Setelah menonton pertandingan, Sandrina ingin berbicara sebentar dengan Nathan berdua saja. Aku tentu saja tidak ingin menjadi orang yang tidak tahu diri dengan mendengarkan urusan cinta orang lain, jadi aku putuskan untuk menunggu diluar ruangan.
Karena bosan aku pergi ke lapangan pertandingan, dilapangan masih ada pedang yang berserakan ditepi lapangan dan belum dibereskan.
Aku mengambil salah satu pedang dan mengayunkannya, pedang ini sangat ringan sepertinya tidak terlalu nyaman dipakai bertarung karena itu aku meletakkannya dan mengambil pedang yang lain disampingnya, tapi pedang yang ini terlalu berat aku tidak suka pasti akan menyakiti tanganku jika kupaksakan, jadi kuletakkan pedang itu dan memilih yang lain, setelah beberapa saat memilih akhirnya aku menemukan pedang yang tepat.
Aku mengayunkan pedang itu beberapa kali hmm pedang yang bagus.
"Mau coba bertanding denganku?" kata seseorang tiba-tiba
aku menoleh dan menemukan bahwa orang yang berbicara adalah Alex, "Bertanding, denganmu?"
"Alex mengangguk " Kenapa, kau tidak takut kan?" tanya nya. Kenapa orang ini terlalu meremehkan ku.
"Tidak takut" kataku "Tapi mungkin aku akan mengecewakanmu, karena aku sudah lama tidak menyentuh pedang"
"Tidak masalah" jawabnya sambil memilih salah satu pedang.
Kemudian kami mulai bertarung, ku ayunkan pedangku untuk menyerang dan suara benturan pedang mulai terdengar. Alex mengayunkan pedangnya dengan santai setiap gerakan tubuhnya terlihat anggun dan tenang ,setiap gerakan yang dibuat olehku seolah sudah bisa dia prediksi olehnya sehingga dia selalu bisa memblokir dan menangkisnya, selama bertarung aku jadi berfikir kenapa bisa begitu, apakah gerakan tanganku begitu mudah terlihat?.
Tiba-tiba aku jadi teringat sesuatu yang dikatakan ayah dan ingin mempraktekkan yang ada difikiranku, saat itu aku tiba-tiba menambah kecepatan gerakanku dan menyerang Alex dengan lebih ganas. Alex tampak terkejut sebentar tapi segera menyesuaikan diri dengan kecepatanku aku bahkan bisa melihat senyum diwajahnya.
Tiba-tiba saja suara sorakan dan tepukan terdengar disekitar kami, aku tak tahu sejak kapan teman - teman sekelas Alex datang untuk menonton ,aku jadi merasa tidak enak ditonton oleh banyak orang seperti ini, pada saat fikiranku teralihkan Alex berhasil mengambil pedangku dan menodong kan pedangku sendiri kearahku.
"Itu tidak adil, aku sedang tidak fokus tadi" kataku
"Pada pertarungan sebenarnya ,kau bisa saja mati bila fikiranmu teralihkan saat sedang bertarung" dia memberikan nasehat padaku dan mengembalikan pedangku.
Pertarungan kami lanjutkan, sepertinya aku meremehkan stamina Alex dan melebih lebihkan stamina ku sendiri, pada saat ini aku sudah melemah sehingga gerakanku semakin melambat, aku harus segera mengakhiri pertarungan ini secepatnya.
Pada saat itu tiba - tiba aku terfikirkan ide licik, aku mengayunkan pedangku dan bergerak lebih cepat. Pada saat aku melihat dia sudah berada dalam jangkauan aku menginjak kakinya dengan sekuat tenaga. Alex terkejut, sehingga aku berhasil memukul tangan dan menjatuhkan pedangnya.
"Aww... itu curang namanya" Alex memprotes
Aku menahan tawa "Bukankah dalam pertarungan yang nyata apa pun bisa saja terjadi?" kataku lalu segera pergi menghampiri Sandrina.
Saat aku mendekat putri Sandrina bertepuk tangan untukku senyumnya tampak sangat cerah
"Kau hebat Ella, hebat.." pujinya , pada saat itu anak - anak yang lain datang mendekat.
"Nona kau lumayan juga, kenapa tidak bergabung dengan kelas kami?" itu kata Stefan
"Nona yang cantik bolehkah aku tahu namamu?" tanya cowok berambut gondrong berwarna coklat. Kalau aku tidak salah dia adalah Thomas sepertinya dia adalah putra kepala sekolah.
"Minggir, minggir, minggir berikan jalan, jangan menghalangi nona Elliana dari melaksanakan tugasnya, dia harus mengawal Tuan putri kita kembali sekarang" aku sangat berterima kasih atas bantuannya David mengeluarkan aku dari situasai yang sulit ini.
Karena sudah tidak ada kelas lagi setelah ini putri Sandrina memutuskan untuk pulang saja, tentu saja aku senang karena dengan begini aku pun juga bisa pulang lebih cepat hari ini. Mobil putri menunggu di tempat parkir academy ,karena tahu hari ini akan pulang lebih cepat, putri sengaja menyuruh supir untuk menunggu disana. Tapi tiba tiba perasaan ku terasa tidak enak hari ini, aku merasa seperti ada yang salah, dan perasaan ini semakin kuat waktu melihat dua pengawal yang mengikuti putri sandrina. Para pengawal itu masih orang yang sama seperti biasanya, tapi entah mengapa sepertinya mereka berbeda.
Pengawal yang berkulit gelap membukakan pintu untuk putri, setelah itu mereka berdua juga masuk kemobil, sesaat sebelum mobil melaju aku menarik pintu mobil hingga terbuka lalu menarik putri keluar dari mobil lalu menyeretnya berlari.
"Apa yang kau lakukan? " tanya nya, aku mengatakan pada putri akan menjelaskannya nanti. Para pengawal berteriak padaku untuk berhenti karena tidak berhasil salah satu dari mereka melepaskan tembakan - tembakan kearahku, aku berhasil menghindarinya tapi pada tembakan yang berikutnya tembakan itu berhasil mengenai pundakku. pada saat itu untungnya aku berhasil mendorong putri memasuki pintu, melihat kondisiku dia ketakutan tapi lalu aku berhasil menyuruhnya pergi dan mencari perlindungan di academy.
Tangan kiriku berlumuran darah agar tidak terus mengalir aku mengikatnya dengan sapu tangan yang tadi dipinjamkan putri untuk mengusap keringatku, tiba tiba saja aku berfikir ini bukan sapu tangan yang sama yang putri gunakan untuk mengusap keringat pacarnya kan? kalau benar apa lukaku nanti tidak akan infeksi?
Aku bersembunyi dibalik pilar untuk menghindari peluru , pria berkulit gelap yang menyerupai Jason masih tetus mengeluarkan tembakan dari tangan kanannya ,alasan kenapa aku tahu mereka palsu adalah karena saat pria itu membuka dan menutup pintu mobil untuk putri dia menggunakan tangan kanan padahal Jason itu sebenarnya adalah kidal.
Karena terkalu fokus pada Jason palsu aku jadi tidak mengetahui kalau pria yang satu lagi yang menyerupai Hadson sudah ada dibelakangku. Dia menendang pinggangku hingga aku jatuh membentur pilar ,setelah bangkit aku membalas tendangannya tepat diselangkangan ketika dia kesakitan aku memukul belakang kepalanya hingga dia tak sadarkan diri.
Tinggal satu orang lagi. Aku masih bersembunyi dibelakang pilar saat Jason palsu tiba, aku berpindah kesisi yang lain lalu menendang tangan yang memegang pistol hingga pistol terjatuh, ku tendang pistol itu menjauh secepatnya agar dia tak bisa meraihnya kembali. Kami sempat adu pukul sebentar sebelum kami mendengar suara ribut yang berasal dari pintu dan orang - orang dari academy tiba, melihat kalau mereka kalah jumlah Jason palsu melarikan diri dan saat ku menoleh Hadson palsu juga sudah menghilang bersamaan dengan mobilnya Sandrina meninggalkan sopir yang pingsan ditempat parkir sendirian.
Mereka adalah Alex dan teman - temannya dari kelas berpedang bersama beberapa penjaga keamanan academy, sepertinya putri berlari mencari mereka waktu meminta bantuan.
"Dimana Putri?" tanyaku kepada Alex
"Di kantor kepala sekolah bersama Nathan" jawabnya
Fiuh syukurlah kalau begitu, aku merasa lega dia baik baik saja. Aku bersandar pada dinding karena merasa pusing, ternyata benturan tadi mengenai kepalaku dan sekarang tempat yang terkena benturan terasa berdenyut denyut, aku menyentuh kepalaku ditempat benturan dan tanganku basah, ketika kulihat ternyata itu adalah darah lalu tiba tiba mataku menjadi gelap.