Hari senin pagi yang cerah. Aku siap kembali ke academy.
Sebelum berangkat aku sempat menelfon putri Sandrina untuk menanyakan keadaannya, dan apakah dia akan pergi ke academy hari ini. Putri berkata dia belum bisa pergi, mungkin setelah beberapa hari lagi.
Di tempat sarapan, Ayah dan Ibu bertanya padaku asal dari ponselku. Kata ibu aku tidak boleh menghamburkan uangku sembarangan meskipun saat ini aku sudah punya penghasilan. Katanya lebih baik aku menabung uangku karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dimasa depan, mungkin saja nanti aku akan membutuhkan lebih banyak uang dari yang aku duga.
Aku bilang ponsel ini diberikan kepadaku oleh putri Sandrina, agar dia bisa lebih mudah untuk menghubungiku. Terpaksa aku berbohong. Kan tidak mungkin aku katakan kalau ponsel ini diberikan oleh Alex, aku sendiri bingung kenapa aku menerima ponsel ini kemarin.
Kalau misalnya aku bilang yang sebenarnya pasti pertanyaannya bakalan puanjang.., keluargaku akan bertanya, siapa Alex?, kenapa dia memberiku ponsel?, apa maunya?, dia sekolah dimana?, keluarganya siapa?, apa hubunganku dengannya?, kenapa aku menerima ponsel darinya? dan ratusan pertanyaan tidak masuk akal lainnya.
Sungguh! ini bukan bercanda, mereka akan melakukan itu. Karena hal ini pernah terjadi.
Dulu di Oktus aku punya banyak teman, sebagian besar adalah anak lelaki mungkin itu karena penampilanku yang tomboy. Suatu hari kami sedang bermain dipadang rumput sambil menunggu hewan ternak kami (maksudku teman-temanku, karena aku tidak punya ternak) .
Mereka sedang membicarakan tentang festival yang akan berlangsung, saat festival adalah kesempatan bagi kami bisa mendapat uang tambahan dari berjualan, dan kami sedang mendiskusikan untuk menjual apa.
Anak perempuan memutuskan untuk menjual mahkota bunga, dan anak lelaki akan menjual buah-buahan liar dari hutan. Kami sedang berlatih membuat mahkota bunga saat itu, tapi temanku bilang buatanku jelek jadi Kiano salah satu teman laki-lakiku mengajariku membuatnya, karena buatannya bagus dia memberikannya padaku untuk kubawa pulang dan kupelajari. Waktu aku sampai dirumah, ibu dan ayah mengajukan pertanyaan yang lebih banyak dari pertanyaan guru saat ujian akhir sekolah.
Sebagai catatan (di Oktus mahkota bunga artinya pernyataan cinta).
Hari ini kak Romero mengantarkan aku kesekolah menggunakan mobil putih yang kemarin, katanya keluarga Edelweiss memberikannya sebagai kendaraan dinas, tapi aku ragu. Aku malah berfikir mobil ini tidak diberikan untuk tujuan itu, meskipun berasal dari keluarga prajurit kakakku ini terkenal dikalangan putri putri bangsawan loh. Untuk menarik perhatian kakak mereka sering memberikan berbagai macam hadiah, tapi kakak selalu menolaknya. Jadi maksudku kalau nona dari keluarga Edelweiss memberikan mobil ini begitu saja sebagai hadiah sudah pasti akan ditolak, tapi kalau dikatakan sebagai mobil dinas lain lagi ceritanya.
Begitu sampai diacademy aku langsung disambut oleh pelukan Nadira dan Violet, mereka memandangku dari atas kebawah mereka juga memutarku dari kanan ke kiri.
"Apa sih yang kalian lakukan?, kepalaku pusing tau" protesku.
"Apa kau benar baik-baik saja Ella?, sudah sembuh?" tanya Violet.
"Seperti yang kalian lihat, aku sehat" kataku "Lukaku kemarin tidak seserius yang kamu sangka kok"
Kami kemudian duduk pada bangku yang ada dihalaman kampus, dan terus mengobrol.
Violet menoleh kearah pintu gerbang yang kosong
"Elliana, kami lihat tadi kamu diantar oleh seorang cowok, siapa dia?"
"Siapa dia, siapa pemuda tampan tadi?" Nadira terlihat lebih bersemangat.
"Itu kakakku" ku jawab "Kemarin dia juga datang menjemputku waktu aku terluka, apa kalian tidak melihatnya?"
"Oh, orang yang waktu itu.."
"Kemarin kami hanya melihatnya dari jauh jadi tidak sempat melihatnya dengan jelas" kata Violet.
"Ya ampun dia sangat gagah dan tampan, apa dia sudah punya pacar?"
Nah lihatlah ini, bertambah lagi gadis penggemar kakakku, baru juga muncul sebentar. Hal seperti ini sudah sering terjadi, aku sudah terbiasa, tapi kenapa kalian juga?. Kalian berdua jangan ikut-ikutan, kumohon!
Masuk kekelas hari ini terasa sangat berbeda. Biasanya aku selalu mengikuti kelas bersama dengan Sandrina, tapi sekarang aku merasa kosong. Mungkin itu karena aku sudah terbiasa bersamanya setiap harinya, dari ke kelas, kafetaria hingga toilet, kami tak terpisahkan. Sebenarnya ada enaknya juga hari ini aku sendiri, aku jadi merasa lebih bebas kemana-mana dan aku juga bisa memilih kelas yang aku sukai.
Sikap semua orang hari ini sangat berbeda, biasanya kebanyakan orang akan memandangku rendah hanya karena aku kalangan rakyat biasa, tapi hari ini semuanya tampak ramah.
Ada yang menyapa, ada yang menanyakan keadaanku walaupun masih ada juga yang menyebalkan.
Siang ini aku sedang duduk ditaman academy sambil menunggu kelas berikutnya. Dua orang cowok datang mendekat dan langsung duduk satu dikanan dan satu dikiri, mereka pada awalnya menyapaku dengan ramah. Mereka memperkenalkan diri mereka padaku. Cowok tinggi berkulit putih dan berambut pirang bilang kalau namanya Mikel Bence sedangkan cowok berkulit tembaga dan berambut hitam disebelah kananku bernama Benito Alban.
Mikel mengatakan kalau dia adalah calon pewaris dari keluarga Bence, keluarga Bence memiliki usaha perhotelan yang tersebar di seluruh Astrea, ke kota mana pun kamu pergi kamu pasti akan bisa menemukan hotel milik keluarga Bence minimal satu.
Sedangkan Benito adalah putra bungsu dari keluarga Alban yang terkenal dengan usaha restoran berbintangnya, konon katanya restoran ini sangat laris, bila kita ingin makan direstoran keluarga Alban kita harus reservasi setidaknya sebulan sebelumnya.
Jadi ceritanya dua cowok ini ingin mengajakku keluar malam ini, katanya sih untuk merayakan pembukaan cabang baru restoran Alban. Tapi aku tidak nyaman dengan cara mereka memandangku. Saat seseorang sedang mengajakmu berbicara orang itu biasanya akan menatap matamu, tapi dua orang ini terus menatap kebawah leherku, dan terkadang kebagian tubuh yang lain. Sorot mata mereka seperti seekor serigala yang sedang menatap mangsa.
Ketika berbicara tangan mereka juga tidak bisa diam, kadang-kadang tangan mereka ingin menyentuh pundak atau punggungku dan saat kutepis, tangan mereka akan pindah seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Aku ini adalah tipe orang yang benci dengan kontak fisik, sebisa mungkin aku akan menghindari jenis kontak apa pun meski dengan teman perempuan, jadi saat tangan Mikel merayap kepunggungku lagi aku menangkap tangannya lalu membantingnya ketanah.
Mikel terkejut dengan apa yang baru saja menimpanya, sedang Benito dia segera menjauh ketika melihat temannya tersungkur.
"Ka_kau, berani sekali kau menyerang kami, apa kau tahu siapa kami?" kata Mikel.
"Memangnya siapa yang tidak tahu, jangankan tangan aku juga bisa mematahkan yang lain" kataku sambil menandang nya rendah dari atas "Apa kalian mau coba?"
Kulihkan pandanganku kepada Benito tapi dia segera kabur tanpa menolong temannya terlebih dahulu, sedangkan Mikel dia segera menyusul Benito sambil diiringi suara tawa dari semua orang yang ada ditaman.