Selamat membaca
Enjoy with song Devano Danendra__Ini Aku
{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{
Masih di butik milik Queeneira, dengan tiga orang yang saat ini berdiri di depan pintu masuk butik. Dua dari ketiganya hendak berpisah, kembali ke aktivitas masing-masing saat mereka sudah melewati waktu yang sungguh tidak terasa, jika menghabiskannya dengan seseorang yang berarti untuk meraka.
Yang pulang lebih dulu adalah Elisa, saat mobil jemputannya sudah terparkir rapi di depan pintu masuk, sedangkan Gavriel sengaja menunggu dan ingin menghabiskan satu menit tersisanya dengan berdiri disisi Queeneira.
"Baiklah, Queene. Mama pulang dulu, Gavriel onty dulaan yah. Nanti biar Que yang antar langsung jasnya, jika sudah selesai dibuat," ujar Elisa dengan enteng, lagi-lagi membuat Queene melotot hendak protes namun
sayang, Gavriel lebih dulu menyahuti ucapan sang Mama.
"Tentu saja, onty. Nanti aku akan berikan alamat apartemennya."
"Bagus! Sekalian dicoba lagi, jadi kalau ada yang belum pas, kan Quee bisa segera memperbaikinya," timpal Elisa dengan nada senang, beda dengan Queene yang hanya bisa menatap sang Mama nalangsa.
Tuhan, apakah benar aku ini anaknya Mama, batin Queene miris.
"Hn, onty benar. Nah, Quee, nanti aku kirim alamatnya, oke," ucap Gavriel, mengangguk pelan dengan wajah menghadap Queene, kemudian memasang senyum kecil dengan Queene yang berdecih sebal dalam hati.
Aku tidak sudi pergi ke kandang buaya, batin Queene kesal.
"…"
"Queene!"
"Iya? " balas Queene, melihat sang Mama yang memanggilnya saat pertanyaan Gavriel tidak ditanggapi.
"Gav-
"Iya Mah, Queene pastikan jika jasnya sampai di tempat," sela Queene cepat, terkesan tidak sopan namun Queene tidak ingin, jika sampai Gavriel menampilkan wajah dengan ekspresi penuh kemenangan lagi.
"Heum … Baiklah, Mama pulang. Sampai jumpa di pesta, sayang," pamit Elisa mengecup pipi sang anak sayang, tanpa tahu jika anaknya sangat tidak ingin menghadiri pesta itu.
"Hum, iya Mah."
Akhirnya, Mama dari Queeneira meninggalkan sang anak dengan anak dari sahabatnya, Kiara, menaiki mobil dengan tangan melambai semangat.
"Bye, Quee, Gavriel!"
"Bye Mah / onty."
Dengan gerakan perlahan Queeneira bergeser perlahan menjauhi Gavriel, dengan Gavriel yang tergelak kecil saat melihat pertahanan yang dipakai sahabatnya. Ia menoleh ke arah samping, kemudian memberikan seringai miring menggoda sehinga Queene yang melihatnya melengos cepat.
"Hentikan seringaimu, Gavriel. Itu sama sekali tidak keren," dengkus Queene, kemudian berbalik dan meninggalkan Gavriel yang menangkap pergelangan tangannya segera.
Grep!
"Sky Elty, nomor 2501," ucap Gavriel dengan bisikan kecil, membuat Queene kembali berbalik dan menatap Gavriel dengan wajah tidak mengerti.
"Hah!"
"Apartemenku, Sky Elty nomor 2501, Love," ulang Gavriel dengan nada lembut, saat menyebut kata love kepada Queene yang segera menyentak tangannya, lengkap dengan dengkusan sinisnya.
"Ya, Tuan Gavriel, aku pastikan jika jasnya tidak akan ada kesalahan sedikit pun dan lagi," sewot Queene, kemudian dengan segera meninggalkan Gavriel yang lagi-lagi tergelak kecil.
"Dan aku yakin, bukan kamu yang akan mengantarnya," gumam Gavriel dengan senyum kecil serta kepala menggeleng pelan, saat melihat langkah terburu Queeneira memasuki area butik.
Tidak lama Gavriel pun ikut meninggalkan area pintu butik milik Queeneira, berjalan dengan langkah terburu saat melihat nama Aksa di layar handphonenya sebagai pemanggil.
"Hn. Sepuluh menit sampai," jawabnya dan segera memutuskan panggilnya saat Aksa membalasnya dengan kalimat baik.
Memasuki mobil dengan segera, Gavriel pun meninggalkan butik Queeneira dengan sedikit perasaan senang, saat mengingat moment di ruang fitting bersama Queeneira.
"Jadi ingin cepat memilikimu," batinnya dengan senyum samar.
Skip
Apartemen Sky Elty
Keesokan harinya, tiga jam sebelum pesta.
Di apartemennya, Gavriel yang saat ini sedang menunggu jasnya di antar pun berdiri di pinggir jendela, setelah menekan remote hingga tirai pun terbuka otomatis.
Malam ini adalah pesta penyambutan kepulangan atau bisa juga disebut pesta tertunda, saat dulu keluarganya hendak mengadakan pesta atas pernaikan kelasnya.
Dari balik jendela sini, ia bisa melihat pemandangan luar apartemennya dengan segala macam aktivitas di luar. Mulai dari kendaraan juga pejalan kaki yang terlihat kecil, lalu aktivitas udara dengan pesawat dan helicopter yang terbang silih berganti.
Ia kembali mengingat saat ia berada di Amerika, hendak pergi ke Jepang dengan menaiki helikopter milik keluarganya, disaat itu ia membayangkan bisa mengudara dan melihat pemandangan dibawahnya dengan seseorang yang ia cintai menemaninya.
Satu-satunya kesenangan yang mampu membuatnya semakin semangat, sehingga ia ia tidak tahu jika dibalik rasa senang rencana indahnya, terdapat bahaya saat ia menapaki kakinya di lapangan landas atas gedung sebuah perusahaan yang mengajaknya bekerjasama.
Baru saja ia hampir kembali ke kenangan masa lalunya, tapi suara bell mengembalikannya kekenyataan, dengan ia yang segera menggeleng kepala pelan.
"Apa yang aku pikirkan," gumamnya, kemudian berjalan ke arah intercom dan melihat siapa tamu yang datang, karena selain orang yang ia beritahu tidak ada yang mengetahui tempatnya tinggal. Hanya keluarga terdekat, sepupu dan baru saja seorang kurir yang ia yakini atas perintah sahabatnya.
"Benar-benar keras kepala," lirih Gavriel dengan kepala menggeleng pelan. Lalu membuka pintu dengan pintu hanya memberi sedikit celah.
"Hn?"
"Permisi, saya ingin mengantar paket atas nama err … Tuan Gavriel echi Wijaya, dari Nona Queeneira kawaii Wardhana," gumam si pengantar paket, dengan suara mencicit saat membaca nama si penerima dan pengirim, kemudian mengangkat wajahnya dengan senyum kaku dan wajah pucat saat melihat tatapan datar si penerima paket darinya.
Dalam hati si kurir, ia meminta kepada Tuhan agar tidak salah menyebut nama dari penerima paketnya.
Meskipun ia tidak mengerti bahasa jepang, tapi ia adalah penggemar anime dan tahu apa itu arti echi juga kawaii yang tertera di keterangan paket.
Beda si kurir, beda lagi dengan Gavriel yang diam-diam terkekeh saat mendapatkan nama tengah dari wanita garangnya. Nama tengah yang lumayan berani, saat sebenarnya nama tengahnya adalah Dira Arya.
Dalam hati Gavriel bertanya, dari mana letak kemesumannya, sehingga ia diberi nama tengah echi kawanan dari kata ero juga hentai dengan arti mesum, cabul dan segala macam yang berkaitan dengan hal dewasa.
Apa hanya karena ia mencumbu bibir, juga memeluk dengan berani sahabatnya, ia sudah termasuk dari jajaran laki-laki berkelakuan mesum? Lupakan faktor akan piktor (Pikiran kotor) sesaatnya, ah! Atau jangan-jangan sahabatnya tahu, jika ia sempat berpikir yang iya-iya saat mereka mengukur baju kemarin.
Kekehannya hampir saja lepas, jika ia tidak segera mengendalikan rasa gelinya. Saat memikirkan jika bisa saja, Queeneira menulis namanya sambil menyumpah serapahi ia saat itu.
"Macanku yang semakin garang, nanti akan aku tunjukan apa arti echi sebenarnya," pikir Gavriel eror.
"Hn, saya."
Eh!
Si kurir hampir saja memekik kaget, saat penerima paket yang ia tahu adalah pewaris perusahaan raksasa, menerima begitu saja nama penerima yang tadi disebut olehnya tanpa protes.
"I-ini paketnya dan silakan tanda tangan disini," kata si kurir yang tergagap, saat melihat sikap acuh si penerima paketnya. Padahal jelas-jelas, namanya dan nama di paket ada yang salah.
Gavriel tanpa banyak tanya segera menandatanganinya, kemudian menyerahkan kembali tanda terima dan mengambil paket kiriman, setelah mengangguk singkat. Membuat si kurir diam-diam menghembuskan napas lega, saat ternyata ia tidak kena semprot menyebut keterangan dengan arti tidak senonoh, padahal ia tahu dengan jelas jika nama si penerima bukanlah itu.
Si kurir pun berniat meninggalkan pintu apartemen Gavriel, namun baru saja membalikkan tubuh dan jalan selangkah, suara Gavriel terdengar menginterupsi dengan nada dingin andalannya.
"Kamu."
"Iya, Tuan?" tanya si kurir, melihat Gavriel dengan ekspresi takut yang kentara.
"Mau pekerjaan?" tawar Gavriel dengan si kurir yang menganga tidak percaya.
"Mak-maksudnya,apa Tuan?
"Hn, aku akan hubungin kamu, jika aku sudah tahu pekerjaan apa yang harus kamu lakukan," jawab Gavriel dengan datar, menjelaskan dengan singkat dan kemudian menutup pintu, tidak peduli dengan si kurir yang hanya melongo mendengar jawaban darinya.
Blam!
"Bagaimana caranya Tuan itu menghubungiku, namaku pun dia tidak tahu," gumam si kurir sambil kening berkerut, kemudian meninggalkan koridor tempat Gavriel tinggal, dengan pikiran heran dan bingung saat memikirkan perkataan Gavriel.
Pekerjaan apa kira-kira, kalau benar bisa diterima, aku akan mendapatkan uang lebih banyak, batin si kurir senang saat memikirkan jika bisa saja ini adalah memang rezekinya.
Gavriel yang kembali ke memasuki huniannya, melangkah dengan paper bag berlogo butik milik sang sahabat di tangannya. Kakinya ia langkahkan ke arah kamarnya dan memasuki segera kamar utama, menutupnya dengan debaman pintu pelan.
Ceklek!
Blam!
Paper bag ia letakkan di atas ranjang luasnya, sedangkan ia sendiri memasuki kamar mandi untuk melakukan ritual mandinya, sambil membayangkan apa yang akan terjadi dan kesenangan apa lagi yang akan dirasakannya, saat pesta berlangsung nanti.
"Queeneira, sehabis ini apa lagi?" gumam Gavriel kemudian memejamkan matanya, menikmati setiap tetesan air yang mengalir dari shower di permukaan wajahnya.
Bersambung.