Sejak aku kecil.
Aku selalu menjadi yang biasa-biasa saja.
Di manapun.
Di dalam keluargaku yang semuanya jenius—ayahku yang seorang professor di universitas swasta terbesar di Korea. Ibuku yang seorang Direktur dari sebuah perusahaan majalah terbesar di Korea, M. Dan kakakku yang merupakan pianis terkenal di semenanjung Asia.
Di dalam kelasku yang berisikan orang-orang badas (keren)—penanggungjawab kelasku yang memiliki pekerjaan paruh waktu sebagai super model. Wanita yang selalu duduk di sampingku yang ternyata adalah keturunan ningrat. Pria berkacamata yang selalu mengangkat tangan di akhir kuliah yang ternyata adalah pemenang olimpiade fisika di tingkat internasional, dan pria yang selalu duduk di sudut kelas yang merupakan seorang ulzzang.
Kemudian, di dalam masyarakat yang never flat, yang selalu penuh warna—pekerja paruh waktu di caffe yang selalu berpesta seusai bekerja. Pekerja kantoran yang meminta cuti untuk liburan. Pemusik jalanan yang begitu berani tampil di keramaian. Para selebritis yang hidupnya super wah, dan masih banyak lagi.
Di dalam semua ruang lingkup sosial itu. Aku ... hanya seorang Bi ... Baek Bi. Seorang gadis yang tidak memiliki banyak kenangan di masa sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas. Seorang gadis yang kini berusia 20 tahun, yang dua tahun lalu berhasil masuk universitas yang AGAK terkenal dengan nilai yang PAS-PASAN. Gadis 20 tahun yang memiliki kadar kecantikan standar, proporsi tubuh standar, intelektual standar, dan pergaulan yang bahkan dibawah standar. Sungguh biasa-biasa saja.
Dengan alasan itu, dengan alasan bahwa aku hanya orang yang biasa-biasa saja. Aku mematri sesuatu di dalam diriku, yaitu ...
orang sepertiku ...
tidak pantas ...
Bersimpati pada orang lain!
♤♧♤
Part 1
Do Re Mi Fa Sol La Si Do
"Kudengar ketua kelas akan berhenti kuliah, kau sudah tahu?"
"Iya, kasihan sekali, kudengar karena harus menjaga ibunya yang sakit."
"Kau sudah dengar? Atlet Sung Kyung mengalami cedera parah, sepertinya dia tidak akan bisa lagi bermain golf."
"Serius?! Itu berarti dia harus pensiun dini."
"Kau sudah lihat berita kemarin? Jungsook BAS mengumumkan akan hiatus."
"Apa?! Bagaimana ini. Jungsook ku sayang kenapa harus hiatus? Dia kan hanya anak polos yang tidak tahu apa-apa."
Aku sering kali tidak mengerti. Kenapa orang-orang dikelas ini tiap hari selalu saja bersimpati pada orang orang lain, terlebih lagi orang yang tidak seharusnya?
Ketua kelas? Kenapa harus mengasihani ketua kelas? Padahal meskipun tidak kuliah sekalipun, dia tetaplah seorang super model, dan menjaga ibunya yang sakit itu hanyalah alasan saja. Kenyataannya ketua kelas memang di DO oleh kampus karena presentase kehadirannya yang tidak memenuhi syarat.
Atlet Sung Kyung? Apakah mereka tidak tahu berapa banyak uang yang didapatkan atlet golf seperti Sung Kyung yang sudah berkali-kali memenangkan mendali? Ayolah, walaupun pensiun dini, dia tetap akan bisa menghidupi 7 turunannya.
Dan lagi Jongsoo BAS. Mereka pasti gila karena mengkhawatirkan idol muda yang sudah menjadi milyader itu. Lagipula, alasan ia hiatus adalah karena ulahnya sendiri. Siapa yang tidak tahu bahwa dia mengencani managernya? Dia pasti malu dan memang pantas untuk hiatus, dan setelah semua pemberitaan tentang skandalnya itu mereda, aku yakin dia akan kembali lagi, dan bersikap seolah tidak pernah terjadi apapun.
Benar-benar tak masuk akal! Orang-orang ini, bukannya berkaca diri, malah sibuk bersimpati pada orang lain. Aneh!
"Hey, Bi. Jadi, kapan kau bisa meluangkan waktu untuk kami?"
Aku menghela napas panjang. Karena dosen aplikasi statistik mengatakan pada orang-orang ini untuk memintaku membimbing mereka, aku jadi merasa seperti aku memiliki hutang pada mereka—mereka terus saja menggangguku.
"Tidak ada waktu, hari ini jadwalku penuh."
"Bagaimana dengan besok?"
"Besok aku juga tidak bisa, jadwalku masih penuh."
"Lusa?"
"Lusa juga jadwalku penuh."
Mereka nampak kesal padaku tapi, aku tidak peduli. Aku ini tidak terlalu pintar, dan butuh kerja keras bagiku untuk mendapatkan nilai baik di mata kuliah aplikasi statistika. Jadi, daripada mengurusi mereka, lebih baik aku terus berusaha keras agar semester ini nilaiku tetap stabil.
Salah satu dari mereka tepatnya yang berambut blonde, mengatupkan rahang, sepertinya dia sangat marah padaku. "Hey, Bi. Kenapa jadwalmu penuh terus?! Sok penting sekali! Padahal hanya seorang nugu!"
Seorang nugu?
Ya, itu memang benar, dan sejak dia berkata begini padaku, maka tidak ada alasan bagiku untuk bersikap lembut pada mereka.
"Benar. Aku hanya seorang nugu. Hebat ya, orang nugu ini ternyata bisa sangat dibutuhkan oleh kalian."
"Yaa! Kau! Sok sekali!" Si rambut blonde itu mengangkat salah satu tangannya, sepertinya ingin memukulku.
Tapi,
Meskipun aku hanya manusia yang biasa-biasa saja,
Aku,
Tidak akan pernah membiarkan diriku di jajah!
#prakkkkk
Jadi,
Sebelum orang lain memukulku,
Maka aku harus memukul dia terlebih dahulu.
"Yaa! Baek Bi, kau gila ya?!" Teman-temannya menyeru.
"Benar. Aku memang gila. Jadi, kalian mau apa?"
"Sialan sekali kau! Aku akan balas!"
Si rambut blonde itu seperti singa yang akan menerkamku. Namun,
"Kalian, sedang apa? Berisik sekali!"
Teguran ketua kelas mengakhiri perseteruan kami.