Chereads / Married With My Arrogant Friend / Chapter 29 - Keluarga Harmonis

Chapter 29 - Keluarga Harmonis

Selamat membaca

Enjoy with song Chungha__Gotta Go

{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{

Apartemen Sky Elty

Gavriel baru saja selesai dengan acara persiapannya, masih ada sekitar dua puluh menit untuknya berangkat ke hotel tempat acara berlangsung.

Ia melihat lagi tampilannya di depan cermin setinggi tubuhnya, menatap pantulannya yang tampak sempurna dengan jas hasil buatan calon istrinya.

Astaga!

Seketika ia terkekeh saat pemikiran indahnya muncul di permukaan, tentang si orang yang kemarin mengukur juga membuatkannya jas, yang saat ini sedang dipakainya.

"Seharusnya aku menjemputnya, agar dia datang ke pesta denganku. Tapi sudahlah, aku bisa melihat dan menyambutnya saat di pesta nanti," gumam Gavriel sedikit kesal, namun berusaha untuk tetap sabar menghadapi kelakuan wanita kesayangannya.

Tiba-tiba terdengar suara dering dari handphone yang ia letakkan di atas nakas dekat tempat tidurnya, membuatnya segera menoleh dan berjalan menghampiri nakas tersebut.

Mengangkat dan melihat nama si pemanggil, di layar terpampang nama princess yang artinya sang adik, membuatnya dengan segera menerima panggilan sebelum adiknya mengamuk dengan rentetan kalimat tanpa

jedanya.

Klik!

"Hn?" gumam Gavriel, dengan tangan membenarkan letak dasi yang dipakainya. Kemudian, berjalan kembali ke arah cermin untuk melihat letak dasinya.

~"Mas."

"Hn. Ada apa, El?" tanya Gavriel kemudian berjalan lagi ke arah walking closet, untuk mengambil jam tangan yang ia pasang di pergelangan tangan kirinya, juga anting yang ia pakai di sebelah kiri daun telinganya.

Ia tidak takut jika sang Mommy melihatnya, karena anting yang dipakainya juga bukan anting menempel melainkan hanya hiasan. Lagian ia memakai bukan tanpa alasan, ia harus memakainya saat banyak saingannya yang tidak ia tahu adakah yang berniat jahat atau tidak, di pestanya nanti.

Penjagaan juga sudah ia siapkan, ditembah dengan anggota rahasia di bawah naungan sang Daddy, dengan unkel Bima sebagai ketuanya.

Unkel Bima benar-benar royal dengan sang Daddy, bahkan anaknya pun termasuk salah satu dari jajaran anak buahnya, yang melindunginya dari balik layar.

~"Mas tidak jemput Mba?"

"Hn, tidak," jawab Gavriel santai, sambil berjalan keluar ruangan.

~"Mas nih aneh, kenapa tidak jemput Mba sih. Kan-

"El," sela Gavriel cepat saat sang adik ngomel tentang ia yang tidak menjemput mba kesayangannya.

~"Apa?"

"Bukan tidak mau princess, tapi dia belum mau menerima kehadiran Mas," lanjut Gavriel dengan nada lelah, namun sayang sang adik malah tertawa renyah di seberang panggilan sana. Membuatnya mendengkus, merasa sang

adik senang telah berhasil meledeknya.

~"Ha-ha … Makanya geh Mas, jangan sombong waktu dulu di sana."

"Hn," gumam Gavriel dengan nada bosan, akan sangat panjang urusannya kalau ia membalas ucapan sang adik, karena adiknya bukan mahluk ciptaan Tuhan yang akan menyerah jika sudah adu argument seperti ini.

Terlebih posisinya yang tidak menguntungkan, karena memang ia salah dan ia merasa jika tidak akan ada pembela benar, kalau pun ia keukeuh melawan setiap ucapan adiknya, Selyn.

~"Ok-ok … Mas kapan sampai?"

"Hn, sebentar lagi," balas Gavriel, mengambil kunci mobilnya dan berjalan menuju pintu keluar kemudian membuka pintu.

~"Emang Mas ada di mana?"

"Di luar pintu apartemen," sahut Gavriel santai, menuai pekikan melengking dari adiknya dan dipastikan gendang telinganya pecah, jika saja tidak dengan sigap menjauhkan handphonenya dari daun telinganya.

Ais … Untung bukan pakai headset bluetooth, jika tidak aku yakin tidak bisa menghindar, batin Gavril bersyukur.

~"Astaga! Mas, yang benar saja. Waktunya hanya tinggal 15 menit loh."

"Hn, Mas tahu. Ya sudah, Mas harus menyetir, ketemu di pesta yah, princess," sahut Gavriel santai, memasuki mobil dan duduk nyaman di belakang kemudi.

~"Ok, hati-hati di jalan, Mas."

"Of course, princess," jawab Gavriel, memutuskankan panggilan dan meletakan handphonenya di dashboard. Setelahnya ia pun menghidupkan mesin mobil, memanaskannya sebentar baru kemudian menggasnya dengan dalam sehingga deruan mesin mobil pun memenuhi lantai dasar.

Brumm!!

Mobil yang di kendarainya melaju kencang, diikuti beberapa mobil di belakang yang menjaganya dari kejadian yang tidak diinginkan.

Hotel Grand Elty kota S

Selagi Gavriel yang saat ini ada di jalan, di ruang tunggu ada keluarga besar Wijaya-Wicaksono yang duduk santai, menunggu bintang utama dan menatap Selyn yang baru sajan selesai menelpon sulung kebanggaan mereka.

"Jadi, di mana Mamasmu, El?" tanya Dirga yang sudah rapih dengan jas berwarna hitamnya. Di sampingnya ada sang istri, yang tampil mempesona dengan gaun yang dibawakan sang anak dari Amerika sana, hasil rancangan desainer terkenal.

"Baru keluar dari apartemen, Dadd. Ampun deh El mah, ada yah manusia macam Mamas," keluh Selyn, yang dibalas dengan kekehan kakek-neneknya.

"Ya tentu saja ada, itu Mamas, hasil ciptaan Daddy dan Mommymu," seloroh Fandi santai, menuai kekehan Selyn, karena memang kakek yang paling dekat dengan Selyn adalah Fandi, sering bercengkrama dan lucu tidak sekaku kakek Hendri.

"Ha-ha … Eyang biasa aja, tapi untung El sayang, coba kalau tidak, sudah El pecat deh jadi kakak," timpal Selyn ikut berkelakar, sehingga orang-orang yang ada di ruangan pun tergelak dibuatnya.

Ha-ha-ha

"Kalau begitu, sebaiknya kita keluar dan menyambut tamu yang sudah datang lebih dulu. Sambil menunggu kedatangan Gavriel," putus Dirga, yang telah selesai dengan kekehan renyahnya saat bungsu kesayangannya bercanda.

Dalam hati ia bersyukur satu di antara dua anaknya memiliki keramaian seperti keluarga istrinya, sehingga kehidupannya yang dulu berwarna abu-abu berubah menjadi berwarna, sejak kedatangan sahabat di tambah istri juga dua anak yang menurutnya sempurna dengan keunggulan masing-masing.

"Benar, sebaiknya kita sambut kedatangan tamu yang pasti saat ini sudah mulai berdatangan," dukung Hendri, yang diangguki oleh anggota keluarga lainnya.

Mereka pun keluar dari ruang tunggu, berjalan menuju hallroom luas yang sudah di hias sedemikian rupa, sehingga bukan hanya kesan meriah tapi juga mewah dengan desain klasiknya.

Berterima kasihlah kepada teman si bungsu, yang membantu Selyn membuat rancangan konsep pesta malam ini, dari awal hingga hari H ini.

Teman laki-laki, sudah pasti, tapi tidak ada yang tahu ada hubungan apa dengan keduanya.

Red karpet sudah tersedia di sepanjang jalan menuju hallroom, dengan para pencari berita turut hadir. Juga stasiun televisi yang datang untuk meliput jalannya acara, karena ini adalah pesta mewah yang di gelar oleh keluarga konglomerat, mana mungkin mereka menyia-nyiakan kesempatan ini.

Kilatan blitz saling besahutan, saat keluarga besar penyelanggara pesta keluar dari sebuah ruangan dan berjalan di atas red karpet, namun masih belum lengkap saat bintang utama dari acara ini belum hadir di tengah-tengah mereka.

Keluarga besar ini berdiri berjajar di red carpet, memasang senyum bahagia juga sesekali mengayunkan telapak tangannya, menyapa setiap blitz kamera yang bersahutan di depan mereka.

Cekrek! Cekrek!

Bukan hanya dari keluarga si penyelenggara yang mendapatkan sorot kamera, tapi juga saat mobil lainnya berdatangan dengan seorang yang menurut mereka penting keluar dari dalam mobil.

Tidak lama kemudian, terlihat sebuah mobil sport mewah lainnya yang memasuki area pesta berlangsung. Mobil itu berhenti tepat di depan red carpet, kemudian pintu terbuka dan memperlihatkan Gavriel dengan setelan jas berwarna hitam juga dasi kupu-kupu, yang terlihat pas di tubuh tingginya.

Berdiri dengan santai namun tetap menjaga wibawanya, Gavriel merapihkan jasnya baru kemudian menatap lurus ke depan siap menghadapi media, yang turut hadir meramaikan pestanya.

Kedatangan Gavriel sontak membuat seluruh kamera mengarah kepadanya, berikutnya kilatan cahaya pun menghujani Gavriel, yang hanya mengangkat tangannya tanpa senyum seperti keluarganya, namun tetap saja tidak membuat pesonanya memudar.

Pertanyaan-pertanyaan pun mulai bertebaran dari lisan para pencari berita, bertanya tentang ia yang seperti ini atau seperti itu. Juga tentang bisnisnya yang semakin berkembang, kemudian dilanjut dengan keanggotaanya di kelompok Crow kalau dalam bahasa Jepang disebut dengan karasu.

Gavriel hanya menanggapinya dengan singkat, namun cukup membuat para wartawan itu mundur dan apalagi suara yang digunakannya terkesan dingin.

"Pertanyaannya bisa diganti, karena dengan kalian melihat pun kalian tahu, benar tidaknya kabar itu."

Setelah mengatakan kalimat itu, Gavriel pun kembali melangkahkan kakinya ke arah keluarganya, wajahnya yang tadi tidak bersahabat berubah menjadi sedikit lunak, sehingga kini senyum tipis pun mampir menghiasi wajahnya

yang semakin terlihat tampan.

"Selamat malam, semuanya," sapa Gavriel menerima uluran tangan sang Mommy yang segera melingkarkan lengan di lengannya. Meninggalkan sang Daddy yang mendengkus, namun sedetik kemudian tersenyum kecil saat

bungsunya ganti merangkul mesra lengannya.

Sehingga kini keluarga besarnya memiliki masing-masing pasangan, untuk jalan di karper merah menuju ruangan diadakannya pesta.

Ruangan dengan suasana klasik nan mewah terpampang nyata di netra masing-masing, membuat yang melihatnya memekik dan pesona akan apa yang dilihat. Tak terkecuali Gavriel, yang merasa jika sang adik memang sungguh-sungguh mempersiapkan segalanya, untuk acara pestanya mala mini.

"Bagaimana, Mas?" tanya Selyn menatap Gavriel dengan penuh harap, jika sang kakak akan memuji hasil kerja kerasnya.

"Perfect, princess," sahut Gavriel dengan nada bangga di dalamnya, membuat senyuman Selyn yang semakin lebar, apalagi sang Daddy mengusap pelipis adiknya lembut.

"Apapun jika itu kamu, Daddy yakin kamu pasti bisa," timpal Dirga sama bangganya.

"He-he … El kan anak the great Daddy Dirga," sahut Selyn merayu Dirga yang tergelak kecil.

"Kamu paling bisa membuat Daddy melayang," timpal Dirga disela-sela tawa tertahannya.

"Hum, seperti Mommy," ujar Selyn dengan cengiran khasnya, menuai Dirga semakin tidak bisa menahan kekehannya.

"Benar, kamu benar sekali, sayang," sahut Dirga disela-sela kekehannya

"Hei … Kalian pasangan ayah-anak sedang menggosipi Momm yah!" seru Kiara pura-pura sebal.

"Ups … Dadd, siap-siap ada yang ngembek abis ini," goda Selyn semakin menjadi.

"El, jahat sekali."

Obrolan hangat di meja khusus mereka mengalir seperti biasa, tanpa memperdulikan tamu yang juga melihat ke arah mereka. Karena memang acara belum di mulai, jadi mereka hanya sesekali menerima ucapan selamat itu juga

kerabat dekat mereka.

Di ujung pintu masuk muncul seorang tamu wanita dengan gaun biru dongkernya, membuat salah satu dari mereka yang tidak sengaja menoleh ke arah pintu, melambai tangan dan memanggilnya dengan semangat, sehingga seseorang yang dipanggil pun menoleh kemudian tersenyum dengan hati membatin miris.

"Mba Queene!"

"Kenapa cepat sekali bertemunya," batin Queeneira meratapi nasib.

Bersambung.