Seperti rencana awal, malam ini TCW nginap di rumah Stella.
Perlengkapan dan atribut sekolah ketiganya sudah selesai di siapkan di ruang ganti Stella Oleh Bi Narti (ART di rumah Stella).
Tadi sewaktu datang, seragam batik sekolah untuk hari rabu Luysa dan Niken masih kotor, makanya Bi Narti langsung mencuci dan menyetrikanya.
Jadi besok sudah tinggal di kenakan.
Memang selama ada Bi Narti, rumah Stella jauh berbeda.
Bi Narti sangat telaten atas pekerjaannya, Bi Narti juga sangat ramah, pokoknya selama ada Bi Narti, Stella menjadi lebih gemukan karena doyan makanan Bi Narti yang super woenak dan higienis.
Rumah Stella yang gedongan tapi kelihatan Lusuh juga jadi hidup sekarang, maksudnya perabot dan bunga hias yang selama setahun terakhir dibiarkan begitu saja. Sekarang dibenahi oleh Bi Narti.
Bahkan Bi Narti juga membuat taman di depan dan belakang pekarangan, bunga-bunga yang Indah berjejer disepanjang taman.
Bi Narti memang utusan terbaik Tuan Kill.
Apalagi selama sebulan ini Bi Narti akhirnya mulai menginap, katanya adiknya dari kampung datang, makanya ada yang menjaga anak-anaknya dirumah.
Usai dengan urusan seragam TCW, Bi Narti kembali ke Pantry untuk menyiapkan makan malam.
Luysa menghampiri Bi Narti "Bi Narti, buatin Luy Orange Juz dong" pintanya manja dibalik kursi bartender.
Bi Narti tersenyum "Baik Non, bibi buatin"
Luysa ikut tersenyum.
"Pakek susu ,gula apa madu campurannya Non?" tanya Bi Narti.
Dahi Luysa berkerut bingung "kalo yang biasa Bibi buat pakek apa enaknya?" ucapnya malah balik bertanya.
Bi Narti pura-pura berpikir, hendak menggoda Luysa.
"Kok malah mikir Bi?"
Bi Narti tersenyum " Non .. non.... "
"Idih malah ketawa, Bi Narti sama aja sama mereka" omel Luysa sembari menunjuk kedua sahabatnya yang baru saja hadir di bartender dan duduk disebelah kiri dan kanannya.
"Eh ada apa sama kita, kenapa kita disama-sama in" protes Niken
"Kan emang kalian berdua tuh seneng banget ketawain gue!" Tukas Luysa
Stella, Niken dan Bi Narti saling tatap, mungkin ketiganya bingung. Kira-kira kali ini kiblat pemahaman Luysa kearah mana?
"Bi Narti ketawain luysa kenapa?" tanya Stella
Bi Narti mengidikkan bahu, "Gak ngerti juga Non, tadi bibi hanya tersenyum bukan tertawa" terangnya yang diujung kalimatnya terdengar ingin tertawa.
Luysa dengan cepat merespon " tuhkan, Bi Narti emang ketawain Luyy!" rengeknya.
"Mana ada tertawa, Bi Narti emang suka nyegir Luysa, makanya jangan baperan!" tambah Niken
Luysa kembali mendesis "Gue gak Baperan Nikeennn, Lo orang aja tuh yang seneng jadiin gue leluconan!"
Ditengah Luysa yang mulutnya semakin monyong, Bi Narti tiba-tiba menyodorkan tiga gelas orange Juz di atas meja bar.
"Silahkan Non Luy, itu campurannya madu Original dari kampung Bibi" ucapnya usai menyuguhkan.
Dengan wajah yang masih kesal Luysa menyeruput orange juz buatan Bi Narti.
Seteguk saja, wajah mesem Luysa berubah jadi sumringah.
"Gimana Non suka?" tanya Bi Narti
Luysa hanya mengangguk antusias lalu kembali fokus pada orange juz yang sedang Ia minum sampai tetes terakhir.
"Seger banget" puji Niken
"Siapa dulu ART dirumah Stella mah ter best lah!" tambah Stella pamer.
"Sombong amat!" ucap Niken dan Luy kompak. Stella mesem.
Lalu menyenggol lengan luysa "eh jadi gimana tadi sama Bibi yang ketawain Lo, huh?" godanya.
"Mana berani Bi Narti ketawain Gue, gak adalah, tadi Bi Narti senyum aja kok!" bantah luysa yang membuat Stella dan Niken mendesis
"Dasar aneh" semprot Niken.
"Bi nanti jam 8 yah kita kebawah makan malam, mau salat dluh" ucap Stella
"Nanti kalo Bibi udah beres langsung balik ke kamar aja, nanti kita kebawah urus makan sendiri, bibi cukup siapin di meja aja!" lanjutnya sembari bangkit dari kursi.
"Aman Non!" jawab Bi Narti ramah.
"Yaudah kita keatas dulu ya Bi" pamit Stella diikuti kedua sahabatnya.
"Thanks Bi," bisik Luysa lalu berjalan menyusul Stella dan Niken.
****
Salat Maghrib dan Isya sudah dilaksanakan Stella dan Luysa, sedang Niken dia seorang Nasrani, jadi tidak ikutan.
Tapi meski begitu, Niken selalu menghargai waktu kedua sahabatnya ketika sedang beribadah, seperti salat, tadarusan atau hal-hal islami lainnya.
Begitu juga dengan Stella dan Luysa, keduanya selalu menghargai apa yang Niken lakukan dan apa yang Niken makan meski berbeda dengan kebiasaan dan keyakinan mereka.
Bagi ketiganya, persahabatan mereka bukan tentang cantik/pintar/kaya apalagi tentang agama. mereka bersahabat atas dasar hati nurani.
Pertemuan mereka dibangku sekolah menengah pertama, benar-benar real.
Tidak ada satu hal apa pun yang pernah membuat mereka merasa saling tidak pantas.
Contohnya, ketika tadi Stella puasa, Niken juga ikut berpuasa. Meski di agamanya tidak ada anjuran berpuasa. Namun baginya menemani Sahabatnya berpuasa itu salah satu kebaikan menurut keyakinannya, dan jelas tidak ada larangan.
****
Jam sudah menunjukan pukul 20 kurang 10Menit.
Waktunya Makan malam!
Ketiganya siap menyantap makan malam buatan Bi Narti.
"Kalo makan malam kek gini dirumah, gue mah mending makan dirumah aja!" ucap Luysa memuji dengan mulut yang masih mengunyah.
Niken tertawa "dasar rakus!" sindirnya
Luysa menyunggingkan sebelah bibirnya keatas, mengejek Niken, sedang Stella hanya bisa tertawa geli menghadapi perdebatan kedua sahabatnya hari ini.
****
Makan malam usai, ketiganya kembali ke lantai atas, kamar Stella.
Niken asyik nonton film Action sembari rebahan disofa panjang bawa Queen Size Stella.
Luysa bergelut dengan majalah beauty of the day di atas Queen Size ,sedang Stella sibuk mengobrol dengan seseorang Lewat telpon.
****
STELLA!
"Yah gue tau, ini juga lagi usaha" ucapku pada lawan bicara di seberang telepon (Galih!).
Menjengkelkan ketika berbicara dengan Galih tapi bukan bahas tentang Kita tapi malah bahas Akan kuliah dimana aku.
Sebenarnya aku bukan tipikel cewek romantis apalagi bucinan, yang mau telponan sambil sayang-sayangan.
Aku hanya merasa kesal aja, harusnya Galih kan bisa banyak bertanya tentang bagaimana keadaan aku. Apa karena Galih juga belajar hubungan seperti yang aku lakukan padanya. Makanya Galih juga Cuek kan?
Ah Entahlah!
Memang yah kata orang, Sering kali punya pasangan Serupa cerminan diri.
"Terus harus kemana gue? ke rumah Papah gak mungkin, ke Mamah apalagi!" eluhku.
Itukan pasti Galih kayak begitu, kalau tau aku dapat libur pasti dia bakalan minta aku ke rumah Papah biar gak dirumah aja, padahalkan sebenarnya dia bisa datang temani aku ketimbang aku jauh-jauh ke Tangerang lagi.
Kalau dia ke rumah, bisa bareng Niken dan Luysa juga.
"Libur seminggu doang, minggu tenang, dirumah aja deh sekalian persiapan gue." Ucapku.
Dan di seberang sana hening gak ada jawaban, entah lagi mikirin apa? mikirin jalan keluar selain aku harus dirumah aja kali?
"Hallooo, kok diem?" tanyaku, karena Masih gak ada respon dari seberang.
Lalu aku kembali memastikan sambungan telepon, apakah masih tersambung atau malah terputus.
Lima Menit ada, aku menunggu sampai akhirnya ada respon darinya.
"Yahh Oke, kalau emang kamu mau temenin, gue sih ikut!" jawabku.
Aku mengatakan itu sembari tersenyum. Bahagialah aku!
Akhirnya Opsi yang lebih baik datang juga.
"Oke baiklah, selamat istrahat. Gudnight"
Aku menutup panggilannya. Yah malam ini Galih seperti biasa menuntutku seperti maunya, hanya saja malam ini tidak sememaksa sebelum-sebelumnya.
Yah bagiku, udara balkon masih kalah dingin sama lelaki yang baru saja menelponku. Kekasihku tapi seperti manajerku. Galih Si tuan Pemaksa!
Aku meninggalkan balkon kembali kedalam, aku mencari Luysa entah hilang kemana.
Aku lihat Niken masih stand by di sofa dengan film Action yang merupkan salah satu mimpinya (ingin bermain Film Action).
Aku duduk disebelah Niken "Luysa mana?"tanyaku
Niken mengernyitkan dahi, menatapku serius "Udah telponnya?" tanyanya.
Aku mengangguk. dia berbalik sepersekian detik lalu kembali pada layar televisi.
"Cepet banget" gumamnya.
Aku meraih satu bungkus banana chips milik Niken "kayak gak tau gue sama Galih aja, gimana!" jawabku.
"Oh ya tanya Luysa kan, yah paling mungkin dia sedang mengobrak-abrik isi kulkas. seperti kebiasaannya" jawabnya tanpa menoleh ke arahku.
serius banget emang kalau udah nonton film acftion.
Finally aku ikutan nonton ketimbang tidur, masih jam 20.22 WIB juga.
Lima belas menit nonton bareng Niken, Luysa dateng, dia juga ikutan nonton. Duduk nyelinap ditengah-tengah aku dan Niken.
Tadi aku cari Luysa, sekarang terjawab sudah. Luysa dari Pantry.
Ada Sebotol orange juz dan Potatoz ditangannya, Ia bawa.
Alhasil kami nonton bareng, dengan cemilan dan orange juz tambahan dari Luysa.
*****