Chereads / ASTREA / Chapter 17 - mengantuk

Chapter 17 - mengantuk

Tepuk tangan tiba-tiba terdengar ditelingaku, begitu berbalik aku melihat Alex dan Nathan beserta teman temannya berdiri disana. Ya ampun aku jadi merasa seperti sebuah tontonan.

"Hebat, cara yang bagus untuk menghadapi para playboy" kata Davide.

"Hei, ada apa ini, sepertinya tadi kami mendengar suara ribut - ribut" Violet tiba-tiba muncul.

"Apa yang sudah kami lewatkan?" Nadira mengikuti.

Nicholas menggeleng "Tck tck tck kalian para gadis baru saja melewatkan sebuah pertunjukan"

Hei pertunjukan apa maksudmu?, kalau saja tadi kalian datang untuk membantuku, aku tak mungkin harus repot.

Kedua teman perempuanku masih tampak sangat penasaran dan ingin bertanya lagi. Karena tak ingin menjelaskannya lebih banyak aku menggandeng Violet dan Nadira lalu menariknya masuk keacademy.

"Ayo cepat, kelas sudah hampir dimulai"

Di kelas, pelajaran bahasa baru saja dimulai, dan Miss Brenda sedang berbicara didepan.

Miss Brenda adalah seorang wanita berusia empat puluhan, rambutnya keriting dan berwarna oranye, dia memakai kaca mata berbingkai merah diatas hidungnya. Saat berbicara dia selalu menggerak gerakkan kaca matanya naik turun, sehingga membuatnya tampak sedikit lucu atau mungkin aneh.

Entah karena pelajarannya yang membosankan atau cara mengajarnya yang tidak seru, aku jadi mengantuk beberapa kali. Aku tak tahu aku tertidur atau tidak, tapi tiba-tiba aku terkejut dengan suara keras dari depan. Rupanya Miss Brenda baru saja memukul papan tulis dengan tongkat yang dibawanya.

Ternyata aku bukan satu-satunya murid yang mengantuk dikelas, karena suara keras barusan ada satu orang yang terjungkal, satu orang yang membenturkan kepalanya ke meja, dan satu orang yang berdiri tiba-tiba karena terkejut, serta beberapa orang yang menepuk-nepuk dada mereka.

Miss Brenda memegang kaca matanya sambil memandangi kami dengan mata menyipit. Aku buru-buru menunduk ke meja dan berpura-pura sedang membaca buku, tak berani mengangkat wajahku.

Seangker itulah Miss Brenda hingga membuat anak para bangsawan jadi mengkerut hanya dengan satu tatapan darinya. Aku curiga kalau tongkat yang selalu dia bawa itu tidak berfungsi sebagai penunjuk di papan tulis melainkan sebagai pemukul kepala kami kalau berani membuatnya marah.

Begitu kelas berakhir, semua orang merasa lega. Sambil menengok kebelakang Nadira menggerutu

"Aku benar-benar terkejut tadi, jantungku rasanya mau copot"

Violet yang selalu diam sejak berada dikelas menjawab "Memangnya kau fikir aku tidak?".

Kami bertiga saling memandang lalu tertawa bersama-sama.

Kelas sudah selesai hari ini, waktunya untuk pulang.

Aku sedang berdiri ditepi jalan menunggu Bis, cuacanya sangat panas hari ini jadi aku berteduh dibawah sebatang pohon selama menunggu. Aku lupa menutup tas sekolahku sehingga salah satu bukuku terjatuh, ketika menunduk untuk mengambil buku, aku mendengar benda yang melesat melewati kepalaku. Setelah mengambil buku aku kembali berdiri untuk melihat benda apa itu tadi, dan saat aku lihat ternyata ada satu peluru yang menancap pada pohon tepat dibelakang aku berdiri.

Ada seseorang yang berusaha membunuhku!! Siapa itu, dan kenapa?. Apakah mungkin Mikel dan Benito?, mungkinkah mereka tega membunuh orang hanya karena mereka tersinggung? Baiklah aku tidak hanya menyinggung mereka tapi aku juga nyaris mematahkan tangannya. Meskipun begitu semuanya terjadi karena mereka telah melecehkan aku, melecehkan seorang gadis juga bisa membuat mereka di penjara kalau aku melaporkannya.

Tapi mungkin saja itu bukan mereka, aku tidak bisa langsung menuduh mereka karena tidak ada bukti yang cukup, apa lagi aku tidak melihat pelakunya. Pada saat peluru itu melesat aku hanya melihat sebuah mobil yang berhenti diseberang jalan dan mobil itu sudah tidak ada disana sekarang.

Sebuah mobil berwarna hitam berhenti didepanku disaat aku sedang berfikir serius, dan sebuah kepala menjulur dari jendela mobil.

"Ella apa yang sedang kau lakukan disana?" ternyata itu adalah Violet dan disampingnya adalah Nadira.

Kenapa mereka selalu ada bersama-sama? tadinya aku juga penasaran pada hal itu, ternyata sebenarnya mereka itu sepupu, saat ini mereka tinggal bersama disebuah rumah mewah yang dibeli orang tua mereka untuk mereka tinggali selama belajar di ibukota.

Ku sembunyikan peluru itu disaku seragamku karena tidak ingin mereka panik.

Ku lambaikan tanganku. "Hai, aku sedang menunggu Bis" jawabku.

"Sepertinya masih lama" kata Nadira sambil menoleh kendaraan yang berlalu lalang "Sudah ikut kami saja, biar kami mengantarmu pulang"

Aku langsung menerima ajakan mereka tanpa basa-basi lagi, karena mungkin saja penembak itu masih ada disekitar sini, aku tak mau ambil resiko.

Di dalam mobil mereka berdua mengobrol tentang rencana berbelanja mereka, hari apa mereka mau pergi dan benda apa saja yang mau mereka beli. Ketika mereka memutuskan mau berbelanja pakaian hari minggu pekan depan, mereka lalu membahas mau membelinya dibutik mana atau di mall mana, dan ketika mereka memutuskan pergi ke mall, mereka ribut mau membeli baju merk apa. Ketika merk sudah diputuskan tiba-tiba mereka berfikir baju itu harus sesuai dengan warna sepatu dan juga tas yang akan mereka pakai jadi mereka harus membelinya juga, dan begitulah pembahasan mereka dimulai lagi dari awal. Hah.. dasar orang kaya.

Otomatis aku tidak bisa masuk didalam obrolan mereka karena kami tidak dalam pembahasan yang sama. Biasanya setiap kali aku ingin membeli sebuah pakaian aku tidak membelinya karena ingin tapi karena butuh, dan saat membeli aku tidak memikirkan merk apa yang sedang terkenal atau merk mana yang terbaik, tapi baju mana yang paling murah tapi terlihat bagus untukku. Aku juga tidak pernah coba mencocokkan pakaian yang kupakai dengan sepatu dan tas yang berwarna sama atau dari model yang mana, karena aku selalu memakai satu-satunya tas dan sepatu warna hitam yang aku punya.

"Kamu ikut juga kan Elliana?" tanya Violet.

"Maaf aku tidak bisa ikut, kalian berdua saja ya?" kataku.

Saat itu mobil yang kami tumpangi tiba-tiba berhenti ditengah jalan.

Hah, mogok? tidak mungkin kan?. Masak mobil mewah seperti ini juga bisa mogok, kalau mobil tua mungkin.

"Ada apa pak?" tanya Nadira.

"Maaf Nona mobil ini sepertinya mogok" kata pak supir. "Padahal tadi pagi saya sudah memeriksa mesinnya dan semua baik-baik saja"

"Yah.. kok bisa sih?" kata Violet kesal. "Ya sudah kita naik Taksi saja"

Ada-ada saja yang terjadi hari ini, banyak kejadian yang tidak terduga. Aku tidak menyangka mobil sebagus ini juga ternyata bisa rusak, mana cuacanya juga sedang panas-panasnya diluar. Kalau aku sih sudah terbiasa, tapi kan anak bangsawan seperti mereka tidak. Untung saja tak lama kemudian taksi segera datang jadi kedua gadis itu tidak kepanasan lebih lama lagi.

Tapi taksi berbeda dengan mobil pribadi, taksi itu lebih kecil dan lebih sempit dari mobil mewahnya mereka, dan pastinya tidak terlalu nyaman juga. Walaupun bagiku keduanya tampak sama saja.

Mereka mengantarku pulang dengan menggunakan taksi, walaupun aku bilang akan pulang dengan naik bis saja tapi mereka tidak mengizinkan. Akhirnya aku meminta supir taksi untuk menurunkanku ditepi jalan dekat rumahku ditempat biasa aku menunggu bis setiap pagi.