Chereads / Married With My Arrogant Friend / Chapter 28 - Dia Pantas Dengan Nama Itu

Chapter 28 - Dia Pantas Dengan Nama Itu

Selamat membaca

Enjoy with song GOT7__If You Do (Casting Dirga)

{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{{

Sebelumnya, saat Gavriel belum menerima paket.

W&M Boutique And Photo studio

Di ruangan tempat baju di produksi ada Queeneira, yang melihat jas hasil buatannya untuk pria reseh merangkap sahabatnya, Gavriel.

Matanya menatap berbinar saat melihat jas hasilnya buatannya, melupakan fakta siapa orang yang akan memakai hasil usahanya nanti. Ia adalah seorang desainer, terlepas dari siapa yang memesan sudah kewajibanya

membuatkan pakaian sempurna agar desainnya bisa dibanggakan dan mendapat senyum puas dari pelanggannya.

Sebelum memasukkan jas itu kedalam cover jas, ia memeriksa kembali mulai dari bagian depan, belakang juga dalam jas tersebut, kemudian mengangguk puas dan memasukkannya segera.

Ia mengantung jas itu, mundur dan meletakan tangannya di pinggang, untuk berpikir sejenak tentang siapa yang akan mengantar jas ini kepemiliknya. Jika ia memerintahkan pegawainya, dia akan banyak bertanya dan

berujung dengan ia yang akan turun tangan.

"Hum … Aku tidak ingin kesana, itu sudah jelas karena aku tidak ingin meihat tampang mengesalkannya lagi. Jadi, kira-kira siapa orang yang harus mengantar tanpa harus ada pertanyaan" gumam Queeneira lirih.

Queeneira bingung sendiri, bahkan ia tidak sadar jika saat ini sedang menggigiti kuku jari tangan terawatnya, namun kemudian jentikan jari terdengar saat ia merasa tahu, siapa yang akan mengantar tanpa banyak protesan

dari dia.

"Benar juga, kenapa tidak pakai jasa Go-sent saja. Dengan begitu, dia tidak akan banyak protes. Ha-ha, pintar sekali," kata Queeneira dengan ekspresi senangnya.

Kemudian ia memesan pelayanan jasa antar, sambil menunggu kurir pesanannya datang, ia juga menulis kertas penerima dan juga pengirim dengan senyum puas, karena bisa memberikan nama tengah yang sesuai dengan

kelakuan sahabatnya saat ini.

"Benar, kamu bukan hanya berubah menjadi sombong. Tapi juga mesum," gumam Queeneira tiba-tiba kesal, saat Gavriel melak-

"Lupakan, anggap itu tidak terjadi. Ya … Benar, itu bukan ciuman itu hanya kecelakaan," lanjut Queeneira dengan kepala menggeleng kuat, menampik soal kejadian tidak senonoh beberapa hari lalu yang dilakukan Gavriel.

Tidak lama kemudian. Seorang laki-laki dengan seragam kurir pesanannya sampai di depan pintu butik miliknya. Seorang pegawai memanggilnya, dengan ia yang segera menghampiri si kurir dan menyerahkan jas pesanan Gavriel.

"Nah, Bang. Ini nama penerimanya, jangan lupa dibacakan keras-keras di depan orangnya, agar tidak salah orang, soalnya ini jas punya orang yang penting banget. Oke, ini alamatnya dan juga ini ongkosnya, saya lebihin ya, asal abang hati-hati bawanya," ujar Queeneira sambil menyerahkan jas yang digantung kepada si kurir, menuai anggukan kepala meskipun sedikit bingung saat pengguna jasanya mengucapkan kalimat secepat cahaya. Tapi karena tidak ingin membuat kesal Nona di hadapannya, ia pun hanya bisa mengangguk paham.

"Baik, Non."

"Bagus, ingat pesan saya," sahut Queeneira senang, tersenyum setan saat nanti si penerima paketnya kesal.

"Baik, akan saya lakukan sesuai perintah."

Setelah memastikan jas pesanan Gavriel di antar, ia pun kembali ke dalam untuk membereskan sisa pekerjaannya, baru kemudian pulang ke apartemen untuk mempersiapkan diri menghadiri pesta bersama Doni juga Andine

sebagai perwakilan dari perusahaannya.

Beberapa saat kemudian …

Apartemen Queeneira

Di depan cermin biasa ia mempercantik diri, terlihat pantulan wajahnya yang saat ini menampilkan senyum senang saat membayangkan wajah malu sahabatnya, ketika kurir membaca nama yang sengaja tulis dengn pemberian nama yang pantas.

Bagaimana ia tidak menyebut sahabatnya mesum, jika di pertemuan pertama saja sudah berani mengecupnya tanpa permisi, tanpa aba-aba, tanpa pemberitahuan dan tanpa-tanpa lainnya.

Belum lagi pertemuan saat itu ia dan sahabatnya baru saja bersitegang, karena masalah pertanyaan sepele berujung perusahaan orang collaps.

Bibirnya sudah tidak suci lagi, saat sahabatnya juga bilang dengan seenaknya mengambil candu yang adalah dirinya, saat 10 tahun lalu dia memintanya untuk menyimpannya.

"Enak saja datang dan tiba-tiba ingin mengambil milikku semaunya, hih," dumel Queeneira, menatap tajam bayangannya sendiri kemudian kembali merapihkan rambut yang sedang disisirnya.

Ah! Akhirnya tiba juga hari yang sangat tidak diinginkannya. Hari ini adalah pesta yang kata Doni pesta yang dihadiri oleh para pengusaha sukses. Pesta yang tidak lain adalah pesta yang di adakan keluarga Gavriel, pesta penyambutan dan tentunya pesta untuk ajang pemer kekuasaan, pastinya.

Hari ini rambut yang kemarin ia keriting kembali lurus. Baju biru dongker yang dipakainya memperlihatkan bahu putih miliknya, dengan bagian dada terbelah. Tidak ketinggalan sepasang anting turut mempercantik kedua daun

telinganya.

Kemudian untuk riasan wajah ia menyapukan blushon di kedua pipinya, dengan sapuan tipis tidak sampai terlihat jika dilihat dari jauh. Bibirnya juga terpoles gincu berwarna merah terang, membuat siapapun yang melihatnya pastinya tidak akan menoleh meskipun itu sedetik.

Kembali ia melihat tampilannya, kemudian tersenyum namun detik berikutya mengerucut sebal saat ingat pesta siapa yang akan dihadirinya.

"Ingat, kamu tampil seperti ini bukan untuk dilihat olehnya. Tapi, untuk mencari relasi bisnis disana, huh," gumam Queeneira memperingati diri sendiri. Padahal tidak ada orang yang akan berpikiran aneh, karena semua orang juga pasti ingin tampil cantik, jika akan datang ke pesta terlebih pesta dengan red karpet tersedia.

Merasa sudah beres dengan penampilannya, ia pun berdiri setelah menyemprotkan parfume beraroma cherry blossom kesukaannya.

Jalan menuju ranjang dimana tasnya berada, Queeneira berhenti sejenak dan melihat ke arah deretan sepatu yang tersusun rapih di lemari kaca, di sana ada sepatu dari Gavriel yang terlihat berkilau di antara yang lainnya. Membuatnya menelan salivanya dengan hati hampir tergoda, saat merasa jika sepatu itu akan sangat cantik jikaa dipadukan dengan dress yang saat ini dipakai olehnya.

"Kamu, kenapa mengodaku seperti itu? Ingat yah, besok aku akan mengembalikan kamu kepadanya, besok, aku janji."

Setelah mengantakan itu, Queeneira dengan cepat melengos tidak ingin kembali tergoda dengan ujung ia yang pasti akan memakainya, seperti malam saat ia menerima hadiah itu.

Di luar sudah ada Doni juga Andine, yang menunggu kedatangan Queeneira karena nantinya mereka akan sama-sama menaiki mobil yang dikendarai oleh Doni.

Ceklek!

Kedua orang yang sudah menunggu ini segera menoleh ke arah suara pintu terbuka, kemudian bengong berjama'ah saat melihat penampilan memukau dari teman merangkap Bos mereka.

"Astaga! Queeneira, kapan aku akan mendapat giliran yang paling bersinar, jika malam ini penampilanmu sungguh sempurna," pekik Andine, menunjuk-nunjuk Queeneira dengan wajah tidak terima campur mewek.

Queeneira mendengkus saat mendengar perkataan lebay nan iri dari Andine, yang sebenarnya juga penampilannya tidak bisa dibilang sederhana.

Dengan gaun berwarna pastel, yang memperlihatkan punggung mulus juga leher jenjang saat Andine menggelung anggun dengan hiasan jepit di rambutnya.

"Lebay kamu, aku tidak ada apa-apanya. Bahkan penampilan kamu itu yang lebih dari cukup, untuk membuat para tamu laki-laki di pesta nanti kepanasan, asal kamu tahu dan sadar," sahut Queeneira dengan nada menggoda, membuat Andine memekik senang alih-alih malu saat pernyataan Queeneira menjurus ke suatu yang sudah lumrah di kalangan orang dewasa seperti mereka.

"Benar kah? Ah! Aku jadi tidak sabar untuk bertemu dan menggoda oppa Gavriel, ha-ha … Siapa tahu dia mau menghangangatkan aku malam hari ini," sahut Andine telak, menjawab dengan tanpa pikir panjang, main ceplos dan sekenanya.

Perkataan Andine yang berani dan nackal, membuat Queene gerah seketika. Walaupun ia belum menerima Gavriel dan masih membencinya, tapi saat ada wanita lain yang terang-terangan menginginkan Gavriel dengan tema dewasa, entah mengapa membuatnya tidak suka.

Karena sebenarnya, jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, ia hanya ingin Gavriel untuknya sendiri tanpa ada satu orang pun yang hadir di tengah-tengah mereka, sekalipun itu hanya dalam mimpi dan angan-angan.

Air wajahnya yang tadi sudah keruh, sekarang bertambah keruh memikirkan jika seandainya saja benar ada wanita lain yang lebih dulu menghiasi kehidupan Gavriel di Amerika sana.

"Hem, terserah. Lebih baik kita segera berangkat, lihat sudah pukul berapa ini."

Queeneira berusaha menenangkan pikiranya, dengan menarik dan menghembuskan napasnya diam-diam.

"Ah! Benar juga, aku tidak ingin ketinggalan. Pokoknya aku harus banyak tebar umpan," tandas Andine dengan nada semangat, menuai dengkusan dari Doni saat tahu arti tebar umpan dari teman kuliah dan kerjanya apa.

"Jangan kecentilan, ingat kita di sana juga untuk mencari relasi bisnis. Tapi kalau Queene sih, dia tidak perlu menebar, karena tanpa ditebar laki-laki sudah antre, iya nggak, Queene," timpal Doni, mengejek Andine yang balas mendengkus memasang wajah masa bodo ke arah Doni.

"Terserah aku dong. Iri kamu, nggak bisa tebar umpan lagi, apalagi sebentar lagi punya buntut," ejek Andine telak, ia hampir saja menjadi korban usakan gemas di rambutnya, jika Queene tidak segera melerainya.

"Kamvret, Andine. Rese-

"Stop guys! Kita harus berangkat, saat ini juga."

Doni pun berdecak, sebelum berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiri Queene, kemudian memasang gesture siap juga membentuk lengannya seperti setengah lingkaran, dengan maksud agar Queene mengaitkan

lengannya di lengan miliknya.

Tapi sayang, keinginan hanya tinggal keinginan saat Queeneira justru melengos, kemudian meninggalkan ia yang hanya bisa menganga dengan mata berkedip cepat dan setelahnya suara debaman pintu pun terdengar, disusul dengan suara tawa meledek dari Andine di belakangnya.

"Ha-ha-ha … Makanya Bang, jangan kelewat pede, mana mau Queene dengan kamu. Asal kamu tahu, laki-laki yang memiliki hati Queene itu sudah kembali dan sedang melakukan pendekatan lagi sekarang," ujar Andine yang baru tahu, jika alasan selama ini temannya tidak menerima perasaan laki-laki lain, karena menunggu kedatangan sahabat yang adalah cinta pertamanya.

Ucapan dari Andine tentu saja membuat Doni menatap tidak mengerti, dengan kening berkerut tapi Andine tidak peduli dan segera menyusul Queene yang lebih dulu keluar apartemen.

"Maksudnya apa?"

"Ada deh, jangan banyak tanya, aku juga lagi berusaha move on tahu."

Blam!

Di luar apartemen Queene, Andine yang berjalan menuju Queeneira berdiri kembali meningat pembicaraannya dengan Selyn, mengenai makan malam dengan Gavriel turut serta.

Selyn hanya bilang, jika ada hubungan rumit diantara keduanya dan bilang untuknya diam tidak banyak bicara.

Pantas saja, di awal pertama pertemuan, Queene seperti marah bertemu dengan oppa Gavriel. Padahal, jika itu aku, aku yakin akan segera memeluk Gavriel dan juga mengajaknya menikah, batin Andine tidak habis pikir. Kemudian ia menggeleng, saat pikiran ngawurnya nyelip tentang Gavriel yang sayang untuk disia-siakan.

"Jadi tidak heran, jika Queene menolak semua laki-laki yang mengejarnya," gumam Andine, dengan Queene yang segera menoleh ke arah Andine, mengernyit saat mendengar namanya disebut oleh temannya.

"Kamu bicara sama aku, Andine?" tanya Queeneira, membuat Andine tersentak kaget tidak sadar ia melamun dan menyebut nama temannya dalam gumaman pelannya.

"Ah! Tidak ada, aku hanya berpikir ingin mengoperasi wajahku, agar cantik seperti kamu, Queene," elak Andine dengan cengiran canggung, yang untungnya tidak di permasalahkan oleh Queeneira.

"Ngaco."

Ting!

Lift terbuka bersamaan dengan Doni yang mengekor di belakang keduanya dan akhirnya mereka bertiga pun berangkat bersama, dengan Doni yang bertugas sebagai sopir.

Bersambung.