Kondisi cuaca Ibu Kota akhir-akhir ini memang tidak menentu. Baik pagi, siang, sore mau pun malam tidak selalu sama tiap harinya.
Sama seperti hari ini, sejak pagi mentari teriknya full sampe jam dua siang, lalu tiba-tiba saja masuk sore hari mendadak hujan, hujannya lebat pula, padahal tidak ada tanda-tanda akan hujan (mendung) sebelumnya!
Perkiraan cuaca hari ini juga katanya akan cerah seharian, tapi buktinya malah hujan. Memang yah namanya juga perkiraan, tidak selalu tepat!
Seperti Galih, yang juga tidak tepat waktu hari ini. Janji ke rumah Stella Jam lima Sore, malah telat sampe dua jam.
Galih baru tiba di rumah Stella Pukul 18.55 WIB, Entah alasannya apa?
Yang jelas ketika Galih datang, Stella sudah ketiduran di sofa.
Galih tidak berani membangunkan Stella, karena melihat Stella begitu nyenyak tidur. Ia hanya beringsut duduk di sofa panjang yang satunya lagi. Galih terlihat kedinginan, mungkin efek dari hujan lebat tadi sore.
Satu jam kemudian, ketika dering di ponsel Galih mengusik telinga Stella yang sedang nyaman di alam bawa sadar, terpaksa harus terhenti.
Stella membuka pelan kedua matanya, dan silau cahaya lampu membuat matanya terasa perih, lama ia tidak bergerak hanya matanya yang mengelilingi seisi ruangan.
Tidak ada siapa pun, cuma dirinya sendiri. Lalu ia merogoh ponsel dari saku tas, tas miliknya yang masih melingkar ditubuhnya.
Tidak ada panggilan masuk yang Stella lihat di ponselnya, ia terlihat berpikir sejenak sambil menatap layar ponselnya. Bagaimana tidak kebingungan, jika tadi ia terbangun karena dering ponsel.
" Udah bangun, non?" tanya Bi Narti yang baru saja hadir.
Stella melirik ke arah Bi Narti, yang berdiri di pinggiran sofa "Bibi make I phone?"
Stella bertanya pada Bi Narti karena mendapati Bibi ada diruangan yang sama dengannya. Jadi, ia berpikir kalo bukan ponselnya berarti itu tadi dering ponsel milik Bi Narti.
Bi Narti menggeleng " Ya Alloh Non, mana mampuh Bibi yang hanya seorang pembantu pakek hape Sultan gitu " ujarnya merendah.
Stella mengernyitkan kening "Lah terus hape siapa dong? "tanyanya seraya mengecheck kembali riwayat panggilan masuk di ponselnya.
Namun, faktanya tetap tidak ada panggilan baru yang masuk, terakhir pun tadi pagi jam 7, sewaktu Galih memberi info akan datang nanti malam, itu saja.
Stella semakin bingung, sampe mengira ponselnya ada masalah.
" Jangan di kotak-atik hapenya non, itu memang bukan panggilan di hape non" ujar Bi Narti sembari berjalan menuju meja depan sofa.
" Tapi itu bunyi hape den Galih!" lanjutnya mengangkat hape itu dari meja.
Stella memicingkan mata memikirkan sesuatu setelah mendengar Bibi menyebut nama Galih. Stella sepertinya belum sadar benar, nyawanya masih belum utuh. Ia bahkan lupa kalo malam ini di rumah akan kedatangan Galih.
"Galih?" gumam Stella masih belum menyadari maksud ucapan Bi Narti.
" Iya non, den Galih" ujar Bi Narti menyahuti gumaman Stella.
Dan seketika Stella langsung bangkit, matanya pun melotot, terlihat sekali sedang shock. Sepertinya kini Stella sadar dan ingat kalau ia punya janji dengan Galih malam ini.
"Kenapa Non?"
Bi Narti ikutan shock melihat sikap Stella yang mendadak berubah, tadi ia terlihat begitu santai sekarang malah jadi menggebu-gebu.
" Bi, mana hapenya ?" tanya Stella mendekat ke Bibi seraya mengambil ponsel itu dari tangan Bi Narti.
Stella menatap ponsel itu dengan mimik wajah panik " Benar ini hape Galih " ujarnya mendengus.
Stella benar-bebar tidak terpikir kalau akan tertidur di sofa ketika Galih datang, dan parahnya kondisi Stella yang kini memang tidak siap untuk bertemu Galih.
Karena tadi ke Mall nya kelamaan, Stella jadi pulang telat, belum lagi Ia sempat kena hujan pas jalan pulang.
Tiba di rumah, Sudah hampir jam tujuh malam, itu juga ia langsung tertidur di sofa dan tidak sempat ngapa-ngapain saking capeknya, Barang belanjaannya hanya ia letakkan begitu saja di lantai dekat sofa---sampe bibi yang membereskan.
Jadi kebayangkan, bagaimana penampakan Stella kini, belom mandi, belom ganti baju, belom bersih-bersih sama sekali, dan Galih sudah melihatnya tertidur di sofa dengan gaya yang entah seperti apa.
" Sejak kapan Bi ?" tanya Stella.
" Gak lama non pulang" jawab bibi.
Wajah Stella seketika berubah jadi masam, benar-benar merasa malu dengan Galih " Kenapa gak bangunin Stella sih bi" rengeknya.
Bi Narti jadi ikutan bingung, bertanya-tanya kenapa majikannya bersikap demikian?
" Emang kenapa non?" tanyanya.
Stella baru saja ingin menjawab pertanyaan Bibi, tapi terhenti oleh kemunculan Galih.
" Udah bangun Stell ?" tanya Galih berdiri di sisi Stella.
Stella menatap Galih tanpa kedip, ia merasa semakin insecure oleh penampakan dirinya saat ini. " Udah!" jawabnya.
" Bibi siapin minuman hangat den ?" tanya Bi Narti pada Galih.
" Kopi aja Bi"
" Baik den"
" Oh iya Non, itu teh hangatnya Bibi buatin ulang aja yah?" kini Bi Narti beralih bertanya pada Stella.
Stella mengangguk " Iya Bi, makasih yah!"
Bi Narti langsung undur diri kembali ke dapur menyiapkan kopi dan teh hangat.
Kini tersisa Galih dan Stella di ruang tengah. Galih duduk di sofa sedang Stella masih berdiri kaku di sudut meja dengan ponsel di tangannya.
" Duduk!" pintah Galih seraya menepuk sofa disebelahnya agar ditempati Stella.
Stella menurut dan duduk di sisi Galih.
" Hape gue kok sama lo?" Tanya Galih melihat ponsel miliknya ada ditangan Stella.
" Oh ini?" Stella melirik ponsel ditangannya lalu secepatnya meletakkan ponsel itu ke atas meja.
" Tadi ada yang telpon" lanjutnya seraya menundukkan kepala, enggan menatap Galih.
" Siapa?"
Stella menggeleng lemah " Gak tau, belom gue cek keburu putus"
Suara Stella terdengar bergetar, sebegitu takutnya ia hari ini pada Galih, padahal bukan hanya dia melainkan Galih juga telat datang memenuhi janjinya. Hanya saja Stella tidak sadar akan hal itu, sebab ia sudah merasa bersalah di awal. Dia yang tertidur di ruang televisi dan juga belum berganti baju sejak pulang dari mall.
" Terus lo dari mana aja, keliatan capek gitu sampe ketiduran di sofa" ucap Galih memerhatikan penampilan Stella yang kucel.
" Mandi pun gak sempet !" lanjutnya.
Ucapan Galih membuat Stella spontan mematut dirinya. Stella juga menyentuh pakaiannya yang masih sedikit basah karena kehujanan tadi sore, dan rambutnya pun sampe lepek bangat.
Stella menelan ludah, gugup " Gue tadi ke Mall" ujarnya, lalu mendongakkan kepala menatap Galih dengan tatapan tak ingin di intimidasi " Belanja beberapa cemilan dan minuman juga!" lanjutnya memberi penjelasan.
Galih menoleh ke arah Stella, ia balas tatapan Stella dengan penuh kekesalan " Seharian lo di Mall, ngapain cuma belanja dikit doang gitu"
" Harusnya minta Bibi aja yang belanja"
Stella kembali menundukkan kepala seraya menatap lekat lantai marmer dengan mata yang berkaca-kaca " Gue yang mau kok" sanggahnya.
" Kata Bibi lo perginya dari pagi jam spuluh, pulang udah isya, ngapain aja selama itu Stellaaa ?" tanya Galih.
" Sampe pakaian lo basah kuyup" lanjutnya terlihat mulai emosi.
Sorot mata Stella kini kelam, menatap Galih dengan kekesalan " Ketemu teman" jawab Stella ketus.
" Temen yang mana?" tanya Galih.
" Selain Niken dan Luysa, lo punya temen yang mana, sampe janji sama gue lupa" lanjutnya dengan nada suara yang mulai berbeda. Galih terlihat sudah tak bisa menahan amarahnya lagi.
" S P G di Mall" jawab Stella terbata-bata.
" SPG ?" Galih terlihat tidak percaya ketika Stella mengatakan SPG adalah temannya.
" SPG yang mana?" bentak Galih.
" Tadi, baru ketemunya di mall!"
" Gue di bantuin nyari barang belanjaan sama SPG nya" terang Stella dengan air mata yang membanjiri wajahnya.
" Selama itu?"
Stella menggeleng " Gue ada alasannya Galih!" Stella terlihat panik melihat ekspresi Galih saat ini. Air matanya pun tak henti mengalir membasahi wajahnya. Baru kali ini Stella mengalah dari Galih tanpa perlawanan, sampe menjatuhkan air mata.
Galih beranjak dari kursi " Kita udah janjian Stell, dan lo malah ingkar karena alasan yang klise!" ujarnya dengan nada suara yang mulai pelan, ia mencoba meredam emosi. Kasihan melihat Stella menangis karena dirinya
" Gue gak ingkar" balas Stella ikut bangkit dan berdiri di hadapan Galih.
Galih menghapus air mata di wajah Stella dengan sapu tangan miliknya yang baru saja ia ambil dari saku celana " IYA, GAK INGKAR , CUMA GAK INGET!" timpah Galih dengan penekanan di setiap kata. Terlihat sekali betapa kesalnya dia sampai mengepal kuat tangan sebelahnya, menahan emosi.
Stella memasang wajah imut ketika Galih sibuk menghapus air mata di wajahnya, membuat Galih terkesiap, dan emosinya yang tadi membatu kini meleleh oleh tingkah menggemaskan Stella.
Untung jurus jitu wanita di pakek Stella malam ini. Jadi Galih bisa luluh dengan begitu.
Galih menarik tubuh Stella ke pelukannya " Jangan buat gue selalu merasa bersalah, Stell" bisiknya
" Gue sayang lo!" lanjutnya seraya mengeratkan pelukan. Stella hanya terdiam dan sesekali mencoba melonggarkan pelukan Galih yang buatnya susah bernafas karena pelukan Galih yang teramat erat.