Setelah pelajaran selesai aku dan putri Sandrina pergi ke kafetaria untuk makan siang, karena hari ini aku punya uang aku ingin membeli pasta favoritku. Selesai memesan kemudian kami mencari tempat duduk disudut yang ada disamping jendela.
Isi nampanku adalah satu porsi pasta dengan toping jamur dan segelas jus jeruk, sedangkan nampan Sandrina berisi seporsi salad dan segelas jus berwarna hijau. Aku mengerutkan kening, memang apa enaknya makan daun daunan?.
Aku hampir memasukkan satu sendok penuh pasta saat aku sadar kalau putri tidak memakan saladnya tapi malah memperhatikan piring pastaku.
"Kenapa kau tidak makan, Putri apa kau tidak enak badan?"
Dia menundukkan kepalanya dan tersenyum malu "Aku bosan makan salad, aku ingin makan pasta juga"
"Kenapa tidak pesan saja, mau aku ambilkan?" lagi pula dia kan kaya tidak mungkin kan dia tidak bisa beli satu makanan lagi?
"Tidak terima kasih, menu makananku sudah diatur jadi aku hanya bisa makan makanan yang sudah dijadwalkan oleh ibuku" raut wajahnya jadi terlihat sedih, aduh tidak enak ya jadi putri.
"Padahal aku ingin makan makanan lezat yang lain juga"
Aku berbisik pada putri, "Bagaimana kalau kita bertukar makanan?" aku memperhatikan keadaan sekitar setelah yakin aman aku menukar makanan kami, demi membuat Sandrina bahagia aku rela deh makan daun-daunan itu.
Putri masih terlihat bingung dengan yang kulakukan, dia memandangku bengong.
"Apa kau yakin?" bisiknya beberapa saat kemudian, aku mengangguk dua kali. Dia terlihat senang, setelah Sandrina memastikan tak ada yang memperhatikan kemudian dia memakan pasta itu dengan cepat seolah takut pasta itu akan direbut dari tangannya. Aku jadi ingin tertawa melihatnya dan aku pun akhirnya terpaksa harus makan daun-daunan itu, hmm diluar dugaan salad itu ternyata enak juga.
Kami baru saja selesai makan saat beberapa orang datang menghampiri kami, mereka adalah kelompok yang menumpahkan eskrim diseragamku kemarin, mau apa lagi mereka sekarang?
"Putri Sandrina kenapa kau harus duduk disini, duduklah bersama kami" gadis ini berambut kuning dengan ikal besar, langsung duduk dihadapan kami sedang dua gadis lainnya berdiri dibelakangnya, wah sekali lihat saja aku tahu kalau dia ini ketua geng.
"Hai Lily perkenalkan ini teman baruku Elliana" gadis yang bernama lily ini menatapku dari atas kebawah "Ella perkenalkan dia ini Lily, yang dikirinya Caroline sedang yang dikanannya Isabelle" putri Sandrina memperkenalkan satu persatu.
"Ku dengar kau ini yang menolong Putri Sandrina kemarin ya?" kata gadis yang bernama Isabelle, gadis yang ini memiliki rambut yang berwarna merah menyala sedangkan warna kulit yang dia miliki sedikit gelap.
"Benar" jawabku
"Dari keluarga mana kau berasal" tanya Caroline
Mau apa dia tanya tanya keluargaku? "Hector" jawabku malas
"Hector? " kata seorang cowok lewat yang mendengarkan pembicaraan kami "Pantas saja, keluarga Hector memang terkenal sebagai pengawal hebat secara turun-temurun"
Lalu teman disebelahnya ikut berkata "Jadi apa kau juga seorang pengawal wanita?"
"Bisa dibilang begitu" siapa sih mereka tiba tiba muncul begitu saja?
"Bukankah itu hebat?" kata cowok itu pada temannya, temannya mengangguk "Ya itu hebat"
Lily tampak tak senang melihat mereka memujiku, lalu dia mengusir cowok cowok itu dari meja kami. Hei bukankah kalian bertiga juga harus pergi dari sini? kalian itu mengganggu.
Lily melihat Sandrina tersenyum bangga melihatku dan Lily terlihat tidak senang "Memang apa hebatnya anak seorang pelayan?"
"Anak pelayan apa maksudmu?"
"Aku dengar dari Ayahku katanya Hendry Hector yang terkenal itu menikahi seorang pelayan dari istana pelangi lalu memiliki seorang anak lelaki dan seorang perempuan, mereka orang tuamu kan?" kata Lily
Kenapa sih setiap kali gadis ini berbicara selalu saja mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati?, aku jadi curiga kalau setiap hari orang ini sarapannya duri. Tapi aku tidak boleh marah, gadis kakanak - kanakan seperti ini tidak perlu diladeni, buang buang waktu.
Aku tersenyum ringan dan menatap matanya.
"Memangnya kenapa kalau itu benar?, aku yakin tak ada satupun dari kalian yang bisa hidup tanpa pelayan, benar kan? " matanya memelototiku.
"Sebenarnya kami masih ingin berbincang dengan kalian tapi sayangnya aku dan Putri Sandrina harus segera kembali kekelas, kami tidak ingin membuang waktu kami untuk sesuatu yang tidak berguna" lalu aku berdiri " Mari kita pergi dari sini Tuan putri".
Putri Sandrina terkikik melihat tampang mereka bertiga, tapi tiba-tiba dia terlihat kuatir
"Apa kau baik-baik saja Ella? "
Aku tersenyum "Tentu saja " jawabku, sebenarnya aku tidak sedang baik-baik saja, aku sedang marah saat ini.
Setelah sekolah usai aku mengantarkan putri Sandrina sampai kemobil sebelum mobil berjalan putri menyerahkan sebuah bungkusan dari dalam mobil, dia bilang agar aku memakainya saat pesta penyambutan murid baru besok. Setelah Sandrina pergi aku membuka bungkusan itu yang ternyata adalah sebuah gaun yang cantik, tentu saja aku akan memakainya soalnya aku tidak punya gaun yang lain hehe.
Aku jadi merasa tidak enak baru juga sehari bekerja sudah mendapatkan hadiah.
Sesampainya di rumah aku menceritakan tawaran pekerjaan yang ku terima hari ini, ayahku mendukung sedangkan ibuku melarang, dia takut kalau aku juga akan berada dalam bahaya karena menerima pekerjaan ini. Ibu juga khawatir kalau aku akan kembali jatuh sakit, tapi aku yakin kalau aku sudah sembuh sekarang sejak mengkonsumsi benda itu, karena sudah tiga tahun aku tidak pernah sakit lagi.
"Ayolah Ibu mana ada pekerjaan yang semudah ini? ini seperti membunuh dua burung dengan satu batu, yang kulakukan cuma belajar bersama putri dan juga bermain bersamanya tapi aku bisa mendapatkan gaji yang besar "
"Kalau dari sudut pandangmu memang mudah, tapi apa sepadan dengan resikonya? Ratu Erica itu punya banyak musuh" kata ibu
Sebenarnya agak sulit untuk membujuk ibuku tapi karena ayah dan kakakku juga mendukung akhirnya ibu pun setuju juga.
Hari berikutnya disore hari.
Aku memakai gaun nila pemberian Sandrina anehnya gaun panjang itu pas dengan ukuran tubuhku seolah gaun itu memang sengaja dibuat untukku, lalu ibu membantu menyisir rambutku bahkan dia memberikan bedak tipis pada pipiku.
Aku memandangi diriku dicermin "Apa aku terlihat cantik Ibu? "
"Tentu saja " kata ibu "Puteri ibu memang cantik" ibu mengangkat jempolnya sambil tersenyum.
Aku jadi senang ibu memujiku dan senyumku jadi lebih lebar. Karena hampir malam ayah mengantarkan aku ke sekolah naik bis dia bilang agar menelfonnya kalau pesta sudah selesai dan dia akan menjemputku tapi aku bilang aku akan menumpang mobil temanku nanti jadi dia tak perlu menjemputku.
Ketika sampai aula sudah ramai dengan orang orang yang berpakaian cantik, kulepaskan mantelku ditempat penyimpanan lalu aku mencari Sandrina, yah karena hanya dia satu satunya kenalanku jadi kalau bukan mencari dia siapa lagi.
Aku menemukan putri di tengah pesta sedang berdiri disamping Nathan dan dikelilingi oleh banyak orang. Aku yakin kalau mereka berdua itu sebenarnya sepasang kekasih, tapi mereka sedang merahasiakan nya.
Putri Sandrina tersenyum saat dia melihatku mendekat "Wah.. kau kelihatan cantik, sudah kuduga kalau gaun itu cocok untukmu "
"Apa kau tidak berdandan?" tanya seorang gadis imut di samping putri "Tapi meskipun begitu kau tampak cantik, kulitmu sangat halus "
Aku mundur satu langkah waktu dia menyentuh wajahku "Maaf aku agak tidak nyaman " kataku saat melihat dia terkejut.
"Oh tidak masalah ini memang salahku " katanya sambil tersenyum " Perkenalkan namaku Violet "
"Hai namaku Elliana "
"Dan namaku Nadira " aku terkejut karena tiba-tiba seseorang mengulurkan tangan dan orang itu muncul dari belakangku .
"Oh.. kau terkejut ya, maaf aku terlalu bersemangat tadi " katanya. Kulihat dari ekspresinya sepertinya dia memang tidak sengaja
"Tidak apa-apa hanya sedikit terkejut " jawabku
"Kebetulan kau disini aku sedang ingin memperkenalkanmu pada satu orang lagi " kata Sandrina sambil menoleh kesana kemari seperti sedang mencari seseorang. "Kemana lagi sih anak itu, cepat sekali menghilangnya?"
"Jangan marah padanya " kata Nathan sambil tertawa "Kau tahu kan kalau dia itu memang tidak suka menghadiri pesta seperti ini jadi wajar kalau dia pergi"
"Ya sudahlah " putri menghela nafas "Akan kukenalkan padamu besok disekolah"