Chereads / Five Power Flowers / Chapter 3 - Part 3 : Pisau Suster Xenia

Chapter 3 - Part 3 : Pisau Suster Xenia

Pagi-pagi sekali Candytuft sudah berpakaian rapi. Ia mengenakan stelan kemeja krem dan rok berwarna coklat. Sangat serasi dengan sepatu fantofel berwarna senada. Ia juga menata rambutnya dengan rapi yang dihiasi dengan jepit rambut kecil bermotif bunga. Candy terlihat sangat cantik dan anggun.

Di luar dari kebiasaannya. Pagi itu ia terlihat tidak berselera menyantap sarapannya. "Aku makan sedikit aja kak," tutur Candy sambil memandang ke semua kakaknya. Dia pun hanya mengambil sepotong roti yang tersedia di atas meja dan langsung memakannya. Dengan terburu-buru ia meneguk setengah gelas susu putih yang ada di hadapannya. "Maaf kalau aku duluan," ucap Candy sambil berdiri. Ia bergegas melangkah meninggalkan meja makan. Tidak dipedulikannya keempat kakaknya yang menatapnya dengan terheran-heran.

"Tidak biasanya Candy bertingkah seperti itu," bisik Peony kepada Camelia.

"Mungkin dia lagi ada urusan penting," jawab Camelia.

"Biar pun begitu, hargai donk kita semua yang duduk di sini," sahut Allamanda.

"Sudahlah tidak usah ribut!" Sakura berusaha menenangkan keadaan.

Candy kembali masuk ke dalam kamarnya. Ada sesuatu yang tertinggal. Beberapa menit kemudian, dia keluar lagi sambil membawa tas ransel di punggungnya.

"Aku berangkat dulu yah, kak." Dengan tersenyum Candy melambaikan tangan kepada semua kakaknya.

"Hati-hati di jalan, dek!" pesan Sakura kepada adik bungsunya.

"Jangan lupa pamit sama kakek!" lanjut Sakura mengingatkan Candy.

"Ok," sahut Candy. Mendengar pesan dari Sakura, Candy pun memutar balik langkahnya. Ia berjalan menuju kamar sang kakek.

"Aku pergi dulu kek," Candy lantas mencium tangan kakeknya yang sudah berdiri di depan pintu kamar. Kakek Dato tidak berkomentar apapun, ia hanya diam dan menganggukkan kepala saja.

Selesai berpamitan pada kakeknya, ia pun melangkah ke garasi. Dari jendela kakek Dato memandangi Candy yang pergi dengan mengendarai sepeda motor. Candy bersama motornya sudah tidak terlihat lagi.

Kemudian Kakek Dato menghampiri keempat cucunya di ruang makan. Beliau pun sarapan pagi ditemani dengan keempat cucunya. Dengan suasana penuh keakraban dan kekeluargaan. Mereka terlihat asyik menyantap semua menu yang terhidang di atas meja. Dan kakek Dato pun membuka pembicaraan di antara mereka.

"Kalian tidak pergi?!" tanya kakek Dato.

"Nanti kek," Sakura dengan cepat menjawab.

"Setelah ini kamu ke ruang kerja kakek yah," pesan kakek Dato pada Camelia yang tengah menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.

"Baik kek," jawab Camelia singkat.

"O ya kek, aku akan ada siaran siang ini,"

"Tolong kakek pantau terus beritanya!" pinta Sakura kepada kakek Dato.

"Baiklah, nanti kakek dan Camelia pantau terus semua pemberitaan hari ini." Kata kakek Dato.

Sarapan pagi telah selesai. Satu persatu meninggalkan meja makan. Dan beralih ke ruangan lainnya. Mereka pun melanjutkan aktivitasnya yang belum selesai.

Sedangkan Camelia dengan santainya, ia melangkah ke ruang kerja kakek Dato. Dan pelan-pelan mengetuk pintunya yang tertutup rapat.

"Tok.....tok...tok....!"

"Masuklah!"

Setelah dipersilahkan masuk, Camelia pun membuka pintu ruang kerja kakeknya.

"Kemarilah, mendekat!"

"Coba kamu periksa berita terupdate di situsmu!" kata kakek Dato kepada Camelia yang masih berdiri di depan meja kakeknya.

"Baik kek," jawab Camelia yang langsung duduk dan membuka laptopnya.

"Sedang ada gangguan jaringan internet, kek."

"Jadi masih loading terus, belum bisa diakses."

"Tunggu sebentar lagi," jelas Camelia kepada kakeknya

Camelia pun berdiri dan keluar dari ruang kerja kakeknya. Tidak berapa lama ia sudah kembali dengan membawa dua gelas susu. Satu gelas susu diletakkan di atas meja kakeknya.

"Diminum susunya kek," kata Camelia.

Kakek Dato hanya tersenyum mendengar ucapan cucu keduanya itu. Lalu beliau pun meminum susu buatan Camelia. Begitu juga Camelia yang meminum susu hangat buatannya.

#####################################

Di ruangan lain Sakura, Peony dan Allamanda tengah bersiap-siap akan berangakat. Ketiganya berencana pergi. dikarenakan ada pekerjaan yang harus mereka selesaikan di luar sana.

"Cepat dek, kakak ada siaran nih!" Kata Sakura yang telah rapi terlebih dulu.

"Kakak tunggu kami di mobil aja," sahut Allamanda.

"Nanti kami menyusul," lanjut Peony.

Mendengar ucapan kedua adiknya, Sakura pun bergegas masuk ke dalam mobil. Dan tidak berapa lama Peony dan Allamanda pun menyusul Sakura masuk ke dalam mobil.

Pagi itu Sakura yang mengemudikan mobilnya. Sedangkan Peony duduk manis di sebelah kakaknya. Dan Allamanda duduk di bangku belakang.

"Kamu mau diantar kemana?" tanya Sakura kepada Peony yang duduk di sebelahnya.

"Antar aku ke Balai Perkasa, kak."

"Siang ini aku ada kelas modeling buat anak usia 12 tahun." Jelas Peony kepada kakaknya.

"Kalau aku ke sanggar tari, kak," sahut Allamanda dari bangku belakang.

"Kamu mau mengajar tari atau menyanyi?" tanya Peony.

"Aku diminta mengajar tari anak-anak SD," jelas Allamanda.

Mobil yang dikendarai oleh Sakura terus meluncur. Melewati bangunan-bangunan yang tertata rapi di pinggir jalan. Tetapi, Peony dan Allamanda tidak menikmati pemandangan di luar jendela mobil. Mereka berdua asyik bercerita dengan diselingi candaan. Hingga terdengar suara tawa mereka yang terbahak-bahak.

Tiba-tiba saja, tawa mereka bertiga terhenti. Saat melihat beberapa orang yang mendadak menyebrang di hadapan mereka.

"Awasssssssssss!!!!" teriak Peony.

Dengan cepat Sakura menginjak pedal rem mobilnya yang sedang melaju kencang. Mobil pun berhenti mendadak. Terlihat wajah Sakura yang tegang. Dia sangat terkejut. Begitu pun Peony yang langsung mengusap dada, untuk menghilangkan rasa kagetnya. Sedangkan Allamanda bingung, dia tidak mengetahui yang sedang terjadi.

"Ada apa, kak?" tanya Allamanda yang duduk di bangku belakang.

"Lihatlah!!!" kata Sakura sambil menunjuk ke arah beberapa wanita dengan pakaian serba putih menyebrang tepat di depan mobil mereka.

"Karena mereka sembarangan menyebrang, aku hampir menabrak," gerutu Sakura.

"Bukankah itu para suster di rumah sakit?" tanya Allamanda kepada kedua kakaknya.

"Sepertinya begitu," jawab Sakura.

"Seharusnya mereka bertugas di rumah sakit, merawat orang sakit." Peony menimpali.

"Kenapa justru mereka beriringan seperti itu di jalanan?" tanya Allamanda.

"Ada apa yah?!" tanya Sakura dengan wajah penasaran.

"Tapi, sudahlah, bukan urusan kita!"

"Yang penting kita selamat dan mereka pun selamat!" kata Sakura.

Mesin mobil telah dihidupkan dan perlahan-lahan mobil itu pun kembali berjalan. Dan mereka melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan awal.

#####################################

Di tempat yang berbeda. Tepatnya di sebuah sekolah swasta terlihat Candy yang tengah sibuk merapikan ruang kelasnya. Hari itu Candy datang lebih awal. Dikarenakan harus membersihkan ruang kelasnya yang akan digunakan untuk pemeriksaan golongan darah para siswa.

Dengan penuh semangat Candy terus merapikan sudut-sudut ruang kelasnya. Hampir sekitar satu jam Candy berkutat dengan debu-debu kelas. Tapi, sedikitpun dia tidak mengeluh.

Pukul 08.00 wib ruang kelas Candy sudah rapi dan bersih. Dan para siswa pun telah berbaris di halaman sekolah. Mereka semua siap untuk masuk ke dalam kelas.

"Teng....teng.....teng.....!" Bel sekolah sudah berbunyi. Pertanda seluruh siswa harus masuk ke dalam kelas.

Satu persatu siswa Candy masuk ke dalam kelas. Mereka duduk dengan tertib di bangku masing-masing.

"Selamat pagi, bu!" sapa mereka kepada Candy yang berdiri di depan kelas.

"Pagi anak-anak," jawab Candy dengan senyum.

"Bagaimana keadaan kalian pagi ini?" tanya Candy kepada para siswanya.

"Kami baik, bu," jawab para siswa.

"Kalau begitu kalian siap untuk di cek golongan darahnya," lanjut Candy.

"Tapi, sa....ya takut bu," salah satu siswa menjawab dengan suara bergetar.

"Jangan takut! Tidak sakit kok," kata Candy berusaha menenangkan siswanya.

Tiba-tiba, Bapak Kepala Sekolah dan beberapa orang suster telah berdiri di depan pintu kelas.

"Selamat pagi, bu!" sapa Bapak Kepala Sekolah kepada Candy.

"Pagi, pak!"

"Silahkan masuk!" kata Candy.

Bapak Kepala Sekolah dan beberapa orang suster memasuki ruang kelas. Mereka duduk di kursi yang telah disediakan oleh Candy. Setelah itu Bapak Kepala Sekolah memberikan nasehat kepada anak-anak, agar mereka tetap tenang. Dan pelaksanaan pemeriksaan golongan darah dapat berjalan dengan lancar.

Selesai kepala sekolah memberi nasehat. Kemudian, dilanjutkan dengan pemeriksaan golongan darah para siswa. Dan para suster pun telah siap dengan alat pengecek golongan darah yang mereka miliki.

Satu persatu nama siswa dipanggil. Lalu, mereka pun maju ke depan. Terlihat wajah para siswa sangat tegang. Mereka ketakutan karena melihat alat pengecek golongan darah. Bahkan diantara mereka ada juga yang menangis. Candy dengan penuh kesabaran berusaha menenangkan anak didiknya.

Pemeriksaan golongan darah pun akhirnya selesai. Berdasarkan dari hasil tes. Sekitar 10 orang siswa memiliki golongan darah O. Lima siswa lainnya bergolongan darah B dan sepuluh sisanya memiliki golongan darah A. Menurut para suster, pengecekan golongan darah untuk para siswa, dimaksudkan agar lebih memudahkan menyiapkan kantong-kantong darah. Jika mereka membutuhkan transfusi darah. Para suster itu juga berkeliling mengecek golongan darah di kelas lainnya. Kurang lebih 3 jam para suster itu melaksanakan tugasnya.

Tepat pukul 12.00 wib semuanya selesai. Candy pun bersiap untuk pulang ke rumah. Setelah mengunci pintu kelasnya, Candy melangkah menuju ruang parkiran untuk mengambil motornya. Setibanya di parkiran ternyata ada dua orang suster yang tengah berbincang. Terlihat wajah keduanya sangat tegang, seperti ada sesuatu yang membuat mereka takut.

Perlahan Candy mendekati motornya. Dia pun menundukkan wajahnya, seolah-olah tidak ingin mendengarkan yang mereka bicarakan. Tapi, ada kecurigaan di hati Candy. Hingga membuatnya menekan tombol pena perekam suara yang ada di saku depan kemejanya.

Lama sekali Candy berdiri di dekat motornya. Dia berpura-pura memperbaiki mesin motornya. Agar dapat merekam percakapan kedua suster tersebut. Ternyata salah seorang suster curiga dengan keberadaan Candy di dekat mereka.

"Ibu guru, kenapa belum pulang?" tanya suster itu dengan memegang pundak Candy.

"O.....ya saya mau pulang, tapi sepertinya ada kerusakan pada motor saya." Jawab Candy dengan tersenyum.

"Kami duluan yah, bu," lanjut sang suster. Akhirnya kedua suster itu pun pergi dengan berboncengan motor.

Setelah kedua suster tersebut pergi. Candy pun segera menghidupkan mesin motornya. Candy melaju dengan cepat di jalanan beraspal. Dalam hati dia penasaran dengan percakapan kedua suster itu. "Aku harus cepat sampai di rumah," katanya dalam hati sambil terus menambah kecepatan laju motornya.

#####################################

Di sebuah gedung penyiaran nampak Sakura tengah bersiap-siap membacakan berita yang telah diliputnya sejak tadi pagi. "Gimana udah siap?" tanya kameramen kepada Sakura yang tengah memperbaiki penampilannya.

"Ok bos, siap!" jawab Sakura sambil mengacungkan ibu jarinya.

Kamera mulai menyala dan siaran berita pun langsung ditayangkan.

"Selamat siang pemirsa. Berita terkini yang cukup menghebohkan kota kita. Menghilangnya beberapa orang anak di bawah umur secara misterius. Dugaan sementara kemungkinan anak-anak tersebut korban penculikan. Tapi, hal ini masih harus diselidiki kebenarannya. Dan pihak kepolisian masih terus mencari dan mengejar para pelaku yang terlibat dalam kasus ini. Untuk itu kami mengingatkan kepada seluruh warga kota, agar berhati-hati terhadap orang yang tidak dikenal. Dan jangan biarkan anak-anak terlepas dari pengawasan kita semua. Bersama saya Sakura. Sampai jumpa pada liputan teraktual berikutnya."

"Tugasku hari ini sudah selesai, aku pulang dulu bos." Kata Sakura kepada sang kameramen. Tanpa menunggu jawaban, Sakura pun melangkah meninggalkan ruang penyiaran. Dan bergegas pulang, karena dia merasa sangat lelah.

#####################################

Di rumah, terlihat Camelia yang masih sibuk di ruang kerja kakek Dato. Dia masih saja berkutat dengan laptopnya. Terlihat ada ketegangan dalam raut wajahnya. Namun dia tetap berusaha tenang di hadapan sang kakek.

"Kumpulkan semua informasi yang kamu dapat dalam satu file," kata kakek Dato kepada Camelia yang sedari tadi diam saja.

"Baik kek," jawabnya singkat.

"Berita apa yang kamu dapat?"

"Tolong beritahu kakek!"

Camelia pun membacakan berita yang ia dapat dari laptopnya. Berita itu mengenai hilangnya beberapa orang anak. Setelah sebelumnya mereka melakukan pemeriksaan golongan darah. Dan ini terjadi di beberapa tempat yang berbeda. Kakek Dato mendengarkan isi berita yang disampaikan oleh Camelia dengan sangat serius.

"Menurutmu, dimana sasaran para pelaku itu?!" tanya kakek Dato.

"Tunggu kek, sepertinya aku mendapatkan sesuatu," Camelia menunjuk ke arah tulisan yang tertera di laptopnya.

"Ini kek! Meski terjadi di tempat yang berbeda tapi masih pada satu titik sasaran, yaitu sekolah!" jelas Camelia kepada sang kakek.

Kakek Dato pun tersenyum sambil memberikan acungan jempol kepada Camelia. Dan dibalas dengan anggukan kepala oleh Camelia. Lalu, kakek Dato pun melangkah keluar dari ruang kerjanya, meninggalkan Camelia seorang diri.

Tapi, baru saja beliau hendak masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat. Tiba-tiba dari pintu depan nampak Candy telah pulang. Kakek Dato menghampiri Candy yang sedang membuka sepatunya.

"Bagaimana tugasmu di sekolah?" tanyanya kepada Candy.

"Sudah selesai kek, tapi ada yang mau aku periksa nih!" kata Candy sambil melangkah masuk menuju ruang kerja kakeknya. Diikuti oleh kakek Dato yang melangkah di belakangnya.

"Tunggu, kek!!!" teriak Allamanda dari arah depan.

Dengan terengah-engah mereka berlari menghampiri kakeknya. Kakek Dato terkejut melihat ketiganya muncul pada saat yang bersamaan. Sakura, Peony dan Allamanda pun berdiri di depan kakeknya dengan nafas yang masih turun naik.

Lalu, mereka berlima pun masuk ke dalam ruang kerja kakek Dato. Melihat kakak dan adiknya, tiba-tiba muncul dari balik pintu. Camelia sedikit terkejut tapi ia berusaha tenang. Dalam hati memang ia berharap kakak dan adiknya bisa segera pulang ke rumah. Sehingga ia bisa mendapatkan informasi tambahan.

"Duduklah!" pinta Camelia kepada semuanya. Mereka pun segera menempati kursi masing-masing.

"Dengar baik-baik! tadi pagi aku sudah mengecek berita terupdate yang mesti kita tangani," tutur Camelia.

"Mengenai hilangnya beberapa anak di bawah umur secara misterius," lanjutnya.

"Berdasarkan hasil penyelidikan sementara, ini hanya modus penculikan biasa," katanya.

"Seperti yang baru saja aku sampaikan dalam berita siang ini," tambah Sakura.

"Kamu sudah mengikuti siaran kakak, dek?!" tanya Sakura.

"Aku sudah periksa semua informasi yang ada," jawab Camelia.

"Tapi, menurutku ini bukan sekedar penculikan dengan meminta uang tebusan!" jelasnya dengan suara yang sedikit meninggi.

"Lihat ini!" tunjuk Camelia pada laptopnya.

"Pertama, korbannya anak-anak di bawah usia 12 tahun."

"Kedua, mereka semua diculik setelah pemeriksaan golongan darah."

"Ketiga, lokasi sasaran para pelaku adalah sekolah."

"Keempat, semua korban bergolongan darah O." Camelia menjelaskan hasil penyelidikannya secara detail kepada kakak, adik dan kakeknya.

Peony dan Allamanda yang sejak tadi hanya mendengarkan saja, akhirnya juga angkat bicara.

"Ya, aku juga mendengar hal itu di Balai Perkasa."

"Hanya anak di bawah usia 12 tahun dan mempunyai golongan darah O, yang mereka culik" sahut Peony.

"Dan setahuku anak-anak itu bukan dari keluarga kaya," tambah Allamanda.

"Menurutmu bagaimana Candy?" tanya Sakura pada Candy yang masih terdiam.

"Tadi di sekolah aku tidak mendengar berita-berita yang aneh."

"Hanya saja tadi aku merasa curiga dengan dua orang suster." Candy pun menceritakan awal mula kecurigaannya, sampai akhirnya dia merekam pembicaraan mereka. Dan ini hasil rekamannya.

Candy pun menyerahkan pena rekaman yang berada di saku depan kemejanya. Pena itu ia serahkan kepada Camelia. Dengan cepat Camelia mengambilnya lalu memutar tombolnya. Semua yang ada di dalam ruang kerja itu pun terdiam. Mereka mendengarkan dengan seksama hasil rekaman yang ditunjukkan oleh Candy.

"Kali ini kita jangan kecolongan lagi. Kita harus dapat banyak siswa di sekolah ini. Kita sudah dapat identitas siswa bergolongan darah O. Besok kita beraksi. Bos Xenia pasti senang kalo misi kita berhasil."

"Coba ulang lagi rekaman itu!" pinta kakek Dato kepada cucunya. Camelia pun memutar ulang rekaman tersebut.

"Stop!!!" Siapa Xenia itu?" tanya kakek Dato. Tidak ada satu pun yang menjawab pertanyaan sang kakek. Mereka hanya saling berpandangan. "Coba kamu cari identitasnya!" suruhnya kepada Camelia.

"Tidak bisa, kek! Kali ini kita harus turun langsung ke lapangan." Jelas Sakura kepada kakeknya, mewakili Camelia yang masih terdiam.

Kakek Dato pun mengangguk-angguk tanda setuju.

Akhirnya mereka berenam pun menyusun rencana. Masing-masing mengeluarkan ide terbaiknya. Lalu, membagi tugas dan peran masing-masing.

"Kita harus temukan otak utama tindak kejahatan ini," pesan kakek Dato. "Siap kek! Kita kejar dan tangkap orang-orang yang terlibat dalam kasus ini," sahut Sakura dengan mengepalkan tangannya ke atas.

"Tim FPF siap kembali beraksi dengan segenap jiwa dan raga."

"Kita berantas tindak kejahatan dengan kekuatan penuh FPF," sambut Peony dengan suara lantang.

####################################

Pukul 07.00 wib Camelia, Peony dan Allamanda keluar dengan mengendarai mobil mitsubishi. Menyusul di belakangnya Sakura dan Candy dengan sepeda motornya. Kedua kendaraan itu perlahan-lahan meninggalkan kediaman kakek Dato. Mereka menyusuri kembali jalan yang kemarin dilalui oleh Sakura, Peony dan Allamanda.

Tiba di sebuah bangunan tua, Camelia menghentikan mobilnya. Kemudian, Sakura juga datang dan memberhentikan motornya di sisi bangunan tersebut.

"Cepat ganti baju kalian!" perintah Sakura kepada Peony dan Allamanda. Keduanya pun kemudian menukar baju yang mereka kenakan. Sedangkan Sakura mengarahkan teropongnya ke depan jalan yang kemarin dia hampir menabrak. Camelia masih berada di dalam mobil bersama Candytuft.

"Kamu masih ingat wajah para suster itu?" tanya Camelia kepada adiknya.

"Aku masih ingat," jawab Candy dengan tenang.

"Bersiaplah memainkan peranmu! Sesuai dengan rencana," lanjut Camelia dengan tegas.

Tiba-tiba Sakura mengetuk pintu mobil sebanyak tiga kali. Candy pun turun. Tanpa menoleh lagi kepada Sakura. Ia pun langsung berjalan dengan tergesa-gesa ke arah para suster yang hendak menyebrang.

"Tunggu!" teriak Candy sambil melambaikan tangan kepada para suster itu.

Para suster itu pun berhenti dan menoleh ke arah Candy. Candy tersenyum melihat para suster yang memandanginya dengan tatapan yang dingin.

"Kamu ibu guru kan?" tanya salah seorang suster.

"Suster masih inget saya?" tanya Candy berusaha mencuri perhatian.

Tanpa sepengetahuan para suster, secepat kilat Candytuft melempar bunga sakura ke udara. Bunga Sakura berwarna putih itu beterbangan tertiup angin. Pertanda misi pertama telah berhasil.

Tanda yang disampaikan Candy terlihat oleh Sakura lewat teropongnya. Sakura melihat bunga Sakura berhamburan di udara. Dia pun memerintahkan adiknya yang lain untuk bersiap-siap dengan misi selanjutnya.

"Siap!!!!"

"Kita beraksi!" itu para suster yang dimaksud. Tunjuk Sakura ke arah para suster dan Candy berada.

Mendengar teriakan Sakura, Peony dan Allamanda pun muncul dari belakang bangunan tua itu. Mereka berdua sudah berpakaian putih ala suster rumah sakit.

"Sebentar lagi Candy akan datang, kita sembunyi dahulu," kata Sakura kepada kedua adiknya.

"Kamu lanjutkan peran berikutnya!" Sakura mengingatkan Camelia melalui kaca mobil. Camelia pun mengangguk, dia paham maksud kakaknya.

Candy yang masih berada di sebrang jalan, terlihat menuntun salah seorang suster.

"Tolonglah, sus! Kakak saya mendadak tidak bisa menyetir mobil," kata Candy dengan suara memelas.

"Kalau suster tidak percaya, mari ikut saya," Candy menuntun salah seorang suster yang dikenalnya untuk menyebrang jalan. Akhirnya semua suster itu pun mengikuti Candy menyebrang jalan ke arah bangunan tua.

Sesampainya di depan bangunan tua. Candy langsung membuka pintu mobil. Dia memperlihatkan Camelia yang terbaring tidak bisa bergerak. Para suster itu mengeluarkan Camelia dari dalam mobil. Dan membaringkannya di teras bangunan. Mereka pun segera memeriksa keadaan Camelia.

Sakura yang tengah bersembunyi segera menyemprotkan gas bunga penidur. Dalam hitungan detik aroma gas bunga penidur menyebar kemana-mana. Aroma gas itu pun tercium oleh para suster. Hingga membuat mereka jatuh tergeletak tidak sadarkan diri.

Camelia yang berpura-pura tidak berdaya, segera bangkit dan mengeluarkan sebotol air dari dalam tasnya. Ini air daun penghilang suara. Lalu, ia pun meneteskannya ke dalam mulut para suster itu.

"Lima menit lagi mereka akan siuman, bersiaplah!" ucap Camelia kepada Peony dan Allamanda.

"Kami siap menyamar sebagai suster," serentak mereka menjawab.

"Penyamaran kalian harus sukses!" kata Sakura tegas kepada kedua adiknya.

"Apa para suster itu akan kembali normal?" tanya Peony kepada Camelia.

"Tubuh mereka saja yang normal."

"Mereka tidak akan ingat kita."

"Dan mereka juga tidak akan bisa bicara," jelas Camelia kepada adiknya.

Tiba-tiba saja, para suster itu pun sadar. Mereka langsung berdiri dan merapikan pakaiannya. Kemudian, mereka berbaris rapi dan melangkah meninggalkan Sakura dan yang lainnya. Lalu, Peony dan Allamanda bergegas masuk dalam barisan mereka.

Para suster itu terus berjalan dan menjauh dari bangunan tua. Melalui teropongnya Sakura melihat barisan mereka menuju arah rumah sakit.

"Kita tinggalkan mobil di sini," kata Camelia.

"Ayo!!! Cepat kita buntuti mereka dengan motor," lanjut Sakura.

"Siapa yang bawa motornya?" tanya Candy.

"Biar kakak saja," jawab Sakura. Dengan cepat Sakura menghidupkan mesin motornya. Dan mereka bertiga pun bergegas menyusul Peony dan Allamanda.

#######################################

Peony dan Allamanda masih berada dalam barisan para suster itu. Keduanya tidak saling berkomunikasi. Mereka hanya mengikuti gerak gerik para suster. Berjalan memasuki sebuah rumah sakit besar. Mereka masih saja terus berjalan menyusuri lorong-lorong rumah sakit. Hingga akhirnya langkah mereka pun terhenti. Saat berada di depan sebuah gedung yang terletak di belakang rumah sakit.

Ternyata penyamaran yang dilakukan oleh Peony dan Allamanda terekam dalam kamera kecil. Kamera tersebut sengaja dipasang pada kancing baju suster yang mereka kenakan. Kamera itu terhubung dengan layar yang terdapat di dalam ruang kerja kakek Dato. Karenanya, sang kakek dapat terus memantau keberadaan Peony dan Allamanda. Melalui kamera kecil yang dipasang pada kancing baju keduanya. Kakek Dato juga dapat melihat mereka melalui layar lebar di ruang kerjanya.

Sedangkan Sakura, Camelia dan Candy terpaksa harus memarkir sepeda motornya di depan rumah sakit. Dikarenakan, motor tidak boleh masuk melewati lorong rumah sakit.

"Kita masuk ke dalam rumah sakit," ajak Sakura kepada kedua adiknya.

"Bukankah kita membuntuti kak Peony?" tanya Candy.

"Sssssttt.....! Pelan-pelan bicaranya!" tegur Camelia kepada adiknya.

Siang itu suasana rumah sakit sangat ramai. Di ruang pendaftaran masih banyak pasien yang menunggu mengambil nomor antrian periksa. Di depan ruang dokter spesialis juga pasien masih duduk menunggu panggilan. Hampir seluruh ruangan rumah sakit disinggahi pasien yang ingin berobat.

Perlahan-lahan Sakura, Camelia dan Candy berjalan beriringan masuk ke dalam rumah sakit. Mereka terlihat sangat waspada. Diperhatikannya seluruh aktivitas yang berlangsung di dalam rumah sakit tersebut. Hingga pada satu titik langkah mereka terhenti.

"Tunggu !!!!" mendadak Candy menarik lengan kedua kakaknya.

Sakura dan Camelia pun berhenti melangkah. Mereka saling berpandangan. Tidak mengerti dengan apa yang ingin dikatakan Candy.

"Ayo kak duduk di sini!" ajaknya kepada kedua kakaknya. Mereka bertiga pun duduk di ruang tunggu pengambilan obat.

"Jangan menoleh ke kiri dan kanan!" larang Candy.

"Kita diawasi banyak kamera CCTV."

"Kita berbicara di sini aja." Lanjut Candy sambil memperbaiki kaca mata hitamnya.

"Ada sesuatu yang aku temukan di sini," kata Candy dengan wajah serius.

"Apa itu?" tanya Camelia.

"Coba perhatikan para suster yang sedari tadi lalu lalang!" Candy mulai memperjelas ucapannya.

Sakura segera mengeluarkan cermin bedaknya. Dia melihat dan memperhatikan para suster yang dimaksud Candy melalui cermin bedaknya. Camelia yang duduk di sebelahnya juga berpura-pura berbedak lewat cermin Sakura. Mereka berdua saling berbisik dan melempar kode. Sakura mengangguk terlebih dulu. Disusul Camelia lalu Candy. Camelia mengeluarkan pena dan kertas. Di gambarnya saku baju suster dengan tanda titik.

"Itu dia! Akhirnya ketemu juga." Kata Sakura sambil menjentikkan jarinya.

"Yah, para suster yang di bangunan tua itu ada tanda merah di saku bajunya."

"Sedangkan para suster yang ada di hadapan kita, tidak memiliki tanda merah di saku bajunya." Jelas Camelia.

"Artinya ada kejahatan terselubung di dalam rumah sakit besar ini," lanjut Candy memperjelas ucapan Camelia.

Mereka bertiga pun bergegas melanjutkan rencananya mengelilingi gedung rumah sakit. Hingga mereka berada di lantai tiga rumah sakit. Sakura mengeluarkan teropong yang selalu dibawanya. Dari lantai tiga dia melihat bangunan beratap merah yang berada di belakang rumah sakit. Di depan bangunan terdapat tulisan.

Dilarang masuk kecuali petugas.

RUANG PENELITIAN

ORGAN DALAM MANUSIA

"Lihat itu!!!" tunjuk Camelia ke arah bawah.

"Bukankah itu suster yang bersama Peony dan Allamanda?" tanya Camelia.

"Iya benar kak," jawab Candy.

"Dimana Peony dan Allamnda sekarang?" tanya Sakura.

"Kita tunggu di sini aja, mereka pasti memanggil kita secepatnya!" jawab Camelia.

Mereka bertiga pun memantau keadaan melalui lantai tiga rumah sakit. Di lantai tiga hanya ada beberapa bak penampungan air dan mesin AC. Tidak ada petugas yang berjaga di lantai tersebut. Membuat mereka leluasa untuk bergerak.

##################################

Di dalam ruang penelitian terlihat Peony dan Allamanda tengah sibuk membuka baju anak-anak. Lalu memasukkan mereka ke ruang pemandian. Anak-anak itu hanya diam, mereka tidak bisa berbicara. Peony dan Allamanda pun hanya diam, mereka mengikuti keadaan. Sedangkan para suster lainnya sibuk mengerjakan tugas masing-masing. Semua berpakaian berwarna senada. Mereka semua berwajah putih pucat. Mereka hanya sibuk bekerja. Tidak ada sedikit pun komunikasi di antara mereka. Pandangan mereka terlihat kosong. Mereka berjalan dan bergerak sesuai perintah.

Di saat situasi lengang, Peony segera menarik lengan Allamanda.

"Ayo!!! Kita periksa ruangan lainnya," ajak Peony kepada adiknya. Mereka berdua pun mengendap-endap melangkah ke ruangan lainnya.

Tiba-tiba langkah mereka terhenti di depan ruang operasi.

"Itu.....!!!" Tunjuk Allamanda sambil menutup mulutnya.

"O.....jadi itu alasan mereka menculik semua anak," ucap Peony pelan.

Melalui kaca kecil di depan pintu masuk ruang operasi, Allamanda melihat lima orang anak yang tidak sadarkan diri terbungkus dalam plastik dalam keadaan telanjang. Anak-anak itu di gantung pada tiang-tiang yang ada di dalam ruangan tersebut. Tiga anak lainnya terbaring di atas tempat tidur dengan tubuh telanjang ditutupi kain hijau muda. Tubuh mereka disorot lampu besar yang menyala sangat terang.

Di sudut ruangan terlihat seorang suster memegang dua pisau kecil. Di bajunya tertulis Xenia, berbeda dengan suster yang lainnya. Wajahnya terlihat lebih segar dan pandangannya sangat tajam. Dan tiba-tiba Peony berteriak.

"Awas....!!!" teriak Peony sambil menarik lengan adiknya. Lalu keduanya berputar dan membalikkan tubuh mereka. Dua belah pisau melayang menembus kaca pintu. Pisau itu mengarah ke mata Peony dan Allamanda yang sedang mengintip di balik pintu. Pada saat yang bersamaan pintu pun jatuh dan ambruk ke luar ruangan, akibat tendangan seseorang.

Peony dan Allamanda yang berdiri satu meter di sebelah kanan ruangan telah bersiap menerima serangan. Kemudian suster bernama Xenia keluar dari ruang operasi.

"Siapa kalian?!" teriaknya kepada Peony dan Allamanda.

"Beraninya kalian menyusup ke sini!"

"Kalian mengejar kematian sendiri!"

"Kalian tidak akan selamat dari mata pisau Xenia."

Suster yang bernama Xenia itu pun berputar tiga kali. Dari bajunya keluar ratusan pisau kecil yang berputar mengelilinginya. Kemudian pisau-pisau itu menempel di bajunya. Dan dia melempar pisau-pisaunya ke arah Peony dan Allamanda. Keduanya dengan sigap melompat dan menangkis serangan pisau dengan kekuatan tangkai bunga mereka. Pertarungan tidak terelakkan.

Kemudian berdatanganlah semua anak buah Xenia. Mereka mengepung Peony dan Allamanda. Keduanya diserang bertubi-tubi oleh para suster kaki tangan Xenia. Tapi, dengan tenang mereka dapat menahan semua serangan itu.

Sakura yang melihat dari teropong kedua adiknya telah diserang. Dengan cepat dia mengajak Camelia dan Candy melompat dari lantai tiga rumah sakit. Mereka menggunakan ilmu peringan tubuh gugur bunga. Meski terlihat melompat tapi tubuh mereka ringan melayang turun ke bawah. Mereka tepat berdiri di depan ruang penelitian.

Ketiganya langsung berlari masuk ke dalam ruang penelitian. Peony dan Allamanda yang melihat kedatangan ketiga saudaranya, seketika itu juga mundur ke belakang. Mereka berlima langsung menyusun formasi bunga. Secara serentak mereka pun berteriak.

"Siap....!!!"

"Kami FPF Five Power Flowers!"

"Beraksi!"

"Berubahlah!"

Dengan kecepatan penuh mereka berlima pun berputar. Meliuk-liukkan tubuhnya. Melompat dengan lincah. Dan melayang dengan begitu ringannya di udara bagaikan bunga yang mekar. Sinar berwarna-warni memancar dari tubuh mereka. Aroma harum bunga tercium di dalam ruangan. Lima jenis bunga secara bersamaan berhamburan dimana-mana. Dalam seketika pakaian yang mereka kenakan berubah menjadi warna warni bunga. Wajah mereka pun tertutup oleh topeng yang berwarna senada.

Satu persatu tim FPF menyebutkan panggilan mereka:

"The Beauty Sakura" (si cantik Sakura)

"The Quiet Camelia" (si pendiam Camelia)

"The White Peony" (si putih Peony)

"The Friendly Allamanda" (si ramah Allamanda)

"The Cute Candy" (si imut Candy)

"Kami FPF siap memberantas semua tindak kejahatan," kata Sakura di hadapan para suster jahat itu.

"Ha...ha.....ha...!!!"

"Aku Xenia tidak gentar oleh siapa pun."

"Akan aku potong-potong tubuh kalian."

"Kalian telah menggagalkan rencana besarku!"

"Aku butuh ginjal anak-anak berdarah O."

"Bunuh mereka semua! Cepattttt!!!!!!" teriaknya sambil menunjuk ke anak buahnya.

Para suster itu menyerang dengan seluruh kekuatan yang mereka miliki. Tapi, FPF tidak mudah menyerah. Mereka terus mendesak lawan dengan menggunakan jurus-jurus andalan yang mereka miliki.

Ternyata para suster itu bukanlah lawan yang bisa dianggap remeh. Wujud mereka wanita tapi tenaga mereka layaknya lelaki bertubuh besar. Tendangan, pukulan saling beradu dan berusaha melumpuhkan pihak lawan.

"Jangan terus menyerang!" teriak Sakura.

"Kenapa kak?" tanya Peony.

"Tenaga mereka sangat luar biasa."

"Lemaskan jurus kalian, lalu tusuk leher mereka dengan duri tangkai!" perintah Sakura.

Keempatnya melakukan hal yang disarankan Sakura. Dan dalam hitungan detik serangan para suster itu pun melemah. Serangan mereka tidak lagi bertenaga. Tinggallah Xenia seorang diri. Dia masih dalam kekuatan penuh. Kekuatannya ada pada ratusan pisau yang menempel di bajunya.

"Kalian terlalu berani melawanku!"

"Jangan harap kalian bisa keluar hidup-hidup!" ancamnya pada tim FPF.

Lalu, Xenia pun melemparkan pisau-pisau beracunnya kepada FPF. Tapi, dengan lincah kelimanya dapat menghindari serangan tersebut.

"Keluarkan jurus putaran lima bunga terindah!" teriak Sakura kepada keempat adiknya.

Mereka pun secara bersamaan mengeluarkan jurus putaran lima bunga terindah dengan sangat kuat. Seakan-akan ada putaran angin di tempat itu. Putaran lima bunga mengeluarkan aroma harum bunga. Terus berputar-putar hingga semua pisau-pisau beracun Xenia berbalik arah dan menikam pemiliknya. Akhirnya, Xenia mati dengan banyak tusukan di tubuhnya. Sedangkan para suster yang terkena duri tangkai masih hidup.

"Taburkan sari bubuk penidur!" perintah Sakura.

Kelimanya pun melompat ke udara dan menaburkan sari bubuk penidur. Harum bunga tercium dimana-mana. Dalam sekejap tubuh para suster itu menjadi lemas. Mereka jatuh ke lantai dan tergeletak tidak sadarkan diri.

"Cepat!!! Kita kumpulkan anak-anak itu dan kita sadarkan mereka," kata Sakura.

Dengan sigap keempat adiknya segera mengumpulkan anak-anak yang terbaring tidak sadarkan diri. Tubuh mereka yang telanjang sudah ditutupi kain. Allamanda pun mengeluarkan sebotol minuman dari dalam tasnya. Minuman sari bunga penyadar yang berfungsi menormalkan semua organ tubuh. Diteteskannya cairan itu ke dalam mulut semua anak.

"Ayo!!! Kita tinggalkan mereka sekarang, karena pihak kepolisian akan membereskan kasus ini." Kata Sakura.

Tim FPF pun telah merubah penampilan mereka seperti sebelumnya. Dari pintu belakang rumah sakit muncul para polisi dengan persenjataan lengkap dan juga kakek Dato.

"Terima kasih atas informasinya pak," kata bapak polisi kepada kakek Dato. Mereka pun saling berjabat tangan.

"Sama-sama pak, kami berusaha menjadi warga yang baik," lanjut kakek Dato.

"Maaf pak, apa saya bisa siaran langsung di sini?" tanya Sakura kepada bapak polisi.

"Oh bisa, silahkan, tapi posisinya jangan terlalu dekat dengan para korban," tutur bapak polisi sambil tersenyum. Sakura pun mengangguk setuju.

"Berita penting saat ini. Telah terbongkarnya kasus yang meresahkan segenap warga kota. Penculikan misterius itu kini telah terkuak. Pelakunya bernama suster Xenia. Dia kepala suster yang bertugas di ruang penelitian organ dalam manusia. Dia telah menyalah gunakan jabatannya untuk suatu tindak kejahatan. Dia memerintahkan anak buahnya untuk menculik anak yang berdarah O. Dan mengoperasi anak tersebut, lalu mengambil ginjal mereka. Tetapi, rencana jahatnya itu telah gagal. Anak-anak korban penculikan telah diselamatkan oleh Five Power Flowers dan pihak kepolisian. Sedangkan suster Xenia telah terbunuh oleh FPF. Dan para suster yang menjadi anak buahnya kini menjadi tahanan kepolisian. Demikianlah berita terkini, terupdate dan teraktual. Bersama saya Sakura. Sampai jumpa.

"Siapa itu Five Power Flowers?" tanya bapak polisi kepada Sakura yang tengah merapikan penampilannya.

Mendengar pertanyaan bapak polisi, Sakura pun mengangkat kepalanya. Dengan tersenyum dia pun menjawab.

"Suatu hari nanti bapak akan bertemu langsung dengan mereka tim Five Power Flowers."

"Mereka membantu kerja pihak kepolisian."

"Mereka tidak suka kejahatan."

"Mereka menginginkan kedamaian di kota ini."

Sakura pun melangkah pergi meninggalkan bapak polisi yang memandanginya dengan tersenyum.

Ternyata di luar rumah sakit kakek dan keempat adiknya telah menunggu kedatangannya. Dan mereka berenam pun meninggalkan rumah sakit. Senyum kebahagiaan terpancar dari wajah mereka. Mereka bahagia karena misi mereka terselesaikan dengan sangat baik.

"Kamu naik motor bersama Candy," ujar kakek Dato kepada Sakura.

"Dan yang lainnya ikut kakek naik mobil."

"Jangan langsung pulang! Kita bersantai ke pantai," saran kakek Dato kepada kelima cucunya.

"Hore...!!! Setuju....!!!

Sakura, Camelia, Peony, Allamanda dan Candytuft pun melompat kegirangan. Mereka semua akhirnya berangkat menuju pantai Cinta.

Sekitar 30 menit perjalanan mereka pun sampai di pantai Cinta. Pemandangan pantai yang sungguh indah. Dengan deburan ombak yang menghentak-hentak ke bibir pantai. Hamparan pasir putih yang berkilauan. Matahari seakan tersenyum menyambut kedatangan kakek Dato sekeluarga.