Aku tidak suka pesta, sebenarnya aku memang tidak pernah pergi kepesta jenis apa pun juga mungkin karena tidak terbiasa hadir aku jadi tidak suka pesta.
Melihat banyak orang dalam satu tempat membuatku merasa pusing apalagi melihat mereka menari, dan aroma parfum yang bercampur jadi satu membuatku merasa mual. Oh ya ampun ku akui aku memang kampungan!
Sepertinya putri melihatku tidak nyaman karena dia bertanya "Kau kenapa Ella, apa kau sakit?"
Aku menggeleng "Cuma agak pusing saja" kataku sambil duduk dikursi.
"Apa kau mau pulang? biar kuminta supir untuk mengantarmu" putri terlihat cemas. Aku hampir menolaknya tapi putri kembali berkata "Tak perlu menghawatirkan aku, aku punya delapan pengawal disini jadi aku pasti aman"
"Benar ada aku juga, aku pasti akan melindunginya" kata Nathan yakin. Putri yang mendengarnya jadi tersipu malu karenanya.
Aduh.. melihat drama romantis ini membuat perutku jadi lebih mual, yah beginilah nasip gadis tunggal. Akhirnya aku setuju diantarkan pulang tapi dalam perjalanan pulang aku jadi berubah fikiran, karena ini masih belum terlalu malam aku bermaksud untuk mengunjungi Awan sebentar. Sudah beberapa hari aku belum datang mengunjunginya alasannya karena aku tidak bisa menyelinap keluar dari rumah, aku tidak punya alasan yang cukup untuk ku katakan pada ibuku.
Malam ini adalah kesempatan untukku.
Sopir menurunkan aku dipinggir jalan dekat dari rumahku, dari sana kemudian aku melanjutkan perjalanan menuju ke istana pelangi. Malam ini untungnya cahaya bulan sedang sangat terang jadi aku sama sekali tidak membutuhkan senter untuk menerangi jalan. Setelah masuk melalui lubang aku bisa dengan mudah menemukan jalan menuju kekolam.
Sampai disana aku menuju batu yang paling dekat dengan kolam lalu segera memanggil Awan dengan cara seperti biasa.
Awan menyembul dari dalam air sesaat kemudian, seperti biasa dia kelihatan sangat senang. Ketika sedang asik bermain dengan kura-kura tiba-tiba telingaku menangkap sebuah suara sebuah objek yang bergerak, tikus kah? sepertinya bukan ini lebih besar, aku jadi takut! tidak mungkin ada serigala atau harimau ditempat ini kan?
Saat aku sedang bertanya tanya sesosok mahluk tiba-tiba muncul dihadapanku dengan diterangi cahaya bulan dia tampak bersinar. Rambut hitam berkilau, kulit putih bersih, tatapan mata yang tajam, jembatan hidung tinggi dan bibir yang kemerahan. Aku tertegun melihatnya tapi sesaat kemudian terkesiap, bukankah dicerita-cerita hantu itu pertama kali selalu menampakkan diri dengan sosok kalau tidak terlalu cantik ya terlalu tampan, dan yang satu ini jelas yang kedua.
Hantu!! apa dia hantu??? aku berfikir. Tunggu dulu kakinya menginjak tanah berarti bukan, tapi ekspresinya sangat dingin seperti orang mati. Jadi dia hantu atau bukan?
"Akhirnya aku menemukan mu" dia berbicara padaku, bibirnya membentuk sebuah senyuman melihat senyuman itu membuatku jadi merinding.
"Kau... siapa? apa aku mengenalmu?"
"Kau tidak mengingatku?" dia bertanya, aku maju dua langkah untuk melihatnya lebih jelas tapi karena aku tidak merasa kenal jadi kemudian aku menggeleng.
"Benar juga sudah tujuh tahun, banyak yang berubah kalau tidak melihatmu di tempat ini aku juga tidak akan mengenalimu" orang itu nembuka kancing pakaian dipergelangan tangan kirinya lalu menggulung lengan pakaiannya dua kali.
"Mungkin ini bisa menyegarkan ingatanmu" pemuda itu mendekat lalu memperlihatkan punggung tangannya. Tepat dibawah pergelangan tangannya yang putih aku melihat sesuatu, sebuah tanda berbentuk seperti bintang.
"Apa ini ,sebuah tanda lahir?" tanyaku
"Bekas luka " jawabnya dingin.
Tiba-tiba sebuah gambar muncul dikepalaku, kejadian yang terjadi sudah lama sekali, saat aku baru berusia sepuluh tahun. Pada saat itu sama seperti malam ini aku sedang berada di tepi kolam dan sedang bermain bersama Awan, tiba-tiba entah dari mana muncul seorang bocah laki-laki berpakaian bagus.Dia berteriak sambil menunjuk ke kolam.
"Lihat! itu kura-kura perak, aku belum pernah melihat yang seperti itu, dimana dia tadi aku melihatnya disini?" anak nakal itu mengobok-obok air kolam.
"Hei.. hentikan itu kau membuatnya takut!"
"Dimana kura-kura itu cepat panggil dia" anak itu berteriak padaku sambil berkacak pinggang.
"Apa yang kau lakukan? jangan diam saja cepat panggil dia dan serahkan padaku, aku menginginkannya!!"
Aku terkejut mendengarnya, dia menginginkan Awan?
"Tidak!! dia bukan milikku dan dia juga bukan milikmu, kau tak bisa mengambilnya " aku ikut berteriak, anak ini pasti sudah gila fikirku.
"Beraninya kau membantah perintahku" anak itu memelototiku "Apa kau tidak tahu siapa aku??"
"Aku adalah pangeran Alexis Cornelius, cucu dari mendiang Raja Cornelius kau dengar aku?" "Apa pun yang aku inginkan harus aku dapatkan"
Aku sangat terkejut saat mengetahui identitas dirinya, aku bisa dalam masalah besar. karenanya aku lakukan apa yang kuanggap benar yaitu melarikan diri sejauh jauhnya dari penjahat ini.
Dia mengejarku saat aku berlari dan berhasil menangkap tanganku.
"Mau lari kemana kamu?" "Cepat berikan dia padaku, kalau tidak akan aku kurung kamu dipenjara bawah tanah dan setiap hari kamu akan dicambuk seratus kali sampai kamu mati"
Tatapan matanya menyeramkan ditambah dengan kata katanya membuatku jadi semakin ketakutan "Matilah aku, matilah aku " fikirku
Aku meronta dan berusaha lepas sekuat tenagaku tapi tetap tak berhasil sementara anak itu sedang berteriak teriak memanggil para penjaga. Tubuhku semakin gemetar karena ketakutan, yang ada difikiranku saat itu adalah bagaimana caranya agar bisa lepas dari tangan anak ini secepatnya, tanpa fikir panjang aku mencabut tusuk rambut yang sedang aku pakai lalu menusukkannya ketangan bocah itu sekuat yang aku bisa.
Pangeran kecil berteriak kesakitan dan melepaskan tangannya dariku, aku mengambil kesempatan ini untuk kabur secepatnya keluar dari taman lalu berlari pulang, aku tak berani berhenti biarpun cuma sebentar karena takut mereka akan berhasil menangkapku.
Sesampainya dirumah aku melihat orang tuaku sedang mengemas barang-barang kami, mereka bilang kami akan pindah kedesa besok untuk mengobati penyakitku. Karena kami akan pindah besok aku berfikir tak perlu menceritakan kejadian ditaman pada mereka karena aku yakin setan kecil itu tak akan bisa menemukan kami. Tapi ibu sangat marah waktu tahu aku menghilangkan tusuk rambut kesayangannya, aku yakin kalau benda itu jatuh ditaman istana tapi aku tak mungkin kembali kesana untuk mencarinya.
"Jadi kau_ kau adalah... " penjahat kecil itu tambahku dalam hati. Dia menyeringai, melihat itu aku kembali merinding. Secara spontan kakiku mundur beberapa langkah, rasa takut yang aku rasakan hari itu kembali lagi.
Kenapa aku melupakan peristiwa itu? ba_bagaimana bisa? sekarang karena kebodohanku itu aku kembali bertemu dengan orang jahat ini. Sekilas aku melirik kekolam saat melihat Awan tidak muncul aku sedikit merasa lega.
Aku harus segera pergi dari sini, jadi aku berbalik dan lari dengan cepat meskipun jalan keluar sebenarnya ada disisi lain. Tapi sial kakiku tersandung akar pohon dan aku terjatuh, aku mencoba bangkit dari tanah sambil meringis kesakitan saat mencoba kembali berlari dia menangkap tanganku kedua-duanya.
"Mau kemana kau, mencoba kabur lagi?" Sebuah garis senyum terbentuk diwajah Alexis, aku menangkap rasa kemenangan dibalik senyuman itu.
"Kau harus membayar apa yang telah kau lakukan padaku, karena kau aku harus menanggung bekas luka ini seumur hidupku" katanya dengan suara dingin.
Cowok ini ingin membalas dendam padaku, dia pasti akan mengurungku dipenjara bawah tanah dan menghukumku dengan hukuman cambuk sampai mati.
Tubuhku gemetar ketakutan dan kepalaku tak bisa berfikir dengan jernih, tiba-tiba aku jadi ingin menangis. Saat itu aku baru sadar kalau cengkraman ditanganku mengendur, kepalaku mendongak, saat itu ekspresinya sangat aneh aku tidak dapat mengerti artinya.
Tak ingin kehilangan kesempatan aku menarik kedua tanganku lalu berlari menuju ke lubang, aku tak ingin tertangkap lagi. Bahkan sampai keluar dari lubang aku masih belum merasa tenang, sesekali aku menengok kebelakang untuk memastikan dia tidak mengejarku.
Aku masuk kekamarku lalu menguncinya dari dalam bahkan sampai aku berbaring ditempat tidur jantungku masih berdetak dengan kencang.
Bagaimana bisa peristiwa tujuh tahun yang lalu terulang kembali dalam hidupku?.
Apa orang itu benar-benar pangeran dari keluarga Cornelius? semoga saja dia hanya orang gila yang mengaku-ngaku. Tapi Awan masih ada disana apa dia masih menginginkan kura-kura itu? sudah bertahun-tahun berlalu tapi dia masih belum bisa mendapatkan kura-kura itu jadi kurasa Awan memang sangat pandai bersembunyi.
Bagaimana caranya agar aku masih bisa bertemu dengan Awan tanpa harus berjumpa dengan orang aneh itu lagi, haruskah aku memindahkan Awan? tapi kemana, dan bagaimana caranya?
Fikiran ini terus menghantuiku sepanjang malam dan aku tidak bisa tenang hingga tanpa kusadari hari sudah pagi.