Sore itu Allamanda beserta enam orang muridnya menghadiri undangan di balai kota. Undangan panggung rakyat telah diterimanya dari seminggu yang lalu. Allamanda telah diminta oleh staf di balai kota untuk mempersembahkan tiga jenis tarian. Dengan senang hati Allamanda pun mengajak keenam muridnya untuk berpartisipasi mengisi acara tersebut.
Dengan membawa nama Sanggar Tari Selendang, Allamanda hadir dengan menampilkan tiga jenis tarian. Ketiga jenis tarian itu dibawakan oleh keenam murid asuhannya. Mereka berusaha menampilkan yang terbaik di hadapan para tamu undangan panggung rakyat.
Sebagai seorang guru tari, Allamanda merasa bangga dengan anak didiknya yang selalu mengikuti semua yang ia ajarkan. Karenanya tidak mengherankan jika ada panggung-panggung besar, sanggar tari selendang selalu diminta untuk mengisi acara hiburan dengan tariannya.
Allamanda merupakan sosok yang berperan penting dalam sanggar tari selendang. Ia bukan hanya sekedar mengajar tari saja. Tapi, juga berperan serta menghias dan memakaikan busana yang cocok dengan tariannya, sudah menjadi kewajibannya. Terutama saat murid-murid di sanggarnya akan tampil di sebuah panggung besar.
Acara demi acara telah berlalu. Tiga jenis tarian pun sudah ditampilkan oleh keenam murid Allamanda. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 wib. Acara panggung rakyat di balai kota pun akhirnya ditutup oleh panitia.
Dan para tamu undangan satu persatu meninggalkan lokasi acara. Mereka pulang dengan mengendarai kendaraan pribadi. Begitu juga dengan keenam murid Allamanda yang sudah dijemput oleh orang tuanya.
Malam itu Allamanda berencana pulang dengan kakaknya yang bernama Sakura. Tadi padi ia telah berpesan kepada Sakura untuk menjemputnya di balai kota. Tapi, kata Sakura "kalau acaranya sudah selesai, kamu telephon kakak," begitulah pesannya kepada Allamanda. Acara telah selesai dan para tamu undangan pun telah pulang semua. Tinggallah Allamanda seorang diri. Ia tidak bisa menelephon Sakura, karena baterai handphonenya habis.
Allamanda mondar mandir di sekitar balai kota. Ia terus berfikir bagaimana caranya ia bisa kembali pulang. Padahal malam semakin larut. Ia mulai gelisah. Allamanda membayangkan wajah kakek Dato yang mengkhawatirkannya, karena ia belum pulang. Juga keempat saudaranya yang lain, pasti was-was menunggu kabar darinya. "Aku harus bagaimana?" tanyanya dalam hati.
Dalam keadaan yang tidak menentu, Allamanda pun menarik dua koper yang berisi pakaian tari keenam muridnya. Lalu berjalan mendekati halte bis. Tidak ada siapapun di sana.
Sambil duduk dan menunggu dia pun berharap, kemungkinan masih ada kendaraan yang mau lewat. Sudah sepuluh menit berlalu, tapi tidak ada satu pun kendaraan yang singgah di halte. Kecuali kendaraan pribadi yang lewat silih berganti di hadapannya
Allamanda pun mulai merasa putus asa. Sambil duduk ia tutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. "Apakah aku harus bermalam di halte bis?" tanyanya lagi dalam hati kecilnya.
Di tengah kegelisahan hatinya, Allamanda pun melempar pandangannya jauh ke seberang jalan. Remang-remang dia melihat cahaya lampu depan mobil. Tanpa pikir panjang, ia pun melambaikan tangannya memanggil mobil dengan cahaya lampu berwarna kuning.
Harapannya pun seketika muncul kembali, saat mobil itu mendekat ke arahnya. Allamanda langsung berdiri dan menarik dua koper yang dibawanya. Ternyata mobil itu sebuah taksi.
Setelah berputar taksi itu pun berhenti tepat di depan Allamanda berdiri. Jendela depan taksi pun dibuka oleh sang supir. Allamanda memiringkan kepalanya dan melihat wajah sang supir taksi. Si supir taksi tersenyum padanya. Dia terlihat masih muda dan berpenampilan rapi.
"Mau di antar kemana, dek?" tanya sang supir taksi kepada Allamanda.
"Tolong! Antar saya ke jalan kencana ungu,"Allamanda pun menjawab pertanyaan sang supir taksi dengan sedikit grogi. Tanpa disuruh oleh supir taksi, Allamanda segera melangkah ke bagasi taksi. Tetapi, niatnya terhenti saat dia melihat sesuatu yang terjepit di penutup bagasi. Sejenak dia terdiam karena terkejut. Tapi, Allamanda berusaha tenang dan berpura-pura tidak melihat suatu apapun.
"Bang, tolong bagasinya dibuka!" pinta Allamanda kepada sang supir taksi. Sambil terus mengajak bicara sang supir taksi, Allamanda pun memotret bagasi taksi dengan ponselnya.
"Bagasinya rusak, dek," katanya.
"Aneh! Kenapa taksi sebagus ini, bagasinya bisa rusak? Trus, kenapa juga bisa ada kain baju yang terjepit di penutupnya?" fikir Allamanda.
"Ah, sudahlah! bukan urusanku juga, yang penting aku bisa pulang," katanya dalam hati. Tanpa bertanya lagi Allamanda pun langsung membuka pintu belakang taksi. Dan meletakkan dua koper di sebelahnya.
Setelah sang supir taksi melihat Allamanda duduk tenang di bangkunya. Ia pun perlahan-lahan menjalankan taksinya, meninggalkan balai kota. Taksi terus melaju dengan kecepatan sedang.
Karena merasa lelah Allamanda pun membaringkan kepalanya di sandaran bangku. "Syukurlah akhirnya aku bisa pulang malam ini," gumamnya dalam hati. Betapa lega perasaan Allamanda saat itu.
Taksi terus berjalan menembus gelapnya malam. Tidak ada pembicaran apa pun antara Allamanda dengan si supir taksi. Pandangan keduanya hanya tertuju ke kaca depan taksi. Meski pun terlihat sesekali si supir memandangi Allamanda dari kaca spionnya.
Allamanda mengetahui semua gerak gerik si supir taksi. Tapi, ia bersikap seolah tidak mengetahui hal itu. Ia mulai mencurigainya saat dia melihat kain baju yang terjepit di bagasi taksi. Tanpa diketahui oleh sang supir taksi, Allamanda telah memotret dengan ponselnya. Dan merekam semuanya melalui kamera kecil yang menempel di bros bajunya.
Akhirnya taksi pun berhenti di jalan kencana ungu. Tepat di depan rumah kakek Dato. Allamanda bergegas membuka dompetnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang puluhan. Ia lalu membayarnya sesuai argo taksi.
Setelah menerima pembayaran dari Allamanda, sang supir pun kembali menjalankan taksinya. Perlahan-lahan taksi berjalan menjauh dari rumah kakek Dato. Dan sampai akhirnya hilang di tikungan jalan.
Dengan sangat gembira, Allamanda pun segera menekan bell yang menempel di dinding gerbang rumah. Tidak berapa lama, Sakura muncul dari balik gerbang. Dan Allamanda pun masuk dengan menarik dua koper yang dibawanya.
Tiba di ruang tamu kakek Dato menyambutnya dengan penuh sukacita. Keempat saudaranya pun memeluknya dengan penuh kehangatan. Dan mereka berenam akhirnya bisa tertawa lepas.
Jam besar di ruang tamu berdentang cukup kuat. Jarum panjang dan jarum pendeknya sudah menyatu. Pukul 24.00 wib tepat tengah malam. Mereka pun kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat.
######################################
"Aku berangkat ke sekolah dulu, kek," pamit Candy sambil mencium tangan kakek Dato yang sedang asyik bermain catur. Kakek Dato hanya tersenyum sambil terus memainkan pion-pion caturnya. Candy pun berlalu dari hadapan kakeknya.
"Kamu mau ke sekolah, dek," tanya Sakura pada Candy yang tengah bersiap memakai sepatu hitamnya.
"Iya kak," jawab Candy sambil menunduk dan mengikat tali sepatu hitamnya. Sakura yang masih berdiri di sebelah Candy terus memperhatikan tingkah pola adik bungsunya. Candy yang merasa diperhatikan olehnya, akhirnya bangun dari duduknya. Dan memandangi kakaknya yang berada di sebelahnya.
"Ada apa, kak?" tanya Candy penasaran.
"Kamu mau berangkat ke sekolah pakai apa?" Sakura balik bertanya.
"Seperti biasa naik motor," jawab Candy sambil berjalan meninggalkan kakaknya.
"Motor kamu kan rusak, dek.....!" teriak Sakura mengingatkan Candy.
Candy pun berhenti melangkah dan membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Sakura.
"Hah.....! Jadi aku berangkat naik apa, kak?" tanya Candy kepada Sakura.
"Tunggu kakak, kita berangkat bersama," pinta Sakura.
"Tapi, naik apa?" tanya Candy bingung.
"Kendaraan kita rusak, artinya kita tidak bisa bepergian," jelas Candy.
"Sekarang kamu telephon taksi! Suruh mereka jemput kita di sini," perintah Sakura kepada adiknya.
"Baiklah!" Candy pun langsung mengeluarkan handphonenya. Dan menelephon taksi, agar datang dan mengantarnya ke tempat tujuan. Sambil menunggu taksi datang Candy pun duduk di halaman depan rumah. Dikeluarkannya buku pelajaran yang akan diajarkan kepada murid-muridnya, lalu dia pun membacanya. Sedangkan Sakura masih bersiap dengan perlengkapan siarannya.
Jika Candy dan Sakura masih harus menunggu taksi datang. Lain halnya dengan Camelia yang sedari pagi sudah sibuk berkutat dengan laptopnya di ruang kerja kakek Dato. Di antara kelima cucu kakek Dato, hanya Camelia yang mendapat kepercayaan untuk membantu pekerjaan kakeknya. Terutama yang berkaitan dengan penelitian dan penemuan.
Sedangkan Allamanda masih juga belum terlihat keluar dari dalam kamarnya. Pintu kamar Allamanda saja masih tertutup rapat. Kemungkinan dia masih tidur karena sangat kelelahan.
Peony sudah sejak pagi tidak kelihatan. Kata kakek, dia sudah berangkat ke tempat kerja dengan dijemput oleh teman akrabnya.
"Tet.....tet.....tet....!!!!" suara klakson mobil terdengar di luar gerbang. Sakura pun beranjak dari tempat duduknya dan melihat ke luar gerbang. Ternyata taksi yang mereka pesan sudah datang. Sakura bergegas memanggil Candy dan keduanya pun segera masuk ke dalam taksi.
Perlahan taksi pun meninggalkan kediaman kakek Dato. Namun, saat Sakura dan Candy sudah duduk, mereka merasakan ada sesuatu yang tidak mengenakan tercium di dalam taksi. Keduanya pun saling berpandangan. Candy memegang tangan Sakura dan menekannya. Sakura balas menatap Candy. Mereka berdua saling melempar kode. Tanpa diketahui oleh sang supir, Sakura menghidupkan kamera handphonenya dan merekam semua yang mereka lihat di bangku belakang.
"Mau diantar kemana, yah?" tanya sang supir taksi kepada Sakura dan Candy.
"Antar saya ke sekolah dasar swasta yang ada di ujung jalan sana!" jawab Candy cepat sambil menunjuk ke bangunan sekolah tempatnya mengajar. Supir taksi itu pun langsung meluncur ke tempat yang ditunjuk oleh Candy. Hanya dalam hitungan menit Candy pun sampai di sekolah tempatnya mengajar.
"Aku turun duluan yah, kak," pamit Candy kepada Sakura yang masih duduk di dalam taksi. Sakura pun melambaikan tangannya. Dan taksi yang ditumpanginya itu pun kembali jalan.
"Kalau kamu mau diantar kemana?" tanya sang supir taksi kepada Sakura yang sedang bermain handphone. Mendengar pertanyaan sang supir taksi, Sakura pun mengangkat wajahnya. Dan berkata lembut sambil tersenyum.
"Antar aku ke gedung penyiaran."
Tanpa disadari oleh sang supir, ternyata Sakura telah memotret wajahnya.
Gedung penyiaran sudah terlihat dan Sakura pun bersiap akan turun. Tetapi, mendadak si supir menoleh ke arah Sakura. Sakura pun terkejut.
"Ada apa yah, melihat saya seperti itu?" tanya Sakura gugup. Si supir taksi pun melebarkan senyumnya. Dan menyerahkan notes dan pena kepada Sakura.
"Boleh minta nomor hp nya?" katanya sambil tersenyum. Sakura pun mengambil notes dan pena dari tangan sang supir taksi. Lalu ia menuliskan nomor handphone nya dengan lengkap.
"Terima kasih yah, kalau ada kesempatan saya akan menghubungi kamu," lanjutnya seraya mengambil notes dan pena dari tangan Sakura. Sakura hanya terdiam.
"Stop! Saya turun di halte saja dan ini uang taksinya," Sakura pun bergegas keluar dari dalam taksi. Tidak dipedulikannya supir taksi yang terus memandanginya.
########################################
Di dalam gedung penyiaran, Sakura dan yang lainnya tengah mempersiapkan siaran pagi. Wajah mereka terlihat sangat tegang, terutama Sakura. Dia seperti tidak percaya dengan pemberitaan pagi ini. Tetapi, karena profesionalitas kerja Sakura pun tetap melakukan siaran.
"Selamat pagi pemirsa. Dari gedung TVV lantai 21 berita ini disiarkan. Berdasarkan laporan dari beberapa keluarga kepada kepolisian setempat. Dilaporkan bahwa mereka telah kehilangan salah satu anggota keluarganya sejak seminggu yang lalu. Dan dari semua data yang masuk di kantor polisi, diketahui bahwa mereka yang hilang berjenis kelamin perempuan. Dan kejadiannya itu bermula sejak mereka keluar dari rumah dengan memesan taksi untuk mengantar mereka ke suatu tempat. Dan sejak saat itulah mereka tidak pernah kembali lagi ke rumah. Dalam hal ini pihak kepolisian sudah mulai bergerak menyelidiki kasus tersebut. Dan kepada seluruh masyarakat diharakan untuk tetap tenang. Karena ini semua belum ada titik terang. Namun, kalian harus tetap waspada dimana pun kalian berada. Segala kemungkinan masih bisa terjadi. Demikian yang dapat saya laporkan. Bersama saya Sakura. Sampai jumpa dan terima kasih."
Setelah menyelesaikan tugasnya, Sakura pun kembali ke meja kerjanya. Dia sudah bisa mengendalikan perasaannya. Tidak ada lagi ketegangan di raut wajahnya. Dengan tenang dia pun membuka laptopnya dan menyimpan berita-berita yang telah selesai dibacanya ke dalam file laptop.
"Menurutmu apa mungkin pelaku kejahatan kali ini adalah supir taksi?" salah seorang kru media menghampiri Sakura yang tengah mengetik. Sakura pun mengangkat kepalanya dan memandangi wajah temannya.
"Kalau menurutmu bagaimana?" Sakura balik bertanya.
"Aku tuh tanya kamu, eh kamu malah tanya aku," jawab teman krunya sambil menepuk pundak Sakura.
"Kasus ini masih diselidiki dan jangan berprasangka dulu," kata Sakura bijak. Temannya pun mengangguk-angguk dan berlalu dari hadapan Sakura.
"O ya, aku tadi pergi ke sini juga naik taksi, tapi aku baik-baik aja kan?" Sakura pun berdiri dan mengambil secangkir teh manis yang tersedia di meja sebelah kiri. Temannya yang bernama Azis itu pun berhenti melangkah. Dan langsung membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Sakura.
"Benar juga katamu!" jawabnya. Dengan mengarahkan jari telunjuknya ke kepala. Seolah dia sangat membenarkan perkataan Sakura.
"Apa mungkin ada pihak lain yang bermain di balik ini semua?." Kata Azis dengan memainkan jari telunjuknya ke arah Sakura.
"Semuanya bisa jadi," jawab Sakura yang kembali duduk di kursinya. Sakura pun meminum teh manis yang ada di cangkirnya. Sambil matanya terus tertuju pada laptop yang masih terbuka di meja kerjanya.
"Belum ada titik terang." "Apakah serumit itu kasusnya?" tanyanya dalam hati.
"Sebelum sampai di rumah aku harus sudah ketemu jawabannya," kata Sakura dalam hati kecilnya.
"Hei.....!" Azis yang merasa dicuekin itu pun melempar karton ke muka Sakura.
"Aduh!" Sakura yang sedari tadi sibuk dengan fikirannya sendiri itu pun terkejut, mendapatkan karton yang melayang tepat mengenai wajahnya.
"Kamu ini kenapa?" tanya Sakura dengan mata melotot.
"Kamu tidak dengar aku tadi bicara apa?" balas Azis dengan suara yang sedikit meninggi.
"Memang tadi kamu bicara apa?" Sakura pun balik bertanya.
"Aku.....tidak bicara apa-apa!" jawab Azis dengan tertawa terbahak-bahak.
"Awas kamu Azis...!!!! teriak Sakura yang melihat Azis terbahak-bahak.
Sakura pun langsung berdiri dan merapikan laptopnya.
"Sebaiknya aku pulang aja, pekerjaanku di sini kan sudah selesai," kata Sakura kepada Azis yang masih terus melihat ke arahnya. Azis hanya tersenyum mendengar ucapan Sakura. Dan membiarkan Sakura berlalu dari hadapannya.
Sakura bergegas keluar dari kantornya dan menuju lift untuk turun ke lantai dasar. Sesampainya di pintu lift, liftnya belum juga sampai ke lantai 21. Sakura pun menelephon taksi agar menjemputnya di gedung penyiaran. Tidak berapa lama pintu lift pun terbuka dan Sakura langsung masuk ke dalamnya, lalu menekan tombol ke lantai dasar. Dalam beberapa menit lift sudah sampai di lantai 1. Sakura keluar dari lift dan berjalan keluar dari gedung penyiaran menuju halte bis.
Taksi yang tadi ditelephonnya akhirnya datang juga. Tanpa menoleh ke kiri dan ke kanan. Sakura langsung masuk ke dalam taksi.
"Mau diantar kemana?" tanya sang supir taksi sambil melihat ke arah Sakura melalui kaca spionnya.
"Antar saya ke rumah di jalan kencana ungu," jawab Sakura tanpa menoleh.
Perlahan-lahan taksi pun meninggalkan helte bis dan berjalan menuju ke jalan kencana ungu.
"Maaf pak! Kenapa udara AC taksinya tidak sedap yah?" tanya Sakura sambil menutup hidungnya dengan sapu tangan.
"O.....tadi ada yang bawa ikan basah masuk ke dalam taksi, makanya taksi saya jadi bau seperti ini," si supir taksi berusaha menyakinkan Sakura dengan semua penjelasannya. Meskipun sebenarnya Sakura tidak mempercayai sepenuhnya penjelasan dari sang supir taksi, tapi ia berusaha menutupinya.
"Matikan aja AC nya, pak," pinta Sakura kepada supir taksi sambil membuka jendela taksi. Tanpa menoleh ke arah Sakura, sang supir taksi pun segera mematikan AC taksinya.
Taksi yang ditumpangi Sakura pun terus meluncur dengan kecepatan sedang. Kurang lebih 30 menit perjalanan, Sakura akhirnya sampai di depan rumahnya. Dengan memegangi sapu tangan yang menutupi hidungnya, Sakura pun membayar argo taksi yang diberitahu sang supir taksi. Setelah menerima pembayaran dari Sakura. Taksi itu pun memutar arah balik. Dan meninggalkan Sakura yang masih berdiri di depan gerbang rumahnya.
######################################
"Halo.....!!!! kamu dimana, dek?" tanya Peony kepada Allamanda yang baru saja terbangun dari tidurnya.
"Aku masih di kamar," jawab Allamanda yang masih menahan rasa kantuknya.
"Kamu baru bangun, dek!" ini kan udah siang banget," lanjut Peony yang keheranan mendengar jawaban dari adiknya.
"Kakak dimana sekarang?" Allamanda yang sudah duduk di tepi ranjangnya balik bertanya kepada Peony.
"Aku masih di jalan, mau pulang tidak ada kendaraan, kamu bisa jemput kakak?" tanya Peony dengan penuh harap.
"Aku mau jemput, tapi pakai apa? Semua kendaraan sedang diservis," jelas Allamanda.
"Yah, sudahlah! Aku pulang pakai taksi aja, maaf yah mengganggu tidurmu," lanjut Peony mengakhiri telephonnya.
Peony yang sedang berada di atas trotoar itu pun langsung melihat ke sana ke sini. Berharap ada taksi yang lewat di hadapannya. Taksi yang dinanti kemunculannya, tiba-tiba melintas di depan Peony. Dengan cepat Peony pun memanggilnya dengan melambaikan tangan.
Supir taksi yang melihat lambaian tangan Peony segera mendekatinya. Setelah taksi berhenti dan membukakan pintu. Peony pun langsung masuk ke dalam taksi.
Betapa kagetnya Peony ketika ia hendak duduk di bangku belakang. Ternyata ia melihat ada sebuah tas dan dompet wanita yang tergeletak di atas bangku. Peony tidak menyentuh kedua benda tersebut. Tanpa diketahui oleh si supir taksi, ia langsung memotretnya dengan kamera jam tangan. Kemudian Peony dengan suara seperti orang terkejut, memberitahu sang supir taksi mengenai keberadaan tas dan dompet wanita di bangku belakang.
Peony mengira kalau sang supir taksi akan terkejut seperti dirinya. Ternyata sebaliknya, sang supir taksi justru menyuruhnya melempar tas dan dompet wanita tersebut ke balik sandaran bangku belakang. Dengan menggunakan selembar tisu Peony mengangkat kedua benda tersebut ke belakang bangkunya. Setelah itu Peony pun duduk dengan wajah sedikit kesal.
"Tolong...! antar saya ke jalan kencana ungu." Pinta Peony kepada sang supir taksi. Tanpa mengiyakan permintaan Peony, sang supir taksi pun langsung menjalankan taksinya menuju jalan yang dimaksud.
"Tolong....! cepat yah, pak, saya sudah terlambat nih!" Peony berusaha menyakinkan sang supir taksi dengan kepura-puraannya. Supir taksi pun mempercayai ucapan Peony dan menambah kecepatan taksinya. Taksi pun melaju dengan sangat cepat di jalanan. Hingga dalam sekejap saja sudah berhenti di depan gerbang rumah kakek Dato. Selesai membayar ongkos taksinya, Peony pun langsung berlari masuk ke dalam rumah.
Allamanda yang baru saja keluar dari dalam kamarnya, terkejut melihat Peony berlari ke ruang kerja kakek Dato. Ia pun bergegas menyusul Peony, juga diikuti oleh Sakura yang tiba-tiba melintas.
Camelia yang masih berada di dalam ruang kerja bersama kakeknya, terkejut melihat ketiga saudaranya masuk secara mendadak.
"Kak tolong lihat foto ini!" Peony langsung memberikan jam tangannya kepada Camelia. Dengan wajah keheranan Camelia pun mengambil jam tangan Peony, lalu membuka galeri foto yang tersimpan di dalamnya.
"Foto apa ini?" Camelia bertambah bingung dengan melihat foto yang muncul. Hanya ada gambar tas dan dompet wanita.
"Apa maksud kamu, dek?" tanya Camelia kepada Peony yang duduk di sebelahnya.
"Bukankah itu warna kulit jok taksi?" tunjuk Sakura ke arah gambar yang muncul di laptop Camelia.
"Coba kakak buka ini!" Allamanda yang sedari tadi diam, tiba-tiba memberikan ponsel dan bros bajunya kepada Camelia. Betapa terkejutnya Sakura saat melihat gambar yang muncul dari ponsel Allamanda.
"Kain baju siapa yang terjepit di bagasi taksi?" tanya Sakura kepada ketiga adiknya. Juga rekaman keadaan taksi yang berhasil diambil oleh Allamanda.
"Apakah ini semua adalah titik terang dari kasus yang sedang dihadapi oleh pihak kepolisian?" Sakura mempertanyakan keterkaitan semua gambar dan rekaman yang dimiliki oleh adiknya. Lalu, dia pun menceritakan kejadian yang di alaminya bersama Candy tadi pagi di dalam taksi.
"Semuanya sudah jelas, ada kejahatan yang terjadi di dalam taksi," kakek Dato mengomentari beberapa data yang didapat oleh ketiga cucunya. Lalu, "Candy apa yang telah ditemukannya?" Tanya kakek Dato sambil memandangi keempat cucunya. "Dimana Candy?" suara kakek Dato meninggi. "Dia masih di sekolah, kek," jawab Sakura menenangkan kakeknya.
"Bagaimana langkah kita selanjutnya?" tanya Camelia. Belum lagi ketiga saudaranya menjawab. Camelia langsung mengeluarkan pendapatnya. "Menurutku semua data ini sudah cukup bagi kita untuk memulai penyelidikan."
"Kakek setuju," tiba-tiba kakek Dato menyetujui ucapan Camelia. Diiringi dengan anggukan keempat cucunya.
"Kita tunggu Candy datang," kata Sakura menambahi.
Sudah dua jam kakek Dato dan yang lainnya menunggu kepulangan Candy. Tapi, Candy tidak juga kunjung pulang. Padahal jam mengajar harusnya sudah selesai sejak tadi.
Kakek Dato pun keluar dari ruang kerjanya, dia melihat keluar jendela. Tidak ada tanda-tanda Candy pulang. Kakek Dato pun masuk kembali ke ruang kerjanya. Dan meminta Sakura dan yang lainnya untuk menjemput Candy di sekolah.
"Bukannya mobil kita sedang diservis, kek?" Sakura mengingatkan kakek Dato. Beliau hanya tersenyum dan berjalan mendekati laci mejanya. Diambilnya kunci mobil, lalu menyerahkannya kepada Sakura.
"Tadi orang bengkel mengantarnya kesini, kata mereka mobil sudah siap diservis," jelas sang kakek.
"Kalau begitu kita pergi ke sekolah Candy sekarang!" ajak Sakura pada ketiga adiknya. Tanpa banyak bicara ketiga adik Sakura pun mematuhi ucapan kakaknya. Setelah berpamitan kepada kakek Dato, akhirnya mereka pun berangkat ke sekolah Candy.
Dengan penuh semangat Sakura langsung menghidupkan mobil yang terparkir di halaman belakang rumah. Camelia duduk di sebelah Sakura. Sedangkan Peony dan Allamanda duduk di bangku belakang.
Perlahan mobil mulai berjalan keluar dari rumah mereka. Tinggallah kakek Dato yang berdiri di pintu depan dengan melambaikan tangan ke arah Sakura, Camelia, Peony dan Allamanda.
##########################################
Dengan cepat Sakura mengemudikan mobilnya menuju ke sekolah Candy. Tidak ada pembicaraan apapun di antara mereka. Camelia, Peony dan Allamanda hanya terdiam dan sibuk dengan fikiran masing-masing. Begitu juga dengan Sakura hanya fokus melihat ke arah depan. Mobil pun terus melaju dengan cepat. Tidak terasa mereka sudah berada di jalan depan sekolah Candy.
"Lihat.....!!!" tunjuk Allamanda ke arah sebuah taksi yang terparkir di depan gerbang sekolah.
"Itu kan Candy!" telunjuk Camelia mengarah kepada Candy yang langsung masuk ke dalam taksi.
"Aku segera mengaktifkan sinyal Candy, agar kita dapat mengikutinya." Kata Camelia yang langsung membuka laptopnya untuk mendeteksi keberadaan adiknya.
"Coba lihat!!! Peony memperlihatkan pesan SMS yang dikirim Candy melalui ponselnya.
"Bacalah yang kuat, supaya kakak juga dengar," pinta Sakura.
Peony pun membacakan isi pesan yang dikirim Candy lewat ponselnya. "Sekarang ini aku sedang berada di dalam taksi. Aku coba cari tahu tentang siapa mereka. Dan apa motif mereka melakukan ini. Mudah-mudahan aku bisa membongkar semuanya. Karena aku yakin taksi ini menyimpan suatu kejahatan yang terselubung. Kalian bersiaplah! Ikuti aku dan kita bertemu di tempat yang sama."
"Ok, kita bergerak sekarang," Sakura langsung memutar balik mobilnya dan mengikuti taksi yang membawa Candy.
"Perhatikan ini!" seru Camelia. Sepertinya Candy mengaktifkan kamera pena yang menempel di saku kemejanya," kata Camelia sambil memperlihatkan live video yang disambungkan oleh Candy. Terekamlah semua gambar yang ada di dalam taksi.
Mobil yang dikendarai Sakura terus meluncur beberapa meter di belakang taksi yang membawa Candy. Mereka terus mengikuti Candy. Jalan kencana ungu sudah lewat. Tapi, tidak ada tanda-tanda taksi akan berhenti. "Taksi itu sudah keluar dari rute yang semestinya," tutur Sakura,
"Pelan kak! Sepertinya taksi itu mau berhenti," seru Peony kepada Sakura yang tengah asyik menyetir. Sakura pun melambatkan laju mobilnya.
Ternyata benar, taksi itu berhenti di sebuah pondok kecil. Kemudian dua orang pemuda keluar dari dalam pondok. Dan keduanya langsung masuk ke dalam taksi. Satu pemuda duduk di bangku depan dan yang satunya lagi duduk bersama Candy di bangku belakang.
"Kita habisi nih cewek di pangkalan."
"Sama kayak yang lain."
"Hari ini giliran si bujang tuh yang beraksi," kata pemuda yang duduk di bangku depan. Candy berpura-pura menundukkan kepalanya. Seakan-akan dia tidak mendengarkan pembicaraan mereka.
"Ambil kain tuh, sekap mulutnya dan tutup matanya!" kata supir taksi kepada rekannya.
Potongan kain pun diambil oleh pemuda yang duduk di sebelah supir taksi. Kemudian kain itu diberikan kepada pemuda yang duduk di sebelah Candy. Sedikit pun Candy tidak melakukan perlawanan. Dia ingin misinya berhasil. Dibiarkannya pemuda itu mengikatkan kain ke mulut dan matanya.
Sakura dan ketiga saudaranya yang melihat melalui live video, merasa geram atas perlakuan yang diterima Candy. Mereka sudah tidak sabar ingin menghabisi para penjahat itu. Tapi, mereka tetap berusaha menahan diri. Sebab, Candy dalam misi penyamaran.
Taksi masih terus berjalan. Dan mobil Sakura pun masih terus membuntuti di belakangnya. Sudah hampir satu jam Sakura dan yang lainnya berada di dalam mobil. Tapi, belum ada tanda-tanda taksi yang mereka ikuti akan berhenti. Tiba di sebuah pertigaan Sakura terkejut, saat dia melihat kaca spion di sebelah kanan. Sakura melihat ada empat taksi di belakang mobil mereka.
"Kita terkepung...!!!" teriak Sakura hingga membuat ketiga adiknya membelalakkan matanya. Ketiganya pun melihat ke arah belakang mobil. Ternyata benar saja, ada empat taksi di belakang mobil mereka.
"Persiapkan diri kalian!" kata Sakura dengan nada tegas.
Matahari sudah mulai tenggelam, jalanan pun mulai sepi dari para pengendara. Hanya ada iring-iringan mobil mereka dan lima taksi.
"Sepertinya jalan ini menuju ke hutan," kata Sakura. Camelia, Peony dan Allamanda hanya terdiam. Ketiganya mengamati keadaan di luar mobil. Sepi, tidak ada bangunan di sepanjang jalan, yang ada hanya barisan pohon-pohon besar.
Tiba-tiba, taksi yang mereka ikuti berhenti. Memang benar mereka telah digiring oleh para supir taksi itu masuk ke dalam hutan.
"Minumlah ini!" Camelia memberikan minuman kelopak tertutup. Sakura, Peony dan Allamanda langsung meminumnya seteguk.
"Hentikan mobilnya! Lalu kita semua keluar," saran Camelia. Sakura bergegas mengerem mobilnya dan dengan cepat mereka berempat keluar dari dalam mobil.
"Bagaimana dengan Candy?" tanya Peony.
"Pada Saatnya dia akan lepas sendiri," jawab Camelia.
"Para supir taksi itu pasti akan memeriksa mobil kita," jelas Camelia.
Empat bersaudara itu pun segera menjauh dari mobil mereka. Ternyata benar yang dikatakan Camelia, para supir taksi itu langsung membuka paksa mobil mereka. Sakura dan ketiga adiknya tidak menghiraukannya. Mereka terus berjalan berkeliling di sekitar hutan. Hasilnya tidak mengecewakan, mereka menemukan banyak taksi terpakir di hutan sebelah kanan.
"Dimana persembunyian mereka?" tanya Allamanda. Ketiga saudaranya hanya menggelengkan kepala.
"Itu bangunan apa?" tanya Camelia seraya menunjuk ke sebuah bangunan besar seperti rumah.
"Ayo...!!! kita periksa rumah itu," ajak Sakura pada ketiga adiknya. Dengan cepat mereka berjalan ke rumah tersebut. Lalu masuk ke dalamnya, tanpa diketahui oleh para supir taksi yang sedang berkumpul.
"Ternyata di sini persembunyian mereka," bisik Peony pada Sakura yang berjalan di sebelahnya.
"Lihat itu! Tunjuk Camelia ke arah tujuh orang gadis yang telah terbujur kaku menjadi mayat.
Mereka berempat langsung menutup mulut dan hidung. Mereka tidak tahan mencium bau busuk dari tujuh mayat yang tergeletak di hadapan mereka. Meskipun tidak kuat dengan bau busuknya, tapi perlahan-lahan mereka tetap mendekati ketujuh mayat tersebut.
Namun, tiba-tiba dari arah depan terdengar suara lelaki yang berteriak-teriak.
"Cepat....! beritahu bos, sepertinya wilayah kita telah dimasuki penyusup." Dia berteriak sambil membawa Candy yang diseret-seret masuk ke dalam rumah bersama dengan ketiga temannya.
"Ini bos mangsa kita berikutnya," kata salah satu dari ketiga supir taksi itu.
Dengan kasarnya dia mendorong tubuh Candy ke hadapan lelaki yang duduk di kursi goyang sambil menghisap rokok. Lelaki yang dipanggil bos itu pun langsung bangun dari tempat duduknya. Dia merunduk, lalu menarik rambut Candy dan mendengakkan kepalanya.
"Cantik juga nih cewek."
"Gimana bawaannya udah kalian kuras?"
"Udah bos."
"Dia santapan kita yang ke delapan." Lelaki yang dipanggil bos itu menarik tubuh Candy dan memaksanya berdiri menghadap ke anak buahnya.
"Kalian semua memang anak buah yang patut dibanggakan," katanya sambil menghembuskan asap rokoknya ke wajah Candy.
"Kalian semua taukan, kalau kepolisian tidak akan bisa menemukan jejak kita. Dengan begitu kita akan bisa mendapatkan lebih banyak lagi gadis di kota ini."
"Ha.....ha.....ha.....!!!!" lelaki itu terbahak-bahak, diikuti semua supir taksi yang juga tertawa terbahak-bahak.
"Tapi.....bos, markas kita telah kedatangan penyusup."
"Stop...!!!!" teriaknya.
"Apa....penyusup? dimana penyusup itu?"
"Kami sudah mencari kemana-mana, tapi mereka tidak terlihat." Jelas anak buahnya.
"Tidak akan aku biarkan mereka lolos dari tempat ini!"
"Tetap berjaga! Temukan mereka!
Sakura dan ketiga adiknya mendengarkan semua yang mereka bicarakan. Tapi, mereka tidak mempedulikannya. Mereka masih berdiri di dekat tujuh mayat para gadis. Dan tidak satupun supir taksi yang mengetahui keberadaan mereka.
Melihat keadaan yang semakin menegangkan. Camelia dengan cepat duduk menunduk menghadap ke salah satu mayat. Dengan cermat dia mengamati sekujur tubuh sang gadis yang telah menjadi mayat. Pada akhirnya ia pun mendapat kesimpulan sementara. Bahwa para gadis itu meninggal bukan karena mereka diperkosa atau dibunuh. Tapi, karena kehabisan darah.
Camelia pun dengan sangat teliti memeriksa mayat-mayat itu. Ada dua tanda hitam pada urat nadi tangan para gadis. "Sepertinya mereka disuntik," kata Camelia kepada Sakura dengan sangat pelan. Baru saja Camelia hendak berdiri, tiba-tiba bos taksi berteriak kepada anak buahnya.
"Cepat ambilkan jarum suntik untukku!"
"Aku ingin segera meminum darah segar gadis belia ini," ucapnya dengan suara sangat keras.
Dengan cepat anak buahnya memberikan jarum suntik kepada bosnya. Lelaki yang dipanggil bos itu pun telah siap menusukkan jarum suntik ke tangan Candy. Tapi, dengan cepat Candy langsung menangkis dan memberikan pukulan telak di dada lelaki tersebut.
Sakura yang melihat aksi Candy langsung berputar. Tampakkan wujud kita sekarang juga. Tim Five Power Flowers siap beraksi. Melihat Sakura berputar. Camelia, Peony dan Allamanda pun langsung berputar.
Betapa sangat terkejutnya para supir taksi yang melihat Five Power Flowers sudah berada di tengah-tengah mereka. Candy yang melihat kemunculan keempat saudaranya, dengan cepat melompat bergabung dalam Five Power Flowers.
"Kurang ajar!"
"Rupanya kalianlah penyusup itu!"
"Bersiaplah jadi korban berikutnya!"
"Hari ini aku sangat beruntung, kehadiran lima orang cewek."
"Aku Gazini menyukai darah para gadis."
"Cepat.....!!!!! tangkap mereka semua."
"Biar aku minum darahnya dan aku bertambah kuat."
"Ha.....ha.....ha.....!" dengan terbahak-bahak Gazini memukul-mukul dadanya, memperlihatkan kalau dirinya sangat kuat.
Mendengar perintah dari bos Gazini, anak buahnya pun langsung menyerang Sakura dan yang lainnya. Dengan sigap Sakura dan keempat adiknya berkelit dan membalas serangan mereka. Pertarungan pun berlangsung dengan sengit.
Kedua belah pihak saling memukul, menendang dan berusaha menjatuhkan lawannya. Tapi Five Power Flowers selalu tenang menghadapi setiap lawannya. Jurus yang mereka keluarkan pun sangat lentur, tapi dapat mematikan lawannya.
Sakura yang merasa serangan dari pihak lawan semakin bertubi-tubi. Dan posisi mereka yang terjepit. Segera mundur dan keluar dari rumah itu. Diikuti oleh Camelia, Peony, Allamanda dan Candy. Melihat hal itu Gazini dan anak buahnya dengan cepat mengejar. Mereka kira Sakura dan yang lainnya akan kabur. Tapi, ternyata mereka dibuat sangat terkejut. Saat melihat aksi Sakura dan keempat saudaranya.
Dengan menggunakan kekuatan lima Bunga. Tim Five Power Flowers siap menumpas semua tindak kejahatan. Mereka pun membentuk formasi bunga.
"Kalian siap!" teriak Sakura.
"Kami FPF Five Power Flowers!"
"Siap!!!"
"Beraksi!"
"Berubahlah!"
Mereka berlima pun berputar. Meliuk-liukkan tubuh mereka dengan sangat lentur. Melompat dan melayang di udara dengan sangat ringan. Laksana bunga yang bermekaran. Memancarkan sinar berwarna-warni dari tubuh mereka. Juga menebarkan aroma harum bunga. Lima jenis bunga berhamburan tertiup angin malam.
Dalam seketika pakaian yang mereka kenakan berubah menjadi warna warni bunga. Wajah mereka pun tertutup oleh topeng yang berwarna senada.
"The Beauty Sakura" (si cantik Sakura)
"The Quiet Camelia" (si pendiam Camelia)
"The White Peony" (si putih Peony)
"The Friendly Allamanda" (si ramah Allamanda)
"The Cute Candy" (si imut Candy)
Tanpa menunggu aba-aba dari Sakura, kelimanya pun langsung menyerang pihak lawan secara bersamaan. Gazini dan anak buahnya masih tidak percaya dengan lawan yang ada dihadapannya. Tapi, akhirnya Gazini pun membalas serangan tim FPF dengan sangat beringas.
Gazini dan anak buahnya menggunakan senjata jarum suntik yang mengandung racun mematikan. Mereka terus mengarahkan tusukan jarum suntik kepada Sakura dan yang lainnya. Tapi, Sakura menahan serangan tersebut dengan senjata lembaran daun hijau. Daun-daun itu dilempar dan diarahkan ke dada lawan. Hingga pihak lawan yang dadanya tertempel selembar daun hijau, akan mati dalam seketika.
Gazini yang melihat anak buahnya satu persatu mati tertempel daun hijau. Merasa kesal dan sangat marah. Dia pun menyuruh anak buahnya untuk mundur ke belakang.
"Kalian semua mundur.....!!!! teriak Gazini dengan sangat kuat.
Kali ini dia benar-benar marah besar. Tubuh besarnya terlihat bergetar dan matanya pun berubah merah menyala. Dia hentakkan kakinya ke tanah hutan dengan sangat kuat. Hingga beberapa pohon besar yang ada di sekitarnya tumbang.
Tim Five Power Flowers yang melihat perubahan Gazini yang luar biasa, tidak tinggal diam. Mereka dengan sangat sigap menunggu serangan Gazini. Benar saja, dengan sangat cepat Gazini berlari ke arah tim FPF. Kemudian dia menyemburkan cairan berwarna merah dari mulutnya. Cairan merah itu kental seperti darah.
Kesigapan tim FPF pun sungguh luar biasa, mereka berhasil melompat menghindari semburan Gazini. Semburan itu bukan semburan biasa. Semburan darah yang keluar dari mulut Gazini telah membakar sebagian pepohonan di hutan. Tidak hanya sekali Gazini mengeluarkan semburan kepada tim FPF, tapi berulang dan terus berulang, menyembur kemana tim FPF berpijak.
Five Power Flowers dengan seluruh kekuatannya bisa menghindari semua semburan darah Gazini. Kemarahan Gazini semakin memuncak kepada tim FPF, karena sedikit pun mereka tidak terkena semburan. Setelah menghindari beberapa kali semburan Gazini, akhirnya tim Five Power Flowers mengeluarkan salah satu jurus andalan mereka.
"Five Power Flowers, pukulan putik beruntun!!!!! Teriak Sakura.
Tim FPF pun menyerang tanpa ampun dengan menggunakan pukulan putik beruntun. Kelimanya memukul telak langsung ke dada Gazini. Hingga mengakibatkan Gazini jatuh telentang ke tanah.
Sakura dan keempat saudaranya masih berdiri tegak, bersiap melempar jurus andalan mereka yang lainnya.
"Siap.....!!!!! keluarkan lilitan benang sari dan gantung mereka di atas pohon! Perintah Sakura kepada keempat saudaranya.
Tim FPF pun mengeluarkan lilitan benang sari dan mengarahkannya kepada anak buah Gazini. Melihat bos mereka telah tumbang dan mengetahui kalau tim FPF siap menyerang mereka. Anak buah Gazini pun dengan cepat berbalik arah untuk melarikan diri. Tapi, mereka terlambat. Dengan sangat cepat lilitan benang sari menjalar dan melilit tubuh mereka. Hingga mereka tidak dapat bergerak dan tergantung di atas pohon.
Sakura dan yang lainnya menarik nafas lega, karena misi mereka dapat terselesaikan. Tapi, tarikan nafas mereka seakan berhenti, saat melihat Gazini bangkit kembali. Dia terlihat seperti sediakala, seakan-akan pukulan putik beruntun hanya mengenai batu besar dan bukan Gazini. Gazini yang melihat tim FPF yang terkejut karena dirinya bangkit kembali. Segera menyerang Sakura dan yang lainnya dengan lemparan ratusan jarum suntik beracun.
Five Power Flowers segera mengatur formasi. Mereka pun secara bersamaan mengeluarkan jurus putaran lima bunga terindah dengan sangat kuat. Seakan-akan ada putaran angin di dalam hutan. Putaran lima bunga mengeluarkan aroma harum bunga. Mereka berlima terus berputar-putar hingga semua jarum suntik beracun Gazini berbalik arah dan menikam pemiliknya.
"Keluarkan lilitan benang sari dan gantung Gazini di atas pohon!" Perintah Sakura kepada keempat saudaranya. Dengan sangat cepat lilitan benang sari menjalar dan melilit tubuh Gazini. Hingga dia tidak dapat bergerak dan tergantung di atas pohon. Gazini pun mati tergantung di atas pohon dengan lilitan benang sari.
Melihat Gazini telah tewas, Five Power Flowers pun berubah seperti semula. Semuanya sudah diselesaikan dengan baik. Mulai besok pagi, tidak ada lagi supir taksi yang mengganggu keamanan kota mereka tercinta. .
"Malam ini kita bawa kendaraan masing-masing," kata Sakura.
"Maksudnya apa kak?" tanya Candy.
"Dengarkan! Masing-masing dari kalian bawa satu taksi dan satu mayat gadis dalam bagasi. Lalu kalian serahkan ke kantor polisi. Tapi, tanpa diketahui oleh pihak kepolisian." Jelas Sakura kepada keempat adiknya.
"Dan kakak bawa mobil kita dan tiga mayat gadis di dalamnya. Dan jangan lupa sesampainya kalian di kantor polisi, minumlah cairan kelopak tertutup seteguk. Agar tidak ada yang bisa melihat kalian."
Mereka pun sepakat dengan yang dikatakan Sakura. Tanpa membuang waktu, mereka segera mengangkat tujuh mayat gadis ke dalam taksi masing-masing. Setelah selesai mereka pun segera meninggalkan hutan.
Satu persatu kendaraan keluar dari dalam hutan. Sakura dan keempat adiknya menyusuri jalanan di tengah malam secara beriringan. Setelah hampir setengah jam perjalanan, akhirnya mereka tiba di kantor polisi.
Mereka pun memarkirkan keempat taksi yang berisi mayat di tempat parkir, kecuali mobil Sakura yang menunggu di luar. Sedangkan tiga mayat yang ada di dalam mobilnya, telah dititipkan kepada Camelia. Akhirnya misi dan tugas mereka pun telah selesai dengan sangat baik. Dan mereka berlima pulang ke rumah kakek Dato dengan penuh sukacita.
Sampai di rumah, kakek Dato menyambut kepulangan kelima cucunya dengan pelukan hangat. Karena, malam semakin larut mereka pun memutuskan untuk langsung beristirahat.