Betari berlari menuju keluar sekolah, disana Adanu sedang dikerubuni para siswi yang terpesona dengan ketampanannya. rambut coklat keemasan yang tersisir rapi, kulit yang seputih salju, dengan kacamata hitam yang lebih mempertegas kharismanya. Ia segera menghampiri Betari ketika melihat maniknya yang berbeda diantara teman-temannya kemudian menggandeng Betari masuk kedalam mobil sport mewah miliknya membuat gadis-gadis yang tadi mengerubuninya mundur secara teratur.
Setelah itu mereka langsung pergi dari tempat tersebut meninggalkan banyak pasang mata yang memandang iri kearah mereka. Betari tersenyum puas kala melihat kedua sahabatnya mengerucutkan bibir karena kalah telak dari seorang Adanu. Disana juga ia melihat Candala yang tersenyum sambil melambaikan tangan kepada Betari kemudian hilang di balik kabut hitam yang anehnya tak seorangpun menyadarinya. Dan berhasil membuat Betari terdiam dan langsung memalingkan wajahnya menghadap kearah jalan di depannya.
Adanu sebenarnya menyadari akan hal itu, ia hanya sedang menahan amarahnya agar bisa berkonsentrasi dengan kemudinya. ia bertanya pada Betari
"Siapa sebenarnya dia?" tanya Adanu sambil menahan amarahnya.
"maksudmu?" tanya Betari bingung.
"ayolah Betari! kau tahu siapa maksudku!" ucap Adanu masih berusaha berkonsentrasi dengan kemudinya.
"maksudmu pak Candala? dia hanya guru pengganti, karena ayahnya sakit keras dan masih koma!" jawab Betari.
"Candala?" Gumam Adanu.
"hmmh... iya! Candala namanya, umurnya kurasa hampir sama denganmu jawab Betari!"
"Tapi dia bukan manusia, dia seorang manusia siluman bukan dia siluman yang tak sempurna, karena ada hawa manusia biasa disana. Apa ayahnya menikahi manusia biasa disini kenapa ia bisa sampai disini? penghuni Akram tidak pernah keluar dari sini kecuali jika terusir atau di perintah oleh raja! kecuali aku yang memintanya sendiri ke ayah!" ucap Adanu dalam hati.
"Apakah dia sedekat itu denganmu? dia selalu melakukan itu denganmu?" tanya Adanu penasaran.
"Apa? Aku tak pernah dekat dengan dia atau guru manapun dan menjalin hubungan apa lagi melakukan hal seperti itu, ciuman pertamaku kau yang mencurinya asal kau tahu saja ya!" jawab Betari emosi karena ia merasa dituduh yang tidak ia lakukan.
Adanu tersenyum mendengarnya.
"Jadi aku pencuri ciuman pertamamu? kau mau lagi?" goda Adanu.
Betari hanya terdiam, pipinya sekarang pasti sudah seperti kepiting rebus. Adanu menghentikan mobilnya setelah sampai di tempat tujuan. Ia kemudian mendekatkan wajahnya ke Betari yang semakin membuat jantung Betari tak karuan Betarinsudah bersiap-siap tutup mata, namun...
"ceklek!" suara sit belt yang terbuka membuat Betari membuka mata. pipinya semakin bersemu merah karena malu. Adanunyang menyadari itu tersenyum puas karena berhasil menggoda Betari.
"Apa kau sangat menginginkannya sampai harus menutup mata seperti itu?" ucap Adanu menggoda.
Dan berhasil membuat Betari menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Adanu menginginkan Betari dari wajahnya.
"Akan ku kabulkan permintaanmu!" ucap singkat Adanu
Belum sempat Betari mengeluarkan kata-kata, Adanu sudah melumat bibir mungil Betari cukup lama lalu ia lepaskan.
"strawberry!" kata Adanu sambil tersenyum.
Betari yang masih memakai seragam sekolahnya diam mematung mendapatkan perlakuan itu dari Adanu. Adanu keluar dari mobil dan segera membukakan pintu untuk gadisnya. Suara ponsel berhasil menyadarkan Betari, terlihat nama Bunda di layar ponsel miliknya yang segera ia angkat.
"Halo bunda!" ucap Betari.
"Kamu dimana? Sama siapa? kok pak Arif nggak boleh menjemputmu seperti biasa?" tanya Bunda Melati ke anak gadisnya.
"Aku bersama Adanu bunda! jadi bunda tenang saja!" jawab Betari jujur.
"Adanu? keponakan pak Wijaya yang sedang naik daun dalam dua tahun ini? Gadis pintar!" puji wanita yang sudah tak lagi muda itu.
"Maksud Bunda?" tanya Betari bingung dengan pujian Bundanya.
"Tak apa, ya sudah teruskan kegiatanmu, jangan pulang terlalu malam, kita akan makan malam bersama hari ini bersama kolega ayah!" titah Bunda Melati.
"Yaampun Bunda baru semalam aku berumur tujuh belas tahun, Bunda masih menganggapku anak kecil terus, aku mengingatnya Bunda!" jawab Betari mulai jengah.
"Ok...Ok... Bunda hanya mengingatkan! bye sweety!" ucap Bunda Melati mengakhiri pembicaraan.
Betari keluar mengikuti Adanu yang sedang duduk di cup mobilnya.
"mengapa mengajakku kebukit ini?" tanya Betari.
"hanya ingin menikmati sunside bersamamu!" jawab Adanu.
"itu saja? baiklah!" ucap Betari singkat.
"Apa kau menginginkan yang lain?" tanya Adanu tiba-tiba.
"Tidak, bukan..." belum selesai Betari menjawab Adanu sudah melumat bibir mungil Betari lagi, kali ini Betari membalas lumayan itu bahkan Betari berani memegang dan mengusap rambut Adanu seakan tak ingin mengakhiri ciuman itu. cukup lama sampai akhirnya mereka melepas ciuman itu karena hampir kehabisan nafas.
"Mintalah jika kamu menginginkan! Akan ku kabulkan semua yang kau inginkan!" ucap Adanu dengan suara serak. Kemudian di balas dengan senyuman malu dari Betari.
Kemudian mereka saling melempar senyum dan kembali menikmati sunside di atas bukit kecil yang di penuhi bunga liar. Betari jalan kearah bunga liar dan menari diantara bunga liar itu berputar-putar dan jatuh terduduk di antara bunga-bunga liar itu ia mencabuti bunga-bunga di sekitarnya dan merangkainya membentuk sebuah mahkota. Adanu hanya melihat tingkahnya sambil memperlihatkan sedikit senyum dari bibir tipisnya.
Betari mendekat ke arah Adanu dan memberikan mahkota itu padanya, dan memperlihatkan senyuman manisnya kepada pria tampan didepannya yang tak pernah dia ingat sebelumnya, namun dia begitu akrab setelah pertemuannya kemarin malam, dan entah kenapa sepertinya dia menjadi jawaban dari semua puzzel di mimpinya selama bertahun-tahun.
Setelah matahari terbenam, kini gilaran Adanu yang memberikan hadiah untuk Betari dengan sihirnya Adanu membuat keajaiban melalui bunga-bunga liar di sekitar mereka Adanu merubah kelopak bunga dandelion menjadi lampu-lampu kecil berwarna biru, kemudian Adanu mengajak Betari berdiri ditengah-tengah bunga itu. Saat mereka berjalan maka kelopak dari dandelion itu akan menyebar diantara mereka sehingga terlihat seperti kunang-kunang biru diantara mereka.
Alunan musik klasik dari mobil di memutar lagu klasik, dan Adanu mengajak Betari berdansa diantara kelopak lampu biru yang bertebaran disekitar mereka, Betari melihatnya begitu tabjub, ia hanya bisa menikmati suasana yang baginya begitu aneh ini tanpa mengeluarkan kata lagi. Betari merasa bahagia bisa mehabiskan waktunya bersama Adanu hari ini. Membuat ia melupakan kejadian di sekolah yang aneh tadi.
Tiba-tiba Betari teringat lagi tentang kejadian tadi dan cahaya biru di dalam tubuhnya yang bisa keluar saat ia dalam masalah. Adanu yang memberikan hadiah itu padanya. Ia harus menanyakan tentang cahaya itu, karena mungkin bisa membahayakan sekitarnya jika ia tak hati-hati. Cahaya itu aneh begitu kuat sampai seorang Candala bisa terpental cukup jauh.
"Ehem...Adanu!" panggil Betari diantara aktifitasnya
"Panggil aku sayang!" goda Adanu.
"Ish.... Aku serius, tentang cahaya biru dalam tubuhku, apakah itu berbahaya?" tanya Betari penasaran.
"Tidak, memang kenapa? cahaya itu adalah sedikit kekuatanku yang kuberikan padamu, dia yang akan menjagamu dari orang-orang yang mengincarmu!" jelas Adanu.
"Maksudnya?"
" Yap dia akan menjagamu dari si bre**s*k seperti Candala atau lelaki lain yang ingin menyentuhmu!"
"Tunggu, kalau Candala sampai kesakitan begitu, bagaimana dengan manusia seperti kita, apa yang akan terjadi dengan kita jika kena cahaya biru itu?" tanya Betari yang masih penasaran.
"Tentu saja dia akan mati jika tidak bisa menahannya!"
"Tunggu-tunggu! Hah.... apa? mati? berati Ayah eyang kakung, aku gak bisa meluk mereka dong?" panik Betari.
"Hey... dasar gadis bod*h, dia akan keluar hanya saat kamu dalam bahaya dan tidak merasa nyaman dengan perlakuan orang itu, seperti yang di lakukan si bre**s*k itu padamu!"
"Huft syukurlah! aku pasti tidak akan sanggup jika harus berjauhan dengan mereka, apa lagi tak dapat pelukan dari mereka!" Kata Betari merasa lega.
"Oh ya? bagaimana denganku? apa kau juga sanggup berjauhan denganku?" goda Adanu lagi.
"Ish....!" sambil menyentil dahi Adanu yang membuat pemiliknya kesakitan. Lalu mereka melanjutkan dansa mereka kembali. Tepat pada pukul setengah delapan malam mereka mengakhiri adegan romantis mereka ini.
====
Saat ini Betari dn Adanu sudah beda di perjalanan pulang, sepanjang perjalanan wajah Betari selalu dihiasi dengan senyuman, berbeda dengan Adanu yang tak pernah memperhatikan senyumnya kecuali saat bersama Betari.
Kini mereka sudah sampai di rumah Pak prabu dan eyang kakung Betari sudah menunggunya dengan posisi siap tempur. Bagaimana tidak Beti adalah anak dan cucu kesayangan mereka dan satu-satunya yang harus mereka lindungi, Berarti seperti harta karun berharga yng tak boleh sembarangan di pegang atau diambil. Mereka menganggap Betari masih tetap anak kecil. Dan tidak boleh ada lelaki selain mereka yang berani mendekati harta karun berharga keluarganya ini.
Ketika melihat mobil Adanu berhenti di depan pintu yang sudah mereka jaga, kedua lelaki Jayadiningrat sudah langsung pasang badan. berkacak pinggang dan memelototkan mata, memasang muka gaharnya di hadpan Betari dan Adanu. Dan berhasil membuat Betari kaget dengan perbuatan mereka, Sedangkan Adanu tetap dingin tanpa ekspresi namun tetap berperilaku sopan.
"Wahyu Betari Jayadiningrat, masuk kamu! ayah ada urusan dengan pria di dekatmu ini!"
Betari menahan menutup mulut karena menahan tawanya, karena tak pernah melihat ekspresi mereka seperti itu, namun tetap mengikuti permintaan kedua lelaki Jayadiningrat ini. Ia kemudian melambaikan tangan ke arah Adanu
"Betari!" teriak kakeknya mencoba gahar.
Betari yang kaget langsung lari masuk kerumah meninggalkan ketiga pria itu di luar dengan kelakuan mereka yang dianggap Betari sangat absurd.