Selamat membaca
Enjoy with song GOT7__You Are
{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{[{{{{{{{
Hotel Grand Elty kota S
Sebuah mobil dengan Queeneira di dalamnya sampai di halaman parkir hotel yang luas, Doni memberhentikan mobil tepat di depan karpet merah tergelar panjang, berbaur dengan mobil lainya yang juga baru sampai sama
seperti mereka saat ini.
Ketiganya turun dan langsung saja ketiganya juga dihujani dengan kilatan blitz, saat satu dari ketiganya adalah anak dari salah satu pengacara yang terkenal di kalangan seprofesinya. Belum lagi fakta lama, jika tamu yang menjadi fokus mereka saat ini adalah salah satu sahabat dari si penyelanggara pesta.
Cekrek! Cekrek!
Queeneira sebenarnya belum terlalu terbiasa jalan dengan kilatan lampu seperti ini, tapi ia berusaha tetap memasang senyum dan berhenti dari jalannya, saat salah satu dari para pencari berita memintanya berpose
sejenak.
Mau tidak mau ia pun menurut dan melambaikan tangannya, sehingga mereka pun dengan cepat menghujaninya lagi dangan blitz yang semakin banyak. Kemudian. Karena tidak ingin tertinggal oleh dua temannya, ia pun bergegas meninggalkan area karpet merah setelah menunduk singkat.
Mereka bertiga pun akhirnya memasuki hallroom dan seketika terpaku, dengan mewahnya desain yang saat ini mereka lihat dengan kedua mata mereka.
"Aku tidak menyangka bisa datang ke pesta kalangan atas ini," gumam Andine antara percaya dan tidak. Bahkan ia menggigit pipi bagian dalamnya, guna meyakinkan diri jika ia memang sedang berada disini.
"Ck, jangan kampungan. Pokoknya, disini kita harus mendapatkan relasi dan bisa memasarkan usaha photo studio kita, dengar tidak," bisik Doni kesal, saat Andine bergumam kagum.
Sebenarnya ia juga kagum, tapi setidaknya ia pernah mendatangi acara seperti ini, jadi ia tidak terlalu memperlihatkan rasa takjubnya seperti yang dilakukan Andine.
"Is, jangan ganggu," sahut Andine tidak perduli.
Selagi kedua temannya bertengkar kecil, Queeneira yang wajahnya sibuk menoleh ke kanan-kiri berusaha mencari keberadaan Baba-Mamanya, yang katanya sudah sampai dan sedang duduk berkumpul dengan keluarga
sahabatnya, Ezra.
"Kemana mereka, atau ak-
Gumaman Queeneira pun terpaksa harus di telan lagi, saat mendengar suara yang memanggil namanya tidak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.
"Mba Queene!"
Ia pun segera menoleh ke arah suara dan menemukan Selyn, juga seseorang lainnya yang melihatnya dengan smirk andalanya. Smirk atau seringai yang membuatnya seketika merasa kesal, ingin rasanya menampar wajah si
pemilik seringai itu.
"Kenapa cepat sekali bertemunya," batin Queeneira miris.
Kemudian ia pun membalas lambaian tangan Selyn dengan telapak tangan sebagai kode jika ia menyahuti, namun belum bisa menemui dan menuai anggukan kepala mengerti dari Selyn. Tapi tidak dengan Gavriel yang mendengkus, tiba-tiba kesal saat Queeneira tidak segera menghampiri mejanya.
"Menghindar, heh," batin Gavriel kemudian ikut melengos melihat ke arah lainya, dimana ia menemukan teman barunya yang turut hadir dengan Ezra menemani.
Ia pun berdiri, berniat menyapa temannya yang sedang asik bercengkrama di ujung sana.
"Dadd, semuanya. Aku kesana sebentar, menyapa beberapa teman dan Ezra," kata Gavriel sebelum meninggalkan meja keluarganya, kemudian berjalan setelah menerima izin dari semuanya.
Melangkah dengan diiringi pekikan dari kaum hawa anak pengusaha yang kebetulan ikut hadir di acaranya, Gavriel menulikan pendengarannya saat gumam kagum dilayangkan untuknya.
Baginya percuma, kalau itu bukan pujian dari Queeneira. Karena menurutnya, buat apa tampan juga menpesona, jika menarik perhatian wanitanya saja ia tidak bisa.
Sementara itu Ezra yang menyadari kedatangan sepupunya segera menyambut, diikuti oleh teman-temannya yang lain.
"Yo, Gav!" sapa Ezra dengan senyum hangatnya, membuat juga ikut tersenyum meski tipis, lagi-lagi menuai pekikan heboh wanita di sekitarnya. Kehebohan yang akhirnya sampai hingga telinga Queeneira, yang kebetulan saat ini masih berjalan menuju meja dimana orang tuanya berkumpul.
Kya-kya!!
Gavriel aku padamu!
"Cih … Sudah mulai tebar pesona," lirih Queeneira tida suka, menuai kernyitan dahi dari Doni namun tidak untuk Andine, yang diam-diam terkikik saat melihat temannya seperti sedang cemburu.
"Kamu kenapa, Queene?" tanya Doni penasaran, namun sayang Queeneira hanya menggeleng dan berjalan ke arah meja di dekat panggung sana, dimana kedua orang tua juga orang tua Ezra berada.
"Dia kenapa?" kali ini Doni bertanya kepada Andine, yang sayangnya juga meninggalkannya tanpa menjawab pertanyaannya.
"Ah! Kenapa wanita sulit sekali ditebak," gumam Doni kesal, lalu mengikuti Queeneira untuk menyapa orang tua Bosnya, sebelum ia berbaur dengan para tamu yang disinyalir memiliki peluang bisnis yang bagus.
Kembali pada Gavriel yang saat ini berdiri di antara Vasco dan Ezra. Ia belum bisa duduk santai, saat acara belum dan baru saja akan di mulai, terdengar saat MC mulai mengeluarkan suara indahnya dan menyambut ramah tamu undangan.
"Sorry, aku harus ikut ke atas sana dulu untuk penyambutan. Nanti aku kembali," sesal Gavriel sebelum meninggalkan meja tempat temannya berkumpul.
"Santai, shob."
Acara pun di mulai, bersamaan dengan Queeneira yang tiba di meja tempat orang tuanya berkumpul, ia ikut duduk di sana dengan Andine juga Doni turut serta.
Seperti pesta pada umumnya, pembukaan di buka dengan sambutan yang disampaikan oleh pemimpin keluarga yaitu Dirga, berlanjut dengan tamu spesial datang dari Jepang, dia datang bersama anak dan istrinya. Lalu yang
terakhir adalah Gavriel, selaku bintang utama diadakannya pesta mala mini.
Gavriel berdiri di depan podium, kemudian mengedarkan netranya mencari seseorang dan ketemu, membuatnya tanpa sadar tersenyum, menuai pekikan heboh yang membuat suasana hall semakin ramai.
Kya-kya!
"Astaga! Kenapa mengerikan sekali," batin Gavriel dengan cepat menghilangkan senyumnya. Sedangkan seseorang yang menjadi objek pencarian Gavriel membatin kesal, akan apa yang didengarnya barusan.
"Teriakan pernyataan cinta, oh ayolah … Ini pesta mewah, bukan acara konser boyband," batin Queeneira kesal.
"Selamat malam semua, terima kasih atas waktu yang kalian sempatkan, sehingga bisa menghadiri pesta sederhana dan turut memberi selamat juga doa untuk saya disini. Tidak banyak yang akan saya sampaikan, karena kurang lebih isinya sama dengan yang disampaikan oleh orang tua saya. Jadi, saya hanya menambahkan, jika apapun yang saya raih selama ini karena restu dari Tuhan yang Agung. Juga ini pun tidak lepas dari doa dan dukungan keluarga saya,serta seseorang yang sudah bejanji akan menunggu kepulangan saya. Sehingga saya semakin semangat untuk meraih segalanya dalam genggaman tangan saya. Itu saja, sekali lagi terima kasih atas dukungan yang antusias ini, selamat malam."
Gavriel menutup sambutannya dengan kepala mengangguk pelan, kemudian mundur teratur dan menyerahkan mic kepada seorang MC yang bertepuk tangan, disusul dengan tamu undangan lainnya yang bersiul, juga tepuk tangan
yang semakin semangat.
Prok! Prok! Prok!
Berbeda dengan Gavriel yang menampilkan wajah lempeng setelah menyampaikan sambutannya, seseorang yang duduk di meja dekat podium justru terdiam saat mendengar apa yang disampaikan oleh Gavriel tadi.
Hatinya berdesir serta jantung yang tiba-tiba berdetak kencang, saat mendengar secara langsung perkataan menyentuh dengan dirinya dibawa serta, sudah jelas siapa orang yang ditunjuk oleh Gavriel tadi dan itu membuatnya gugup, takut jika apa yang di dengarnya hanyalah ilusinya saja.
Dalam hatinya bertanya, benarkah ia juga salah satu alasan Gavriel berusaha sangat keras, sehingga bisa menjadi sukses seperti ini.
"Ya Tuhan, bolehkah kali ini saja hamba menatapnya dengan cinta, melupakan sejenak rasa benciku kepadanya, batinnya dilema," batin Queeneira sedih.
Disaat yang bersamaan, Gavriel yang masih berdiri di samping Daddynya melihat ke arah sana, tepatnya ke arah seseorang yang juga sedang menatapnya dengan tatapan yang kali ini berbeda, membuatnya balas dengan
tatapan hangat, namun sayang seseorang yang di tatap itu sadar dan melengoskan wajahnya dengan segera.
"Apa kamu masih belum bisa menerima aku, Queene." harap Gavriel dalam hati.
Ya … Seseorang yang dipandangi oleh Gavriel adalah Queene. Yang sempat menatapnya dengan cinta namun dengan cepat menampik, membuat jantung Gavriel berdenyut sakit namun ia tetap berusaha menjaga air wajahnya tetap datar seperti biasa.
"Gavriel, kasih aku sedikit waktu, jika aku bisa megetahui letak kekesalanku kepadamu selama ini dimana. Aku akan mengungkapkan dan menyerahkan diriku sepenuhnya untukmu," batin Queenira dengan wajah melengos bingung.
Bersambung.