Chereads / Prince, You Are My Happiness / Chapter 1 - Angela Kecil dan Kakeknya

Prince, You Are My Happiness

🇮🇩Nyianti_Wijaya
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 17.5k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Angela Kecil dan Kakeknya

Matahari mulai menyapa hari dengan membangunkan burung-burung indah berwarna biru dari jendela kamar gadis itu. Kicauannya yang indah menandakan waktu untuk gadis itu bangun dari mimpi indahnya. Para pelayan pun berdatangan membangunkannya.

Iya, dia bukanlah gadis biasa. Dia adalah cucu perempuan kesayangan Duke Westernburgh, Angelina Westernburgh. Layaknya seorang tuan putri, dia diperlakukan dengan kasih sayang dan dipenuhi semua keinginannya. Kamar tidur yang luas, ranjang yang empuk dan indah, ratusan gaun mewah, dan perhiasan mahal diberikan oleh kakek kesayangannya itu kepadanya. Bahkan satu taman termasuk rumah kaca didalamnya yang penuh mawar berwarna-warni dirancang dan dibuat untuknya.

Ya, itulah kehidupanku Angelina Westernburgh, dikelilingi oleh kemewahan dan kasih sayang orang paling berkuasa Duke Westernburgh, setelah Emperor Arcadian. Akan tetapi, ini bukanlah diriku yang sesungguhnya. Diriku yang sebenarnya hanyalah gadis desa kecil yang hidupnya berkecukupan, jauh dari kemewahan akan tetapi setiap harinya dipenuhi senyuman tawa dan kebahagiaan.

Tanpa kusadari, kenangan indah nan pahit dalam masa laluku membuat air mata ini mulai jatuh menetes ke bawah.

"My lady" ucap pelayan setiaku, Lavender dengan wajah gelisah dan segera menggenggam erat tanganku.

"Tidak apa-apa Lavender, aku hanya belum bisa melupakannya.. hikss.. bagaimana ini? Rasa sakit itu masih ada hikss… hwaaa… waaa….." ucapku sambil meneteskan air mata diiringi dengan rasa sakit yang akhirnya memecahkan tangisanku ini.

Lavender memeluk erat badanku, mencoba menenangkanku.

"My Lady, saya percaya Anda pasti bisa melewati ini semua. Anda adalah gadis pemberani dan terkuat yang persaya saya temui. Tenanglah sekarang, setelah ini saya akan mempersiapkan Anda untuk pergi mengunjungi beliau" ucap Lavender setelah aku sudah agak menenangkan diri.

Ya, yang Lavender katakan benar, aku pasti bisa melewati ini semua, menjadi kuat dan berani seperti yang diinginkan kakekku. Hanya hari ini, hari ini saja sekali dalam setahun bersedih dan menjadi lemah tak berdaya, karena hari ini adalah hari peringatan kematian kakekku yang sangat berharga.

Aku masih mengingatnya dengan jelas, ketika aku masih kecil berlarian di atas indahnya hehijauan rumput sambil menunggu kakekku menyusul. Dia sering membawaku berjalan-jalan di bawah kaki pegunungan, memasuki hutan mencari binatang buruan dan bahan makanan lainnya. Sedikit masuk jauh ke hutan, akan ada air terjun yang sangat indah. Kami secara tidak sengaja menemukannya ketika mengejar binatang buruan kami. Semenjak saat itu, aku dan kakekku sering ke sana.

Suara jatuhnya air dari tebing dan derasnya ia mengalir membuat hati terasa sangat tenang. Tak hanya itu, rindangnya pohon menutupi sinar matahari yang terik sehingga membuat udara disekitar sana adem dan menyejukkan. Hal yang paling aku sukai adalah bermain air sambil mencoba menangkap ikan. Rasanya sangat segar sekali dan menyenangkan.

Masa-masa itu adalah masa terindah dalam hidupku. Aku mensyukuri setiap detik, menit dan waktu yang ada hingga pada suatu hari ksatria (knight) dari Dukedom Westernburgh datang mencari kakek. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan karena aku sibuk berada diluar rumah mengagumi kereta kuda yang belum pernah aku lihat seumur hidup. Tak hanya itu, para ksatria yang memakai baju zirah sangatlah tampak gagah dan tampan. Ada sekitar 8 orang yang berada diluar.

Well, pada waktu itu aku sangatlah kekanak-kanakan, dipenuhi dengan rasa ingin tahu yang tinggi, aku pun memberanikan diri mengajak ngobrol para ksatria tampan nan gagah itu.

"Sir knight, apakah semua ksatria sama seperti kalian, tampan gagah dan mempesona?" tanyaku dengan pandangan mata biru berkilauan indah milikku tanda ketertarikan pada jawabannya.

"Hahaha… gadis kecil kamu pandai sekali berbicara. Ya ada banyak, tapi tidak setampan dan segagah kakak loh" jawab ksatria itu dengan percaya dirinya.

"Hahaha… hebat sekali… aku juga ingin bertemu dengan banyak ksatria kalau begitu" ucapku dengan bahagia.

"Baik, tenang saja. Kita akan segera membawamu ke sana" ucap ksatria itu.

Belum sempat kutanyakan ke mana, kakek keluar dari rumah dan menyuruhku segera berberes. Kereta kuda yang kukagumi tadi ternyata merupakan kereta yang menjemputku dan kakek ke kastil yang mewah. Wahhh… pada saat itu aku sangat senang. Aku pikir aku bisa ke tempat yang indah seperti cerita dongeng yang sering diceritakan kakekku. Hatiku sangat gembira dan jantungku berdetak kencang, ingin sekali aku cepat sampai ke tujuan.

Sesampainya aku di sana, aku terkejut hingga terdiam tidak bisa berucap satu kata pun, saking megah dan mewahnya kastil yang ada di depan mataku ini. Bangun tinggi megah yang diakhiri dengan kerucut segitiga tajam, yang luasnya tak bisa kuukur dengan tanganku lagi, dari depan saja sudah dihiasi air mancur tinggi, dan karangan bunga yang indah bermekaran di samping kastil tersebut. Nampak seorang paman yang sudah agak tua berumur sekitar 40-an tahun menyapa kami. Dia segera membawa kami masuk untuk menemui Duke Westernburgh.

Aku melangkah masuk ke dalam pintu dan woahhhhhh… aku hanya bisa tersenyum diam habis kata dengan indahnya dalam kastil ini. Rasanya ingin segera berlari mengelilingi bangunan ini dan melihat lebih banyak lagi isinya. Aku sangat gembira dan bersemangat dan tanpa kusadari aku melontarkan pertanyaan yang seharusnya tak kutanyakan.

"Kakek, apakah kita akan tinggal di kastil semewah ini?"

"Little angela, ya kamu akan tinggal di sini" ucap kakek dengan senyuman penuh makna di wajah lesuhnya itu. Angela adalah nama yang diberikan kakekku.

Aku terlalu senang mendengar akan tinggal di kastil dan belum menyadari maksud dari senyuman kakekku pada saat itu. Setelahnya kami sampai di kamar Duke Westernburgh. Tampak seorang pria tua terbaring lemah di kasurnya yang luas itu. Aku tak mengerti keadaan saat itu, yang ku tahu hanyalah kakekku memegang erat tanganku dan membawaku ke depan pria tua itu.

"Angela, inilah kakek kandungmu sesungguhnya" kata kakekku menunduk berlutut dan memberikan tanganku yang tadinya digenggam erat olehnya ke pria tua terbentang lemas di kasur itu.

Pria tua itu yang tadinya lemas tak berdaya tampak bahagia mendengar kedatanganku dan segera memegang erat tanganku. Tak hanya itu saja, dia meraba wajah mungilku dan menatap dalam mataku dengan penuh perasaan rindu.

"Cucuku… ohh cucuku, iya benar sekali Savire… lihatlah dia mirip sekali denganku, cucuku…" ucap pria tua itu kepada butlernya (kepala pelayan pria), Savire sambil memeluk erat kesenangan dan mencium keningku.

Aku yang masih berusia tujuh tahun pada saat itu masih belum cukup mengerti dengan apa yang telah terjadi. Aku masih sangat kaget dan mencoba menerima satu per satu kejadian yang ada. Pria tua sakit yang ada di depan mataku jika diperhatikan iya mirip denganku. Rambut pirang dengan mata biru bercahaya, inikah yang menjadi jawaban atas pertanyaanku selama ini ke kakekku. Pertanyaan kenapa aku tidak memiliki rambut coklat dan mata kecoklatan indah dari kakekku? Pertanyaan kenapa penampilan fisikku berbeda dengan kakekku?

Aku tidak mengerti, kenyataan ini terlalu sulit untuk aku terima, yang aku tahu hanyalah aku memiliki seorang kakek, hanya kakek tidak ada ayah dan ibu, hanya dia saja. Memikirkan hal ini sekilas tanpa sadar membuat air mata ini menetes berjatuhan dan berteriak memanggil "kakek…." Aku segera melepaskan diri dari pelukan pria tua yang ada dihadapanku dan memeluk kakekku yang sedang bersedih di sana.

Entah apa yang membuatku bersedih, mungkinkah feeling atau perasaan bahwa aku akan berpisah dengan kakekku ini. Aku menangis dengan kencang hingga akhirnya kelelahan dan ketiduran. Mungkin tidak hanya capek dari menangis tetapi perjalanan jauh dengan kereta kuda juga membuat energiku terkuras habis hingga ketiduran sekarang

Keesokan harinya…

"Little lady, bangunlah… sudah saatnya bangun noda" ucapsalah satu pelayan.

Aku yang mendengar suara pelayan membangunkanku kaget dan segera terbangun. Selama ini yang membangunkanku adalah suara kakekku yang sedari pagi sudah sibuk masak. Aku masih tidak terbiasa dengan suasana baru yang ada disekelilingku, terutama ketika aku tidak melihat kakekku disampingku.

"Dimana kakekku?" itulah kalimat pertama yang aku ucapkan kepada pelayan di rumah kastil Westernburgh pertama kalinya.

"Oh tenanglah my little lady (nona gadis kecil) kita akan membawakan Anda bertemu dengannya sebentar lagi. Mari kita mandi dan berganti pakaian terlebih dahulu" ucap pelayan tersebut dengan senang. Aku tidak memahami kenapa mereka tampak senang, ternyata yang mereka kira kakek yang aku sebutkan adalah pria tua yang sakit kemarin.

Sebenarnya tak bisa kupungkiri, walaupun aku sedang bersedih belum bisa bertemu kakekku, aku cukup senang. Ini pertama kalinya aku dimandikan oleh para pelayan. Air dalam bath up ini sangatlah wangi dengan kelopak bunga mawar berwarna merah di dalamnya. Baru pertama kali ya tidak buruk juga bisa dilayani seperti ini. Tak hanya itu, ketika selesai mandi aku sangat kaget pada saat mereka membawaku keruangan pakaian. Di sana terdapat puluhan gaun (dress) yang sangat indah.

"wahhh… apakah ini semua dress-ku?" tanyaku yang masih polos.

"Iya benar my lady, Duke Westernburgh selalu menyiapkan pakaian untuk Anda setiap tahunnya sesuai umur Anda" ucap salah satu pelayan dengan mata berkaca-kaca dan senyuman bahagia haru dari wajahnya.

Melihatnya membuatku tidak tega dan membalasnya dengan senyuman hangat dariku. Kemudian memegang tangannya untuk mengajaknya memilih dress yang akan aku pakai hari ini. Aku memilih dress berwarna ungu muda dan putih yang merupakan warna favoritku. Hiasan bunga mawar dari dress ini membuatnya sangat indah. Pelayan ini kelihatannya sangatlah jago, setelah semua selesai tak kusangka hasilnya bisa secantik ini. Aku tidak pernah menyangka bisa kelihatan seindah ini, rasanya… rasanya seperti seorang princess.

Aku segera keluar dari kamar, ingin segera menunjukkan kepada kakekku seberapa cantiknya aku. Aku ingin mendengar pujian dan merasakan kehangatan tangannya yang menyentuh pipi kecilku. Hanya semalam saja sudah membuatku begitu merindukannya.

"Kakek… Kakek…" ucapku sambil berlari kegirangan keluar dari kamar mencari kakekku.

"Oh my lady, pelan-pelan my lady" ucap pelayan tersebut kaget melihat aku lari, terlebih lagi di depan ada tangga yang harus dituruni untuk ke ruang tamu utama. Kamar semalam yang aku tiduri berada di lantai 2.

Setelah menuruni tangga, yang kulihat hanyalah wajah kakekku yang tampak sedikit kaget akan tetapi penuh senyuman hangat. Aku tidak menghiraukan orang-orang disekitarnya, yang mana ada pria tua sakit kemarin yang sedang duduk juga di sana bersama dengan butlernya, Savire. Aku hanya mempedulikan kakekku sendiri, setelah menuruni tangga aku berlari sampai ke depannya.

"Kakek…" aku menyapanya dengan senyum bahagia dan mulai memberikan hormat ala ala princess seperti yang diajarkan kakekku dulu ketika dia menceritakan dongeng untukku dengar. Kemudian mulai melupakan etika lagi, aku memutarkan badan dan dressku untuk mempersilahkan kakekku memberikan komentarnya. Pikiranku yang masih polos saat itu hanya ingin dipuji cantik olehnya sambil memberikan senyum terbahagiaku kepadanya.

"Mirip… mirip sekali dengan ibunya. Cantik, anggun dan sangatlah riang. Dia memiliki senyuman terindah yang pernah ada, sama sepertinya" ucap pria tua itu dengan mata yang berkaca-kaca.

Ucapannya membuat senyum di bibirku hilang dan mulai menyembunyikan diri dibalik kakekku. Aku masih belum mengenalnya dan semua yang tiba-tiba ini membuatku takut, terlebih lagi dengannya. Aku bisa melihat raut wajah sedihnya dengan jelas dari balik persembunyianku. Entah kenapa, sekilas hatiku juga bisa merasakan kesedihan yang dia rasakan. Apakah ini yang mereka katakan kontak batin? Darah lebih kental dari pada air biasa?

Aku mulai mencoba memberanikan diri keluar selangkah demi selangkah dari persembunyianku itu dan mulai memandangi pria tua itu. Tapi kali ini pandangan yang aku berikan adalah pandangan hangat dengan senyuman kecil di pipiku. Tanpa berpikir panjang, hati yang sakit melihatnya sedih membuatku mengeluarkan kata-kata ini, "jangan sedih, okay?" ucapku dengan suara anak-anak yang masih lucu dan menggemaskan, kemudian diakhiri dengan senyuman.

Seketika suasana disekitarku berubah semua, aku bisa melihat raut wajah butler dan para pelayan yang mempersiapkanku tadi semuanya menjadi terharu bahagia dengan mata berkaca-kaca. Aku masih tidak memahami kenapa suasananya bisa berubah seperti ini, yang aku tatap hanyalah pria tua yang ada di depanku ini. Bukannya berhenti sedih, dia malah meneteskan air mata. Aku jadi tidak tahu harus berbuat apa dan galau sendiri. Bagaimana ini jika aku melukai hatinya?

Aku segera berjalan menuju ke arahnya dan menghapus air matanya.

"Jangan sedih (menyentuh wajah tuanya dan menghapus air matanya) kakek bilang harus jadi selalu senang apa pun keadaannya, jadi jangan sedih lagi ya?" ucapku polos sesuai dengan apa yang sering kakekku katakan. Dia selalu mengajarkanku untuk selalu bahagia apa pun yang terjadi, dia ingin selalu melihatku tersenyum bahagia, karena katanya jika aku bahagia maka dia akan lebih bahagia. Jadi ketika melihat orang bersedih di hadapanku, aku pasti akan membantunya mengusir kesedihan itu dengan tersenyum, rasanya sangat menyenangkan jika bisa menjadi bahagia lagi.

"Iya, hahaha tidak sedih lagi, tidak sedih lagi" ucap pria tua ini dengan tawa bahagia.

"My Lord (tuanku), sudah saatnya sarapan pagi" ucap Savire, kepala pelayan yang selalu berdiri di sisi kanan pria tua yang ada dihadapanku ini. Well, aku masih belum mengenal pria tua yang ada dihadapanku ini. Aku hanya tahu dia adalah pria tua yang sedang sakit dan dipenuhi dengan raut wajah akan kerinduan dan kesedihan. Selain itu mugkin dialah yang memiliki kastil ini karena dilayani begitu banyak pelayan.