Hah? Apa yang terjadi? Kenapa bisa ada pangeran sekejam dia bahkan menghunuskan pedangnya sendiri kepada pengawalnya? Pikiranku penuh dengan hal negatif terhadap pangeran yang satu ini. Walaupun postur tubuhnya yang gagah tinggi, dadanya yang bidang dan berotot, rambutnya yang pirang dengan gaya dinaikkan sangat membuatnya tampak berkharisma, tetapi mata birunya yang dingin menyimpan sejuta makna seperti lautan terdalam.
"Hey westernburgh… malam ini sangatlah menyebalkan. Oleh karena itu akan saya biarkan pergi jika kamu bisa membuatku senang. INGAT! cuma satu kesempatan, SATU (diperjelas)!" ucap pangeran itu. Aduhh… aku benar-benar belum pernah bertemu dengan para pangeran sebelumnya jadi sama sekali tidak tahu dia pangeran yang mana.
"Senang? Yakin cuma cukup dibuat senang?" tanyaku bingung. Hmm… aku sebenarnya aneh karena untuk senang sebenarnya simple tidak susah. Aku sudah melewati hal paling menyedihkan dan menyakitkan di usia yang muda, terlebih lagi legasi kakek terakhir adalah hidup bahagia. Aku menghabiskan 9 tahun ini belajar bagaimana menjalani hidup dengan bahagia. Sebenarnya kakekku sudah mengajarkan caranya dari dulu, dia bilang jika melihatku tersenyum bahagia, dia juga akan ikut bahagia karena jika bisa membuatku bahagia maka dia akan lebih bahagia.
"Heng, percaya diri sekali. Kalau sampai membuatku tambah marah, rasakan sendiri akibatnya nanti" ancamnya.
"My lady, please pertimbangkan lagi, jika Anda gagal resikonya sangat besar" ucap pengawal itu khawatir karena dia mengetahui aku berasal dari keluarga Westernburgh.
"Akan tetapi kasih saya 3 jam sampai dengan ball ini selesai, jika memang masih tiba bisa membuat yang mulia pangeran senang maka dengan senang hati saya akan menerima resikonya" ucapku dengan percaya diri.
"Terlalu lama, 1 jam" jawabnya.
"Hmm… kalau begitu anda tidak boleh melarang apa pun metode saya? Gimana?" balasku.
"Kelihatannya kamu masih belum jelas posisimu ada di mana (menghunuskan pedangnya ke leherku lagi) Posisimu sekarang tidak mengizinkan kamu untuk negosiasi sedikitpun" ucapnya angkuh dan dingin.
"(panik) hmm… sikapmu aja begini gimana mau senang, badmood selalu pasti" ucapku membalas sikapnya yang angkuh dan tidak sopan itu.
"APA KATAMU?" jawabnya dengan nada yang marah.
"(berjalan ke samping menjauhi pedangnya) Sudahlah, waktuku hanya 1 jam, turunkan pedangmu. Ayo ke sini, ku ajarin caranya bersenang-senang" ucapku dengan hati-hati. Dari tatapannya dia tidak main-main, bisa langsung membunuhku jika seperti ini.
Otakku langsung bekerja cepat mencari jalan keluar, aku membawanya ke pintu terdekat menuju ballroom. Pikirku jika bisa ke ballroom dan mencari grandpa maka aku bisa selamat, grandpa pasti akan menyelamatkanku dari pangeran satu ini.
"Berhenti!! Untuk apa kamu membawaku ke ballroom?" tanyanya curiga.
"(berhenti berjalan dan mengarahkan badan ke depan pangeran) well, ada banyak keseruan yang ada di debutante ball kali ini. Lagi pula ini juga pesta debutante Anda pastinya yang mulia, kenapa tidak kita masuk dan nikmati?" jawabku gugup takut ketahuan rencana asliku.
"(mencekik leherku) saya tidak sebodoh itu bisa ditipu olehmu. Jangan pikir saya tidak tahu di dalam sana pasti ada keluargamu!" ucapnya dengan kejam sambil mencekikku. Dia benar-benar kejam, membuatku sangat sulit untuk bernafas. Perasaanku saat itu yang takut sudah berubah menjadi marah. Aku sangatlah sampai menangis dan membentaknya.
"Huhh hikkss… lepaskan… orang mau mengajakmu menari waltz di dalam hiksss… hwaaa… (dia yang melihatku menangis pelan-pelan melepaskan tangannya kemudian aku mendorongnya) aku… hikss… ini ball pertamaku, aku ingin mengenal dan berteman dengan banyak orang, dan keinginan terbesarku adalah bisa dansa hiksss hwaaa… tapi tidak ada yang mengajaku berdansa hikssss…" ucapku saking emosinya hingga mengeluarkan isi kata hatiku. Bagaimana tidak emosi, ball pertamaku kali ini benar-benar gagal rasanya terlebih lagi pangeran ini jahat sekali mencoba membunuhku.
"(menghela nafas dan memberikan sapu tangan) nangismu jelek seperti ini siapa yang akan mengajakmu menari kalau begini!" ucapnya dingin.
"Hikkss… hikss… (mengambil sapu tangannya dan menghapus air mataku) bohong, mereka bilang aku nangis pun cantik hikss…" jawabku.
"Hahhh… (tersenyum) percaya diri sekali!" ucapnya tidak habis pikir akan jawabanku.
"(setelah menenangkan diri) Yang Mulia, kenapa Anda tidak mengajakku menari? mereka kelihatannya seru sekali menari di dalam" ucapku protes pada hal dia seorang pangeran, harusnya mengerti etika begini.
"Huh, ngapain mengajakmu? apa untungnya?" tanyanya dengan nada meremehkan.
"(sedih dan cemberut) gak gentleman sama sekali" gumamku dengan suara kecil.
"Coba ulangi katamu tadi" ucapnya dengan nada sedikit marah.
"Enggak ngomong apa-apa tadi" jawabku dengan cepat, untung saja dia tidak mendengar jelas, kalau dia marah lagi bisa gawat.
"Aaa lagunya sudah mau selesai (panik dan segera melihat ke pangeran) prince… princeeee… (ucapku dengan nada sedikit manja) aku benar-benar ingin menari di ball pertamaku pleaseee… yaaaa…" ucapku dengan sedikit memelas. Kelihatannya aku sangat ingin menari sampai-sampai melupakan etika lagi. Tapi salah siapa juga yang sampai membuatku menangis huhu…
Entah angin apa yang membuatnya menyetujui permintaanku. Dia mengulurkan tangannya tetapi tetap satu kata pun tidak dikeluarkan dan masih dengan tatapan dinginnya itu. Tapi yeay… akhirnya aku bisa menari di ball pertamaku. Well saking senangnya aku lupa, aku masih harus membuat pangeran ini senang, kalau tidak dia pasti akan menghukumku.
Ketika alunan melodi berganti ke musik baru, aku menggenggam tangannya memasuki ruangan ballroom bersama. Kami ke tengah ballroom dan memulainya dengan saling memberi hormat. La Valse de L'Amour, alunan melodinya yang lambat tetapi setiap nadanya sangat indah membuat tarian malam ini sangatlah menakjubkan.
"Prince, terima kasih" ucapku tersenyum bahagia, aku benar-benar bersyukur bisa memiliki dansa pertama ini. Well bukan karena bisa menari bersama dengan seorang pangeran, bukan pangeran pun aku tetap akan senang. Aku tinggal di castle begitu lama, tidak keluar bergaul membuatku yang masih gadis muda ini juga menginginkan sesuatu seperti menari, berdansa di dalam ballroom yang indah.
Dia menjawabku dengan tatapan dingin dan setelah lewat beberapa detik, dia mulai penasaran dan bertanya, "apa yang membuatmu sesenang ini pada hal hanya menari?"
Aku menatap dalam matanya dan menjawabnya sambil tersenyum bahagia, "karena engkau telah membantuku mewujudkan impian yang selama ini kupendam."
Aku tidak tahu apakah dia senang atau tidak dengan jawabanku, akan tetapi setelah itu dia tidak berbicara kepadaku lagi. Hanya saja semakin menari bersama dengannya, dan semakin saling menatap satu sama lain, aku merasa tatapan dia tidaklah sedingin sebelumnya. Dia memiliki mata berwarna biru yang sama denganku, hanya saja mata dia kali ini penuh dengan kehampaan. Sekilas aku mengingat diriku yang dulu masih terpuruk. Hmm… apakah ini yang menyebabkan dia tidak senang? Kemudian mencari orang lain untuk membuatnya senang?
Jika seperti itu aku juga ingin membuatnya senang. Bukan karena diancam olehnya akan tetapi tulus dari hati aku ingin melihatnya tersenyum bahagia dan senang.
"Kenapa berhenti senyum?" tanyanya yang menyadari aku berhenti tersenyum sambil memikirkan tatapan matanya itu.
"Ah tidak apa-apa. My prince… setelah ini ayo kita lakukan hal yang seru dan menyenangkan, mau tidak?" ajakku.
"Apa itu?" tanyanya penasaran.
"Lihat saja nanti, setelah dansa ini selesai akan kuajak yang mulia untuk bersenang-senang" ucapku dengan senang dan percaya diri.