Chereads / ASTREA / Chapter 8 - musuh bebuyutan

Chapter 8 - musuh bebuyutan

Mati aku, mati! ini sudah berakhir.

Kenapa orang ini bisa ada disini??? waktu putri Sandrina mengatakan dia ingin mengenalkanku pada seseorang aku berfikir aku akan mendapatkan teman baru lagi, tapi kenapa jadi penjahat ini?

Seperti biasa selepas pelajaran kami pergi untuk makan siang, kali ini kami tidak cuma duduk berdua karena Violet dan Nadira juga bergabung bersama kami. Mereka berdua sangat ramah dan baik jadi aku senang mereka bergabung bersama kami.

Aku sedang sibuk makan pada waktu itu, aku sangat lapar karena efek kurang tidur aku jadi lupa kalau belum sarapan.

"Nah itu dia, akhirnya datang juga" kata putri Sandrina.

"Dia datang - dia datang" kata violet

"Aku tidak percaya ternyata dia juga sekolah disini?" Violet dan Nadira terdengar sangat senang. Aku tak menghiraukan mereka dan terus sibuk makan saat aku mendengar suara langkah mendekat.

"Kenapa kalian lama sekali sih?" kata putri

"Maaf, itu karena orang ini sulit sekali diajak kesini" itu suara Nathan.

Aku mendengar suara gaduh disekitar kami, aku jadi penasaran. Aku mendongak untuk melihat orang yang datang bersama Nathan, dan saat mata kami bertemu aku benar-benar terkejut. Mati aku!

"Ella perkenalkan ini Alexis, temanku sejak kecil" kata putri menunjuk ke orang itu, ternyata bukan hanya aku saja yang terkejut karena orang itu juga sama.

" Alex ini adalah Elliana yang aku ceritakan kemarin " putri memperkenalkan aku padanya.

"Dan ini adalah Violet dan Nadira kau masih ingat kan, teman SMA kita" Alexis menoleh pada mereka berdua tanpa berbicara dia menarik kursi untuk duduk disamping Nathan.

Orang itu duduk dan menatap kearahku, lalu dengan senyum yang aneh dia berkata "Jadi ini orang yang bernama Elliana?"

Aku tersedak makanan saat dia mengatakannya. Aku menenangkan diriku dengan meminum segelas air. Kenapa _ kenapa dari jutaan orang di ibukota Arthya harus orang ini yang menjadi temanmu putri? itu sangat menyedihkan.

Setelah Nathan dan Alex datang ke meja kami, meja kami menjadi semakin ramai, satu persatu orang akan datang dan bergabung, itu karena mereka tertarik pada pangeran Alex. Si rambut kuning dan gengnya juga tidak ketinggalan, sejak Alex datang matanya tak pernah lepas darinya.

"Pangeran Alex kenapa kau pergi lebih awal pesta kemarin, padahal kan pesta baru saja dimulai" Lily berbicara dengan suara lembut, kontras sekali dengan caranya berbicara dengan kami kemarin.

"Benar sekali Alex, kau buru-buru sekali kemarin kau pergi kemana?" tanya Daniel teman sekelas kami.

"Ada urusan kemarin" jawabnya dengan ekspresi datar, tapi matanya melirik kearahku sekilas. Aku menunduk secara reflek.

Aku tak tahu kenapa aku begitu takut pada Alex, padahal dengan beladiri yang ku kuasai aku bisa saja mengalahkan dia dengan sekali banting atau bisa juga aku menendang dia sampai jatuh, tapi semalam seolah aku kembali jadi gadis umur sepuluh tahun yang tidak bisa apa-apa didepan raksasa.

Saat ini kami sedang duduk dikelas sejarah dan sedang mendengarkan pelajaran dari profesor Alberto, tapi aku merasa tertekan dengan pandangan orang-orang kearah ku terutama para gadis yang sedang memandangku dengan iri, kalau tatapan mata bisa melukai saat ini aku pasti sudah mati dengan seratus luka tusukan.

Ini bukan salahku, semua ini gara-gara sibrengsek Alexis itu. Aku dan putri Sandrina baru saja masuk kekelas untuk mengikuti kelas sejarah, sesuai kebiasaannya putri suka duduk didepan agar bisa lebih fokus belajar. Sandrina duduk disebelah kiri dan aku duduk disebelah kanannya siapa yang tahu kalau Alex juga akan datang kekelas dan langsung duduk disebelahku, aku sama sekali tidak mengerti dari sekian banyak kelas dan bangku kenapa dia harus duduk disebelahku?? dia pasti sengaja menyiksaku.

Jangan pedulikan itu, aku harus fokus mendengarkan profesor.

"Astrea awalnya dibangun oleh Lima orang yang memiliki bakat yang istimewa, sayangnya seiring waktu berjalan semua kemampuan istimewa itu hilang dan tidak dapat diwariskan pada anak dan keturunan mereka. Saat ini hanya peninggalan mereka yang tersisa sebagai bukti keberadaan bakat istimewa mereka" Profesor menerangkan.

"Ada beberapa peninggalan dari para leluhur yang paling terkenal, diantaranya adalah pohon putih yang tumbuh di Istana negara, ini adalah pohon pertama yang ditanam oleh mendiang Raja Oliver waktu pertama kali datang ke Astrea ribuan tahun yang lalu, dan pohon itu masih hidup hingga sekarang. Dan ada juga gerbang teleportasi yang dibangun oleh Tuan Louise Cornelius dari Istana timur"

Suara ketukan pena Alexis diatas meja membuyarkan konsentrasiku, dibawah pena itu terdapat kertas dan diatas kertas itu tertulis kata "Tanggung jawab" tiba-tiba kepalaku jadi terasa sakit memikirkannya, apa maksudnya itu? kenapa aku merasa kata-kata ini terdengar salah?

Dia orang yang pertama kali membuat masalah dihidupku, aku melakukan itu hanya untuk membela diri, dan juga mana aku tahu kalau lukanya akan membekas! hah.. tiba-tiba aku jadi merasa bersalah.

Gara-gara Alex sisa dari pelajaran pada hari itu berlalu begitu saja tanpa bisa masuk ke kepalaku, aku merasa seperti lemah otak.

Seperti biasa setelah belajar selesai aku mengantarkan putri Sandrina sampai masuk mobil, ku tunggu sampai mobil melaju baru aku pulang.

"Ternyata dunia ini sempit ya?" kata sebuah suara dibelakangku, jantungku melonjak begitu aku mendengar suaranya, tanpa menoleh pun aku tahu suara siapa itu.

"Siapa sangka orang yang aku cari selama Tujuh tahun muncul dengan sendirinya dihadapanku"

Kukatakan pada diriku sendiri agar tidak melarikan diri, tidak lagi, aku tidak boleh terlihat lemah kalau tidak dia akan terus mempermainkanku.

"Apa lagi yang kau inginkan Pangeran?" kataku sambil berbalik, aku tak bisa menyembunyikan nada kesal dalam suaraku, saat itu aku lihat Alex sedang bersandar di pilar dengan kedua tangan terlipat didadanya.

"Tidak ada " jawabnya tenang "Aku hanya ingin agar kau datang ke taman itu malam ini pukul tujuh"

Aku sudah hampir membuka mulutku untuk menolak saat pangeran Alex meneruskan

"Kalau kau tidak datang, akan kukeringkan air didalam kolam itu" Alex melangkah pergi lalu menghilang kedalam mobil mewah warna biru.

"Kau orang jahat!!! " teriakku, aku benar-benar kesal "Sialan" umpatku dalam hati. Apa yang harus kulakukan? dia pasti sudah merencanakan sesuatu, aku terus berfikir selama dalam perjalanan pulang.

Pada akhirnya kuputuskan untuk pergi. Setelah mengatakan alasan yang masuk akal pada ibu aku datang kembali kekolam itu, tak lupa aku membawa pisau lipat didalam saku celanaku untuk berjaga-jaga.

Saat aku sampai Alex sedang duduk diatas batu menghadap kekolam, malam ini dia memakai kaus lengan panjang berwarna biru dan celana panjang warna hitam kedua tangan dilipat kedepan dengan ekspresi datar, tiba-tiba aku jadi teringat sebuah ungkapan "Iblis dengan tampang malaikat" entah mengapa aku merasa itu sangat cocok untuknya.

"Kau datang?" katanya tiba-tiba sambil menoleh "Sepertinya kau lebih menghawatirkan kura-kura itu dibandingkan keselamatanmu sendiri" Alex bangkit dari atas batu dan turun.

"Cepat katakan kau mau apa?" kataku

Dia terkekeh "Jangan terburu-buru" katanya

Tapi aku sudah tidak sabar aku harus segera pulang. "Dengar pangeran soal luka ditanganmu itu aku minta maaf, aku tidak sengaja lagi pula waktu itu aku hanya membela diri"

"Bukan untuk itu aku menyuruhmu datang malam ini" katanya.

Benarkah? kalau bukan karena itu lalu untuk apa?

"Kalau kau ingin aku menyerahkan Awan padamu lupakan saja, aku tak akan melakukannya" "Karena seperti yang kukatakan waktu itu dia bukan milikku, dan sepertinya Awan juga tidak menyukaimu"

"Awan, siapa awan?" Alex mengerutkan kening berfikir "Ah.. jadi kura-kura itu namanya Awan?"

"Tapi bukankah itu aneh, kalau kau bilang dia bukan milikmu kenapa dia hanya mau muncul dihadapanmu?" tiba-tiba Alex maju dua langkah

"Siapa kamu sebenarnya, mengapa hanya kamu yang bisa memanggil kura-kura itu?" Secara spontan kakiku melangkah mundur. "Karena sepengetahuanku kura-kura perak adalah hewan peliharaan keluarga mendiang Ratu Rosalina secara turun temurun".

Untuk sesa'at aku terdiam, aku bingung harus menjawab apa karena aku sendiri tidak tahu alasannya

" Kalau kau tanya siapa aku, aku adalah anak dari salah seorang pelayan yang pernah bekerja diistana ini, bahkan nenekku pun dulunya juga bekerja pada keluarga mendiang Ratu Rosalina, jadi kurasa Awan merasa familiar pada wajahku"

"Sebutkan harganya!"

"A_apa, apa maksudmu?" aku bingung

"Berapa pun akan kubayar asal kau serahkan hewan itu" dia mengatakannya dengan santai

Aku temukan diriku dipenuhi dengan amarah karena kata-katanya itu, mentang-mentang dia kaya memangnya dia fikir semua hal didunia ini bisa dibeli dengan uang? kukepalkan tanganku erat-erat menahan amarah dan sambil menggigit gigiku aku berkata

"Pangeran Alex, kalau ada seseorang yang ingin kau menjual keluargamu apa kau akan memberikannya"

"Tentu saja tidak!"

"Kalau begitu kau sudah mendapatkan jawabannya" aku segera berbalik dan pergi.