaanmu? Kau akan berubah jadi serigala, keluar jaring laba-laba dari tanganmu, merangkak di dinding, berubah jadi hijau?"
Chanyeol meremas erat tangan Amber untuk menenangkannya "Kau akan tau nanti!"
"Aku tidak mau menunggu nanti-nanti" Amber bersikeras.
"I promise, You'll see, yang terpenting sekarang kita sudah bersama-sama lagi dan tidak ada yang bisa memisahkan kita" yakin Chanyeol.
"Kau harus berjanji padaku, jangan tinggalkan aku lagi" pinta Amber.
"I swear i will never leave you again, i'm so sorry" Suara Chanyeol sangat lembut ketika mengatakan itu sambil mengusap lembut pipi Amber.
"Kau mau melihat - lihat rumah ini?" ajaknya.
"Umm...Aku mau melihat kamarmu" kata Amber antusias, Chanyeol tersenyum.
Chanyeol menunjukan tiap-tiap ruangan sambil menuntun Amber melewati tiap-tiap ruangan. Rumah itu sangat besar ada banyak ruangan dengan dinding kaca dan lorong-lorong seperti hotel.
Selain besar rumah ini juga memiliki fasilitas yang sangat lengkap, parkiran di basement, dilantai bawah terdapat Gymnasium, lapangan tenis indoor, bar, ruang teater kedap suara lengkap dengan mesin pembuat popcorn, sound system standar bioskop dan rak-rak tempat DVD, yang bersebelahan dengan studio musik.
Terdapat pula ruangan serbaguna untuk bermain billiard dan game console lainnya, kolam renang besar berdinding kaca beserta jacuzzi.
Lalu ruang makan dengan nuansa serba cokelat, yang dindingnya berupa aqarium ikan hias sebagai pemisah antara ruang tengah pribadi dengan ruang makan, meja makannya sangat panjang dengan 14 bangku.
Kemudian Chanyeol mengajak Amber kelantai dua, khusus kamar. Tangan Amber menyusuri birai tangga yang terbuat dari besi yang dingin dan halus. Mereka menyusuri ruangan panjang dilantai dua, lantai kayunya berwarna kuning madu. Mereka terus melewati tiap-tiap kamar orang-orang yang tinggal dirumah itu.
"Lalu dilantai tiga ada apa?"
"Dilantai tiga terdapat perpustakaan, buku-bukunya sangat lengkap dan beberapa berumur tua, kesukaan Kris" Chanyeol menyunggingkan senyum ciri khasnya.
"Siapa Kris? Apa dia pemilik Tempat ini?"
"Yup"
"Wah..dia pasti sangat kaya ya?"
"Yang kaya itu Suho, dia suka meneraktir kami semua, dan bisa dibilang dia penyalur dana"
Amber terkekeh "Suho siapa lagi? And You said 'We'? How many people live in here?"
"Cuma 10 orang, Suho dia orang yang paling bijaksana dan.. ehem berduit" Chanyeol terkekeh mengatakan itu.
Mereka sampai diujung lorong dengan jendala tinggi, Chanyeol berhenti mendadak.
"Kamarku" Chanyeol memberitahu.
Ia membuka dan mempersilahkan Amber masuk. Kamarnya cukup luas, ranjang menghadap ke selatan dan menentramkan karena ruangan itu di beri wallpaper hijau mint.
Terdapat dinding kaca besar di barat yang tak bergorden dan terdapat sofabed latex hitam. Pemandangan diluar menyuguhkan pemandangan langsung ke arah pegunungan dan pohon - pohon cedar yang tinggi. Di luar kini menyajikan kegelapan malam yang kosong. Hanya cahaya bulan sabit mementulkan cahaya keperakan ke dahan pohon tertinggi.
Dinding sebelah timur terdapat rak koleksi CD, buku, stereo yang menempel di rak, meja dengan tumpukan majalah, bangku, dan gitar akustik yang tersender rapih disebelah mini amplifier.
Ranjang kingsize dengan sandaran kulit berwarna hitam mendominasi ruangan. Lantainya dilapisi karpet tebal berbulu berwarna senada dengan ranjang. TV plasma menempel didinding berhadapan dengan ranjang.
Amber baru tersadar ternyata kamar itu tatanannya sama persis seperti tatanan kamar Chanyeol dirumahnya dulu. Berbagai pertanyaan langsung muncul diotaknya. Amber membalikan tubuhnya melihat Chanyeol yang sedang bersandar diambang pintu.
"Ini... seperti kamarmu dulu, hanya saja jendela besar itu seharusnya terdapat balkon diluarnya" kata Amber sambil menujuk jendela besar itu.
"Benar...Kris bilang itu membuat kita lebih nyaman untuk tinggal" Chanyeol berjalan dan duduk dipinggir ranjang.
"Uang sewanya pasti mahal?" terka Amber sambil mengerucutkan bibirnya.
"Free!"
"Free!" mata Amber membelalak tak percaya "W-O-W" Amber sengaja membuat kata 'wow' menjadi tiga suku kata karena keterkejutannya.
"Lalu sampai kapan Kau akan tinggal disini?"
"Entahlah..aku tidak tau sampai kapan"
"Kau bisa tinggal dirumahku, sampai Ayahku pulang"
"Terima kasih sayang, tapi sepertinya aku tinggal disini saja, aku betah disini"
"Apa orang-orang disini memperlakukanmu dengan baik?"
"Ya tentu"
"Lalu kenapa rumahmu di lelang?"
Chanyeol menarik nafas berat "Ayahku ternyata punya hutang sangat banyak di Bank Swiss, jadi aku terpaksa menjual semuanya dan melelang aset-aset Ayahku melalui pengacara keluarga, dan satu-satunya barang yang ku bawa hanyalah itu" Chanyeol menunjuk ke rak meja.
Amber tersenyum bahagia foto wajahnya terpampang diframe kecil berwarna perak sejajar dengan frame foto kedua orang tuanya. Amber menoleh melihat Chanyeol yang sedang memperhatikanya dan menyunggingkan senyum simpulnya.
"Aku penasaran terakhir kau mendengarkan lagu apa" Amber menekan tombol play dan menyalakan stereonya. Amber asing dengan lirik dan musik itu, namun Amber sangat mengenali suara ciri khas penyanyinya.
"Frank Sinatra? Sejak kapan kau suka lagu tahun 60an?"
Chanyeol tersenyum lebar memamerkan giginya yang sempurna.
"Dari teman-temanku disini, dan aku pikir lagu-lagu lama enak juga" kata Chanyeol setengah melamun.
Amber tersenyum manis "Yeah you right. Lagu-lagu lama memang tak lekang oleh waktu"
Chanyeol mengangguk setuju.
Amber berjalan perlahan - lahan dan berdiri didepan pintu yang tersembunyi disebelah rak.
"Ini pintu kamar mandi?"
"Dan closet" kata Chanyeol menyunggingkan senyum kepuasan.
"Cool! Ini benar-benar seperti hotel, sepertinya aku mau menyewa juga disini, aku akan membayar berapapun untuk ini" Amber menghampiri Chanyeol dan duduk dipangkuanya, melingkarkan tanganya ke leher Chanyeol.
Chanyeol terkejut dengan hal tersebut, tubuhnya menggelinjang, sorot matanya aneh, seperti ketakutan namun mencoba pasrah, dan sebelah tanganya Chanyeol mencengkram erat pinggir ranjang berusaha mengendalikan diri.
"Or we can shared bed together!" Kata Amber dengan nada menggoda.
Chanyeol langsung mematung, matanya memejam berusaha mengatur nafasnya, berjuang agar otot-ototnya tidak memberontak. Kemudian Chanyeol membuka matanya menatap Amber dengan dahi berkerut, ekspresi yang Amber kenali ; ekspresi seperti sedang mempertimbangkan sesuatu. Lalu bibir Chanyeol menyunggingkan senyum tipis.
"Aku sangat merindukanmu, Yeol" Amber menempelkan bibirnya dibelakang telinga Chanyeol.
"Aku juga sangat merindukanmu Amber-ku" Chanyeol meraih dan merengkuh wajah Amber. Ibu jarinya menelusuri lekuk bibir Amber, Amber memegang tangan Chanyeol yang berada dipipinya, mencium ibu jari Chanyeol yang hangat.
Chanyeol menciumi bibir Amber dengan sepenuh hati, tapi Amber membalas ciuman Chanyeol dengan melumat bibirnya tanpa kompromi.