Chereads / ASTREA / Chapter 11 - ponsel baru

Chapter 11 - ponsel baru

Aku di rumah sakit academy saat aku membuka mataku, begitupun dengan seragam yang aku pakai sudah berganti dengan baju pasien. Jadi waktu itu aku pingsan ya?! memalukan.

Aku duduk ditempat tidur dengan sedikit linglung setelah itu dengan kedua tangan aku menutupi wajahku, malu. Kenapa sih aku harus pingsan dihadapan begitu banyak orang, didepan Alex pula? setelah ini dia pasti akan merendahkan ku lagi karena kejadian ini.

Dengan bersandar ditempat tidur aku coba menenangkan hatiku, saat itu aku merasakan lagi kepalaku yang berdenyut - denyut, ukh sakit!! Kupegang kepalaku dengan tangan kiri tapi tangan kiriku tiba - tiba terasa lebih sakit, oh iya bahu kiriku tertembak tadi aku baru ingat, jadi aku gunakan tangan kananku untuk menyentuh kepalaku, saat jari-jariku menyentuh kening ternyata sudah ada plester di sana. Untunglah lukanya tidak berada dibagian yang berambut kalau tidak aku mungkin akan dibotakin dibagian yang sakit untuk memasang plester.

Sebenarnya tidak masalah bagiku meskipun aku botak tapi aku takut melihat ekspresi ibuku saat itu ,ibu sangat menyukai rambut hitam tebalku sehingga dia selalu melarangku saat mau memotongnya, entah sudah berapa kali aku minta izin padanya untuk memotong rambut tapi selalu ditolak. Dia bilang rambut panjangku yang membuatku terlihat seperti seorang perempuan. Menurutku itu keterlaluan memangnya aku bukan perempuan kalau kepalaku berambut pendek? meskipun aku selalu memakai kaus dan celana panjang.

"Kau sudah sadar?" kata seorang wanita dengan seragam perawat.

"Suster berapa lama aku pingsan?"

Suster itu berfikir sebentar "Sekitar dua jam" katanya "Bagaimana keadaanmu apa ada bagian lain yang sakit?"

Aku menggelengkan kepalaku pelan. Sudah dua jam ya.. lama juga, untungnya ini belum terlalu sore, tapi sebentar lagi adalah jamnya aku pulang sekolah, kalau aku tidak pulang ibu pasti akan sangat cemas.

Aku sedang menutup mataku sebentar saat pintu mengayun terbuka. Alex memasuki ruangan perawatan dengan membawa tas sekolahku aku ingat masih meninggalkannya di kelas tadi saat akan mengantarkan putri.

"Kau sudah bangun?" tanya Alex lembut, aku agak terkejut. Kenapa dia ada disini? kita bukan dalam hubungan pertemanan hingga dia harus menjenguk aku saat sedang sakit.

Mungkin karena melihatku bengong Alex jadi bertanya "Kenapa denganmu apa masih terasa sakit?" ada rasa hawatir terlihat dimatanya. Ah itu tidak mungkin pasti aku salah lihat kan.

"Aku tidak apa, bagaimana dengan Putri Sandrina, dimana dia sekarang?" tanyaku.

Alex menarik kursi kedekat tempat tidur lalu duduk

"Dia sangat ketakutan tapi dia baik - baik saja dan sudah diantar pulang" " Bagaimana denganmu? maksudku bagaimana caramu pulang haruskah aku panggilkan keluargamu?"

"Eh jangan..." karena bergerak terlalu tiba - tiba lukaku jadi ketarik dan terasa sakit lagi, aku meringis menahan rasa sakit.

"Perlahan atau kau akan sakit lagi" katanya "Kalau kau tak mau menghubungi keluargamu aku akan mengantarmu pulang "

Hah.. apa katanya tadi? "Maaf kau bilang apa tadi, mengantarku pulang?" aku curiga benturan dikepalaku juga mengakibatkan gangguan pendengaran.

"Iya ,apa ada yang salah?" dia bertanya. Tentu saja salah, salah besar malah. Bukankah kami ini musuh kenapa dia mau mengantarku pulang? ah.. mungkin dia ingin aku merasa berhutang budi sehingga aku mau menyerahkan kura-kura itu padanya.

"Tidak perlu terima kasih, aku bisa pulang sendiri" kataku

"Apa kau yakin dengan kondisimu ini kau bisa pulang sendiri?" mata Alex menyipit "Pilih salah satu panggil keluargamu atau ku antar kau pulang" ucapnya.

Akhirnya kupilih memanggil kakakku untuk datang dan menjemputku, dari pada harus diantar pulang oleh musuhku. Aku tidak mau nanti ada gosip yang aneh - aneh tentang kami diacademy.

Sementara menunggu Rom rom aku masih ditemani oleh Alex, rasanya sangat canggung. Ruangan sangat sepi dan tak ada yang berbicara selama beberapa saat sehingga aku merasa suara nafasku juga terdengar sangat jelas.

"Apa kau punya ponsel?" tanya Alex tiba - tiba, kenapa dia bertanya? aku memang tidak punya, pasti aneh di zaman modern seperti sekarang tidak punya ponsel, tapi aku hanya merasa tidak membutuhkannya.

Saat aku menggeleng tiba- tiba dia menyerahkan sebuah kotak "Apa ini?"

"Ponsel " jawabnya singkat

"Aku tahu ini ponsel, tapi kenapa kau memberikannya kepadaku?" kalau aku mau aku bisa membelinya sendiri.

"Sandrina menyuruhmu untuk menghubungi dia nanti, jadi kau harus menelfonnya atau dia akan hawatir" jawabnya masih tanpa ekspresi.

"Terima kasih tapi aku bisa membelinya sendiri nanti" jawabku.

"Ambil saja anggap itu sebagai hadiah karena sudah menolong temanku" hadiah lagi? ini kan sudah tugasku sebagai pengawal Sandrina jadi tidak perlu diberi hadiah, aku sudah siap menolak saat Alex menatapku tajam.

"Ambil!" katanya dingin.

Aku spontan menelan ludah saat melihat matanya, kenapa nadanya seperti sedang memerintahku?. Entah mengapa aku jadi takut untuk menolaknya lagi sehingga tanpa sadar kepalaku mengangguk.

Beberapa saat kemudian kakakku datang ke ruang perawatan, dia kelihatan sangat cemas dan bertanya macam - macam tentang keadaanku, setelah dia tahu aku tertembak dia jadi lebih hawatir.

"Bagaimana ini kak?, kalau ibu tahu ibu pasti akan menyuruhku untuk berhenti sekolah.. " kataku cemas.

"Sepertinya itu ide yang bagus, berhentilah sekolah atau setidaknya berhentilah jadi pengawal putri" kata kakakku serius.

"Kakak... "

"Kami tidak ingin kau dalam bahaya lagi " Rom rom yang sangat serius itu membuatku merasa tidak enak, biasanya setiap kali berbicara dia selalu saja bercanda dan menggodaku ini pertama kalinya aku melihat dia begitu serius.

"Jangan begitu kak, aku janji hal seperti ini tidak akan pernah terjadi lagi. Kalau sampai aku terluka lagi aku pasti akan berhenti " aku mengangkat tanganku untuk berjanji, tapi sepertinya dia tidak percaya.

"Kita akan bicarakan lagi hal ini nanti dirumah" jawabnya

Ketika kami sampai dirumah ibu sedang pergi, fiuh untung saja! jadi untuk sementara waktu ibu tidak tahu keadaanku, tapi kami tetap harus memberi tahu ayah. Sama seperti kakak, ayah juga menyuruhku berhenti sekolah di Astrea Academy dan pindah ke sekolah lain, tapi aku tidak mau aku sudah merasa sayang dengan academy setelah beberapa bulan belajar di tempat itu, aku juga sudah punya beberapa teman disana.

Pada sore hari dikamar tidurku, aku membuka kotak ponsel pemberian Alex, di dalam kotak itu tergeletak ponsel keluaran terbaru berwarna silver. Didalam ponsel sudah ada kartu ponsel bahkan didalam nya juga sudah tertera beberapa nomor telfon seperti nomor ponsel Sandrina, dan teman teman yang lain bahkan ada nomer Alex juga. Kenapa dia harus menulis nomornya disini, memangnya dia fikir aku akan menelfonnya apa?, tidak akan.

Akhirnya aku menghubungi nomor ponsel Sandrina, setelah beberapa kali berbunyi dari dalam ponsel terdengar suara Sandrina

"Halo! "

"Putri Sandrina.."

"Ella...!!" dia berteriak, secara reflek aku menjauhkan ponsel dari telingaku "Ella kau kah itu, jadi ini nomer telfonmu?" "Ella bagaimana keadaanmu apa lukamu parah?"

Aku jadi bingung pertanyaan yang mana dulu yang harus kujawab, akhirnya aku jawab pertanyaan yang terakhir saja "Aku tidak apa kok, tidak parah " "Bagaimana denganmu, apa kau baik baik saja?"

"Aku masih takut, mungkin aku tidak kesekolah dulu untuk sementara waktu" kata Sandrina pelan

"Tak apa istirahatlah dirumah dan tenangkan dirimu dulu" kataku" mungkin aku juga akan dirumah dulu sampai lukaku sembuh"

Kami berbicara lagi selama beberapa saat sebelum aku menutup telfon, karena baru saja meminum obat dari rumah sakit aku jadi mengantuk sekarang jadi akhirnya aku tidur labih awal.

keesokan harinya ibu masih belum pulang, kata ayah majikan temannya ibu akan mengadakan pesta pernikahan dan sedang membutuhkan banyak bantuan jadi ibu pergi kesana untuk jadi pekerja sementara dan ibu mungkin baru akan pulang setelah tiga hari.

Bagus! masalahku selesai, dalam tiga hari pasti lukaku sudah sembuh karena sejak penyakitku sembuh, aku juga punya kelebihan lain yaitu cepat dalam hal penyembuhan, jadi ibu tidak perlu tahu tentang kejadian kemarin.