Hari-hari berikutnya kami tidak pernah saling berbicara, meskipun sering bertemu kami lebih sering diam, kami hanya bicara seperlunya saja didepan Sandrina.
Hari ini kami melihat Nathan dan Alex mengobrol dikafetaria dikelilingi banyak orang, mereka bahkan tertawa sesekali. Meskipun ada banyak laki-laki lain Lily sigadis ikal dengan nyaman menggandeng mesra tangan Alex selama mengobrol, sedangkan Caroline tampak senang menyandarkan tangannya di pundak Nathan.
"Kau cemburu kepada siapa?" aku berbisik ditelinga Sandrina "Pada Nathan atau Pangeran Alex?" aku menatapnya sambil tersenyum
Sandrina menoleh padaku matanya menyipit dan bibirnya cemberut, aku hampir tak bisa menahan tawa melihatnya.
"Baiklah baiklah aku minta maaf, ayo kita duduk"
"Duduknya ditempat lain saja" kata Sandrina sambil berbalik.
"Putri Sandrina, Elliana kami disebelah sini..."
Tiba-tiba Nadira dan Violet berteriak memanggil kami, karena tidak mungkin pura-pura tidak dengar terpaksa kami harus menghampiri mereka.
Kami meletakkan nampan kami dimeja mereka, kebetulan meja kami berada tepat disamping meja Nathan dan Alex, jadi ketika kami sampai semua orang melihat kami.
Begitu Nathan melihat kami senyumnya tadi menghilang lalu dengan segera dia berdiri dan menarik Alex bergabung ke meja kami, mereka tidak bergeming meskipun gadis-gadis itu memprotes, tapi akhirnya kecuali Lily dan kelompoknya beberapa orang bergabung bersama kami.
"Apa yang kalian bicarakan? kelihatannya seru sekali" Sandrina bertanya, meskipun bibirnya tersenyum tapi aura yang dia keluarkan membuat orang jadi tegang.
"Ah.. itu kami sedang membicarakan tentang istana pelangi" jawab Nathan gugup.
"Memang ada apa dengan istana pelangi?" tanyaku
"Kemarin ada teman sekolah kita yang melihat hantu di tempat itu" yang menjawab adalah David.
"Dizaman sekarang kalian percaya pada hantu?" kataku.
"Tapi Ella ada lebih dari satu orang yang melihatnya, hantu itu muncul pasti sejak pembunuhan itu "
"Benar itu karena pembunuhnya belum ditemukan jadi arwah mereka tidak tenang" kata Nadira dengan wajah seriusnya "Apa kau pernah melihat hantu disana Pangeran Alex?"
Alex menggelengkan kepalanya.
"Tapi bukankah waktu itu kau bilang pernah melihat hantu anak-anak disana?" kata David dan didukung dengan anggukan kepala dari Nathan
"Waktu itu aku masih kecil jadi aku mengira kalau yang ku lihat itu hantu, tapi setelah kufikir-fikir aku rasa yang aku lihat waktu itu cuma orang gila saja" dia menekankan pada kata "gila" sambil melihat kearahku
Aku terbatuk-batuk saat mendengarnya sehingga menarik perhatian dari semuanya, tak perlu difikir lagi siapa yang dia maksud dengan orang gila itu, pasti itu aku.
"Tapi Pangeran Alex kenapa kau sering pergi ke istana berhantu itu?" Violet bertanya, sejujurnya aku juga penasaran apa alasannya tapi aku gengsi untuk bertanya.
"Apa kau tidak tahu?" kata David "Orang tuanya Alex adalah teman baiknya mendiang Raja dan Ratu Rosalina" "Jadi sejak Istana pelangi ditinggal mati pemiliknya orang tua Alex lah yang sering merawat istana itu"
Oh.. jadi itu alasannya, pantas saja kalau Alex sering datang ke sana. Setelah itu obrolan kami pun beralih pada daftar bangunan-bangunan berhantu yang ada diibukota mereka juga membandingkan bangunan mana yang paling berhantu dan bangunan mana kah yang paling seram.
Siang ini ada kelas berpedang, sebenarnya dulu aku ingin mendaftar tapi karena Sandrina tidak ingin masuk dan belajar bertarung menggunakan pedang jadi aku menyerah. Tapi siang ini tiba-tiba saja dia ingin mengunjungi kelas ini dan saat masuk kedalam kelas aku baru tahu alasannya, itu karena hari ini ada latih tanding jadi putri ingin memberi semangat pada kekasihnya.
Rupanya putri Sandrina tidak sendiri karena ada banyak juga gadis-gadis lain yang datang untuk menonton pertandingan, bahkan banyak juga yang datang membawa sepanduk berisi nama orang yang mereka dukung.
"Alex" "Alex" "Alex" para gadis mulai berteriak ,tapi sepertinya kebanyakan para gadis yang datang kesini ingin memberikan dukungannya pada Pangeran Alex, dan hal ini membuat murid laki-laki yang lain merasa iri dan kesal karena tidak mendapatkan dukungan. sedangkan orang yang sedang mereka beri dukungan seolah tidak perduli pada saat ini dia sedang sibuk mengusap senjata yang sedang dia pilih untuk pertandingan nanti.
"Lihat itu" aku menunjuk para gadis yang sedang bersorak "Apa kau tidak membawa sepanduk seperti mereka untuk mendukung dia?"
"Apa yang kau katakan? mana mungkin aku berani" kata putri dengan suara pelan. Beberapa saat kemudian Nathan menyadari keberadaan Sandrina dibangku penonton dan tersenyum dengan manis, senyumannya ini ternyata membuat beberapa gadis berteriak karena mengira kalau Nathan tersenyum pada mereka, hal ini membuat Sandrina sipemilik senyuman itu sangat tidak senang melihatnya.
Beberapa saat kemudian acaranya dimulai, pertandingan diawali dengan pengundian nama, nama -nama yang keluar kemudian dicatat diatas papan ,orang menang akan dipertandingkan lagi hingga didapat pemenang satu, dua dan pemenang ketiga.
Pertandingan pertama dilakukan oleh Nathan melawan Stefan, ternyata kemampuan berpedang Nathan sama sekali tidak buruk hanya dalam waktu yang singkat dia bisa mengalahkan Stefan. Pada saat Nathan memenangkan pertandingan babak pertama Putri Sandrina berdiri dari kursi untuk bersorak dan bertepuk tangan.
Pertandingan kedua adalah pertarungan antara Davide melawan Nicholas, dan pertarungan ini dimenangkan oleh Davide.
Alex adalah peserta terakhir dan kali ini dia akan bertarung melawan Daniel, ternyata kemampuan berpedang Alex tidak bisa dibandingkan dengan Daniel, sementara Daniel bertarung dengan sekuat tenaga Alex malah memegang dan mengayunkan pedangnya dengan santai. Yang Alex lakukan hanyalah menangkis serangan serangan dari lawannya tapi sama sekali tidak ada keinginan untuk membalas, persis seperti seorang anak yang sedang bermain perang perangan. Beberapa saat kemudian Daniel yang kelelahan merasa sudah tidak sanggup sehingga dia memutuskan untuk menyerah saja, sorak sorai dan teriakan serta tepuk tangan menggema dikelas terutama dari para gadis yang memberikan dukungan untuk Alex.
Setelah jeda istirahat pertarungan babak kedua pun dimulai. Kali ini Alex yang akan bertanding pertama kali, dan lawannya kali ini adalah Davide. Dibandingkan pertandingan yang pertama kali kali ini Alex sedikit lebih serius, tapi hampir sama seperti pertandingan dibabak pertama Alex hanya menangkis serangan pedang dari Davide dan tidak berniat untuk menyelesaikan pertarungan secepatnya.
"Ayolah Alex jangan terlalu kejam padaku" kata Davide disela sela pertarungan "Ayo selesaikan pertarungan ini sekarang juga aku sudah capek"
Alex tersenyum ringan "Baiklah kalau begitu" Alex mengayunkan pedangnya kearah Davide sehingga membuat Davide menjatuhkan pedangnya dan tubuhnya jatuh kebelakang. Sekali lagi Alex memenangkan pertarungan, pangeran Alex menghampiri Davide yang masih berbaring telentang lalu mengulurkan tangannya.
"Ayo bangun, istirahatnya didalam saja" kata Alex
Davide menerima uluran tangan dari Alex lalu berdiri
"Sialan kau, kapan kau akan berhenti bermain-main?" Kata Davide disela-sela nafasnya yang masih ngos-ngosan, dan Alex menanggapinya hanya dengan senyuman.
Setelah Alex, Nathan pun juga memenangkan pertandingan babak kedua.
Selanjutnya adalah pertandingan dibabak final, di babak yang terakhir ini adalah pertarungan antara Alex melawan Nathan.
"Hei menurutmu siapa yang akan menang? tanyaku kepada putri Sandrina
" Tentu saja menurutku Nathan yang akan menang" jawabnya yakin. Aku suka dengan sikap optimisnya itu tapi aku berfikir tampaknya Nathan lah yang akan kalah kali ini, itu karena sepanjang pertandingan Alex belum memperlihatkan kemampuannya yang sebenarnya.
Pertandingan terakhir dimulai. para penonton bersorak semakin keras meneriakkan dukungan mereka, tak ketinggalan juga Sandrina yang sedang jatuh cinta dia berdiri sambil bersorak.
Pertarungan dimulai, Nathan yang menyerang terlebih dahulu. Tak seperti yang tadi kali ini Alex berhenti bermain-main dan bertarung lebih serius ayunan pedangnya pun tak lagi main main. Dentingan suara pedang menggema diseluruh tempat pertandingan para penonton pun terdiam dan menyaksikan pertarungan.
Kemampuan berpedang keduanya sekilas tampak setara dan sama sama hebat, tapi bagi orang yang sering melihat pertarungan yang sebenarnya mereka pasti tahu siapa yang lebih unggul.
Beberapa saat kemudian pertandingan pun berakhir, sama seperti prediksiku sebelumnya Nathan kalah dan Alex memenangkan pertarungan dan menjadi juara.
Sorak sorai dari para penonton kembali menggema ditempat pertandingan membuat telingaku yang sudah sensitif jadi semakin sakit.
Putri Sandrina mengajakku turun dari kursi penonton dan langsung pergi ke suatu tempat, tempat ini adalah tempat para peserta beristirahat. Suara tawa menggema ditempat ini tak ada satu pun yang terlihat sakit hati ataupun permusuhan diantara mereka. Sandrina yang tadinya cemas pun menjadi lega melihat tawa diwajah pacarnya.