Dua Pekan, periode libur sebelum UAS. Luysa mendapat ajakan berlibur ke France. Sebenarnya ajakan itu datang dari Regar, dan disetujui oleh orangtua mereka.
Jadi ketika Regar tahu, sang adik mendapat dua pekan libur alias minggu tenang, Nah buru-buru deh Regar mengidekan itu pada orangtuanya.
Regar ingin mengetahui kabar terbaru sang adik, sebab setahunya, terakhir Luy sedang broken heart, PARAH!
Waktu libur ke Indo, Regar di undang karena sang adik mendapat propos dari kekasih, eh tau-tau malah tidak sesuai ekspek.
Pertunangan sang adik batal, dan hati Regar juga ikutan patah!
"Jatuh itu memang sakit, jadi jangan jatuh walau pun itu jatuh cinta, mending bangun cinta bareng-bareng!" kata Regar yang sok Tegar padahal sedang rapuh-rapuhnya.
Dimaanfaatin saat sedang tumbuh benih-benih cinta!
(CAILAH AUTHOR JADI BUCIN NYA REGAR!)
***
"Salah luy, apa an sih mam, dad?" tanya Luy ke Jennie dan Antonie, ketika sedang breakfast bareng di rumah.
Mendengar pertanyaan dadakan dari luysa, Jennie yang sedang asyik menata hidangan di meja makan sontak saja kaget dan menghentikan kegiatannya sepersekian detik untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan Luysa barusan.
Dengan halis sebelah kiri terangkat Jennie mencoba menjawab dengan santai "Kalo menurut mamy, Luy gak salah!"
"Masa sih gak salah?" sanggah Luy dengan suara memelas.
Jennie tidak langsung menjawab sanggahan Luy, ia malah sibuk melanjutkan tataannya hingga selesai, dan seusai itu, Jennie kembali ke kursinya dan duduk tepat disebelah kanan Luysa.
Jennie menarik nafas pelan lalu menghembuskan nya juga dengan pelan " Jadi, Luy salah? trus kalau salah, Luy salahnya dimana?" jawabnya lalu mengambil satu roti untuk di beri selai.
Dan ketika Luy ingin menanggapi perkataan Jennie, Jennie buru-buru memotong "Sarapan dulu yah!" pintahnya pada Luy dengan garis-garis kerutan diwajah terlihat di ujung mata dan bibirnya karena tarikan senyum yang Ia buat.
Jennie memang seorang ibu yang baik pada anak- anaknya, dan begitu memahami anak-anaknya. Namun tetap mengajarkan anaknya untuk disiplin dalam segala hal. Seperti saat ini contohnya.
Saat ini sedang di meja makan, jadi Jennie pikir sarapan terlebih dahulu, kemudian lanjut ke pembahasan, setidaknya satu roti terisi dulu di lambung, agar otak dan tubuh bisa bekerja sama.
Luysa paham kebiasaan Jennie, jadi dia menurut dan ikut makan satu roti selai yang sudah dibuatkan untuknya.
Begitu juga dengan Antonie, yang sedaritadi tidak ikut campur, beliau terlihat tenang dan sibuk dengan sarapan yang sudah di hidangkan sang Istri.
Dua roti dan segelas susu hangat sudah masuk kedalam lambung Jennie, maka mulailah ia meminta pada ART untuk menyisihkan piring dan gelas kotor dari meja.
Setelah meja bersih, jennie menyampingkan badan menghadap Luysa yang duduk disebelah kirinya.
"Jadi, apa sebenarnya yang terjadi?" tanyanya.
"Luy kehilangan sebagian memori, yang Luy inget hanya soal minta waktu, menundah bukan membatalkan" jawab Luysa.
Jennie mengernyit, bingung " Luy, mabok yah waktu itu ?" tuduhnya curiga.
Luysa mengangguk pelan " cuma sedikit, sekaleng bir ,itu pun tulisan di kalengnya Zero% alcohol"
"Beneran mam, Luy gak nyangka bisa mabok sampe hilang ingatan!'' lanjutnya bersungut-sungut.
Jennie hanya geleng-geleng tidak mengerti kenapa Zero% tapi sampe hilang ingatan.
"Jarang loh ada yang hilang ingatan tapi gak kepentok kepalanya, yah bisa gak kepentok tapi kecuali memang dia udah tua atau pengidap Alzaimer!'' timpal Antonie yang juga sama bingungnya.
Mata Luysa langsung melotot setelah Antonie mengatakan itu, "Maksud dady, Luysa ngarang?" protesnya.
Antonie menggeleng "Itu pendapat dady, apa yang dady tahu soal ilmu kedokteran, bukan soal dady percaya atau nggak!"
"Yang ingetkan cuma kamu dan Nathan, jadi yah kalo kamu belom ingat, berarti kita nunggu kabar aja dari Nathan!" lanjutnya.
Wajah Luysa kini semakin ditekuk, kesal bercampur bingung.
"Kita ke Paris aja, ketemu Regar, dia opsi lain yang bisa beri penjelasan, karna waktu itu dia yang juga ada ditempat temenin kalian berdua" ucap Jennie.
Antonie manggut-manggut " Setuju Dady" ucapnya memprofokasi Luysa.
Luysa hanya diam tidak menjawab, pikirnya kenapa Ia harus ke Paris, jauh-jauh mending sekalian ke London bertemu Nathan kalau emang perlu penjelasan.
"Regar waktu itu buru-buru balik ke Paris juga kenapa yah mam?'' tanya Antonie
Mata Jennie langsung melotot, kesal karena kenapa Antonie malah melenceng ke persoalan lain. Padahal kan sekarang sedang bahas Luysa bukan Regar.
Antonie langsung pura-pura batuk, setelah sadar ia salah membahas Regar.
"Bang Regar di jodohin yah?" tanya Luysa.
Antonie Menggeleng "nggak, siapa yang bilang begitu, abang kamu?" timpalnya.
Luysa melirik ke Jennie "Tuh!" unjuknya dengan mengangkat dagu seiring dengan halis kearah Jennie.
"Baru tahap perkenalan" sangkal Jennie.
Antonie berdehem, butuh penjelasan, karena beliau memang tidak tahu menahu soal perjodohan yang dimaksud Luysa.
Luysa geleng-geleng kepala, tidak terima "Yang Luy lihat, semua yang hadir kenalan lama kok, jadi mana ada baru perkenalan"
"Pokoknya Luy gak setuju bang Regar di jodohin, bang Regar udah dewasa, bisa milih sendiri siapa yang mau dia nikahin!" lanjutnya.
Jennie tidak menanggapi apa pun lagi, karena memang rencana perjodohan itu semata idenya sendiri.
Luysa bangkit dari kursi lalu menatap bergantian kedua orangtua nya "Soal Paris, nanti Luy pikir-pikir dulu!"
"Lagian, mana boleh Nathan seperti itu, kalo emang Luy salah, harusnya dia menjelaskan, jangan diem terus kabur gitu aja"
"Like A LOSER !" tutupnya lalu beranjak meninggalkan meja makan.
Jennie ikut bangkit dari kursi "Jangan lama, dua hari waktu tersisa, kita musti boking pesawatnya dulu!" teriaknya mencoba mengingatkan Luysa yang perlahan mulai hilang dibalik tembok pemisah antara ruang makan dan ruang tengah.
Sedang Antonie coba menenangkan dengan menarik tubuh Jennie untuk kembali di dudukkan ke kursi yang tadi Ia tarik dari meja makan, " udah , beri dia ruang sendiri, dua hari cukup untuk dia memilih" nasehatnya.
Menit berikut ketika Jennie sedang menenangkan diri, tiba-tiba Antonie berdehem.
Jennie sontak mengangkat wajahnya menatap Antonie yang sedaritadi berdiri di hadapannya sembari menunggu apa yang akan di katakan Antonie.
Sebab Jennie paham betul setiap kali Antonie ingin berbicara hal serius dengannya, pasti Antonie akan memulai dengan deheman, entah itu trik darimana, Jennie tidak mengerti namun tetap mengingat sebagai salah satu kebiasaan sang suami.
"Soal Regar, dady setuju kalo itu dengan Valerie" ucapnya senyam-senyum.
Mata Jennie tiba-tiba memancarkan sebuah sinar kebahagian ketika mendengar pernyataan Antonie "Sungguh?" tanyanya antusias sembari bangkit berdiri di hadapan Antonie.
Antonie manggut-manggut.
"Sungguh, ini berita bagus dad, mamy bahagia," ucapnya lalu memeluk erat Antonie.
Karena pelukan Jennie teramat erat, Antonie coba melepaskan diri "Udahan Mam, dady gak bisa nafas!" ucapnya sembari mengatur nafas setelah terlepas dari pelukan Jennie.
Jennie hanya tertawa melihat Antonie sesak, ia malah kembali memeluknya, namun hanya sepersekian detik sampai sebuah pertanyaan besar muncul di benak Jennie,
"Tunggu, Dady tahu darimana kalau yang mamy mau, itu Valerie??" tanyanya penasaran.
"Siapa lagi, gadis yang pantas kalo bukan Valerie? dady tahu betul selerah mamy"
"Cara perlakuan mamy ke Valerie dan gadis-gadis lain di acara reunian tetangga lama juga sangat jauh berbeda"
"Mamy teramat menonjol ke Valerie"
"Tapi untuk yang satu itu, dady sih--yes!" tutupnya dengan senyuman bahagia.
Begitu pula dengan Jennie, tidak ada respon lagi, ia langsung tersenyum puas!
"Wah, harusnya waktu itu Mamy tidak membatalkan acara makan malam dengan keluarga Valerie, itu bisa membuat mereka berpikir kalau rencana perjodohan itu tidak serius!" ucapnya.
"Tidak, tidak boleh itu terjadi, mamy harus jelaskan pada mereka, kalau waktu itu kita sedang ada masalah sedikit, jadi mereka tidak akan berpikir yang tidak-tidak!" lanjutnya lalu melenggang meninggalkan ruang makan tanpa menunggu respon dari Antonie, atau memang semua yang dia ucapkan tadi tidak membutuhkan respon dari Antonie.
Entahlah!
Antonie yang mendengar perkataan Jennie hanya mengerutkan dahi sembari menatap begitu saja Kepergian Istri tercintanya itu.
'Lalu untuk apa ajak Luysa ke Paris kalau begitu?' gumam Antonie semakin bingung. Kalau memang ingin Regar dan Valerie bertemu, harusnya ajak Valerie ke Paris. Kalau Luysa harusnya ke London!
*****