Chereads / Triangle! ( Trio Cynical Women) / Chapter 27 - Pilihan Luysa

Chapter 27 - Pilihan Luysa

Ruangan yang dipilih Luysa memang terbaik di cafe Roxy, sesuai dengan budget yang dikeluarkan Luysa pula yah tentunya.

"Lo mau bahas apa an sih Luy"

"Sampe ngajakkin kita ketemuan, milih privat room pulak!" tanya Niken.

Luysa, Niken dan Stella duduk di sofa berbentuk L yang ada di sudut ruangan, dimana belakang mereka terdapat dinding kaca polos nan besar yang menampakkan begitu jelas pemandangan Ibu kota dari Lantai lima belas gedung ini.

Cafe Roxy, memang berada dilantai tertinggi gedung, karena sebagian saham gedung ini adalah milik keluarga Ryan, makanya mereka bebas memilih bagian gedung yang ingin mereka gunakan sebagai tempat usaha.

Begitu jelas, betapa berminatnya anak-anak metropolitan ketika di suguhkan pemandangan Indah.

Bisa tetap menghirup udara meski berada di tengah kesibukan Ibu Kota adalah suatu keajaiban bagi mereka.

Cafe Roxy adalah salah satu Cafe yang memiliki layout paling Confort, berada di gedung tertinggi (Rooftop) begitu memukau, membuat pengunjung silih bergantian datang, membuat Cafe Roxy tak pernah sepi pengunjung!

"Selamat menikmati hidangannya Miss!" ucap salah satu waitres (Lelaki) yang cukup gagah pada Stella, Niken dan Luysa.

Waitres itu memakai seragam berbeda dengan ketiga waitres lainnya, bisa ditebak dia hight position dari ketiganya.

"Thanks" Niken yang menjawab sembari menatap kagum sang Waitres.

Sedang Stella dan Luy mulai mencicipi setiap hidangan yang mereka pesan.

"Ada tombol di sudut meja, bisa digunakan ketika butuh sesuatu" terang waitress itu lagi sembari menunjukkan posisi tombol.

Niken mengangguk paham, dan lagi-lagi tatapannya begitu tajam pada Sang Waitres.

Entah kenapa, akhir-akhir ini Niken menjadi sedikit lebih agresif dan asal terpesona, pertama ia tergila-gila oleh Pemilik Cafe ( Punkers) , lalu Joe Taslim (Om-Om), dan kini Kepala Pelayan ( low Kasta) pun dia Sukak!

Berbeda jauh dengan kebiasaan Niken sebelumnya.

Ada yang tidak beres dengannya, tapi sepertinya kedua sahabatnya belum sadar akan hal itu!

Lama mendapati dirinya ditatap begitu intens oleh Niken, membuat Sang Waitres jadi salah tingkah, Ia tersenyum sekali lagi pada Niken.

"Baiklah kami permisi" pamitnya undur diri sebelum Ia semakin terlihat tolol di hadapan ketiga gadis cantik itu.

Finally, Luysa dan Stella memberi senyum sedikit sebagai sopan santun, karena sedaritadi keduanya hanya sibuk dengan hidangan tanpa perduli pada ucapan sang waitres.

"Selamat bertugas Mas!" ucap Niken spontan dan membuat langkah pelayan-pelayan itu terhenti.

Lalu ke empatnya berbalik kembali menatap ketiga gadis itu, terutama Niken yang sudah mengucapkan sesuatu yang mengejutkan.

Sebutan Mas bagi Pelayan memang bukan hal biasa, apalagi ditempat semewah ini.

Nah, makanya ke-empat pelayan itu bengong. Terutama yang lelaki. Keduanya saling tatap. Kira-kira siapa diantara mereka yang dimaksud Niken?

Stella dan Luysa sontak menatap Niken penasaran,

"Mas yang mana?" tanya Luysa nyengir.

"Satu, dua!" hitung Stella pada ke empat pelayan.

Jadi dari ke empat pelayan ada dua yang lelaki, salah satunya kepala Pelayan yang berseragam berbeda, yang sedari masuk sudah membuat Niken terpukau.

"Jadi Mas yang mana?" lanjut Stella dengan nada menggoda.

Niken buru-buru memalingkan wajahnya, pura-pura bego, dan kini tatapannya sudah tertuju pada hidagan diatas meja.

Melihat Niken yang salah tingkah, Luysa mencolek pinggang Niken " Woy Sinis yang mana Mas mu?" godanya terkekeh puas.

"Sudah ahh jangan mulai Luy!" potong Stella menyudahi, takut Niken malah kesel.

Lalu Stella menatap ke arah Pelayan-pelayan itu "yah kalian udah boleh balik, kok, thankyou!" Ucap Stella memberi tahu.

Lalu ke empatnya undur diri. melangkah semakin menjauh hingga melewati pintu keluar dan hilang ketika pintu sudah kembali tertutup.

****

Kurang lebih 20 menit hingga ketiganya selesai dengan hidangan yang disajikan.

Dua Pelayan yang masuk , membereskan semua. lalu menyuguhkan makan dan minuman penutup.

Lalu keduanya pun kembali undur diri. membiarkan ketiganya melanjutkan perbincangan.

"Jadi gimana, lo sama Nathan?" tanya Stella

Wajah Luy terlihat paling tegang diantara Stella dan Niken, Karena memang saat ini mereka sedang membahas soal Luy dan Nathan!

Luy menautkan kedual halis " Kalo gue mau baik-baik aja sama Nathan, gue harus ikut ke Paris sama Ortu!"

"Minggu tenang tuh dipakek buat tenangin diri, bukan buat pusingin diri Luy!" timpal Niken.

"Justru karna Luy musti tenang, makanya dia harus ke Paris, selesain semuanya!" ucap Stella.

Niken terlihat bingung.

"Kalo Luy, disini aja, dan gak cari tahu masalahnya dia bakalan makin pusing, dan bisa-bisa satu soal ujian pun gada yang bisa dijawab!" terang Stella.

"Kalo dia ke Paris, kan bang Regar bisa jelasin semuanya, seperti yang Luy bilang waktu di perpus, kalo bang Regar satu-satunya saksi yang ada di tempat kejadian!" lanjut Stella.

"Kenapa gak ke London aja skalian?" tanya Niken

Luysa menggeleng tidak setuju " gak bakalan mau gue ke london, ngapain?"

"Yah tanyain langsung ke Nathan lah!" Niken bersikukuh.

"Kalo Handphone, email aja gak bisa gue hubungin, gimana gue bisa temuin dia kalo gue london?" jawab luysa.

"Bisa-bisa gue jadi gembel disana!" lanjutnya.

"Mana mungkin jadi gembel sih, lo kan punya duit!" ucap Niken.

"Luysa Mah gengsi itu!" potong Stella.

Luysa mendesis "Masa Nathan ngilang gitu aja, seenaknya trus gue musti cari cari dia?? gak banget! tau salah gue aja apa nggak! mau ngemis enak aja!" protes Luy lalu meneguk habis Juznya tanpa sedotan. Saking geramnya.

"Iya Nik, kalo ke Paris kan, Luy bisa cari tahu dulu masalahnya apa, bang Regar bisa menjadi awal Luy memulai"

"Yah kalo emang Luy yang salah luy bisa mulai degan minta maaf, tapi kalo emang ini semua hanya egoisnya Nathan, yah itu balik lagi ke Luy, gimana dia nrima apa nggak!" terang Stella.

Kini Niken jadi paham, dia ngangguk-ngangguk mengerti " ok ok! jadi gimana Luy?" tanyanya.

Luy diam, masih memikirkan apa kah dia akan pergi ke Paris atau menunggu saja kabar dari Nathan!

"Uda deh, kalo menurut gue, lo baiknya ikut aja saran ortu lo!" ucap Stella

"Gimana-gimana disana kan, semua juga udah tanggung jawab ortu sama abang Lo, beda kalo lo disini, dan mereka gak tau apa-apa!" lanjutnya menasehati.

Stella memang jauh lebih dewasa dari Luysa dan Niken.

Jadi kalau udah ada masalah, Stella akan lebih memimpin, paling banyak ngomong, karena dia pengen sahabatnya terus baik-baik saja.

"Jadi gue ke Paris?" tanya Luy bimbang.

Stella bangkit dari kursi, berjalan mendekat ke Luy, dan berdiri dibelakang kursi lalu menyentuh pelan pundaknya " seminggu lo pakek buat urusan lo sama Nathan!"

"Terus sisanya seminggu lagi, gue sama Niken tungguin lo di Jakarta, kita bakal bahas sisanya disini!" ucap Stella memeluk Luy dari belakang. Ia sadar sahabatnya itu sedang galau berat.

"Nungguin lo dengan setumpuk materi Ujian maksud Stella!" timpal Niken terkikik.

Luysa melotot " JAHAT!" protesnya cemberut.

"Biarin " balas Niken sembari menjulurkan lidah mengejek Luysa.

Stella pun ikut terkekeh bersama Niken.

Kemudian Niken beranjak dari kursi, berjalan mendekat ke Luysa, dan ikut memeluk Luysa.

"Be strong Luyyy!" ucapnya mengeratkan pelukan.

bdan ketiganya saling tatap dan tertawa, merasa lucu!