Delapan tahun setelah kejadian Betari menghilang ke dunia Adanu. Sekarang Betari berumur 15 tahun, sudah menjadi gadis yang ayu layaknya gadis remaja dan senyuman dari bibirnya pun tak pudar. Ia juga masih sering menginap di rumah eyang sepuhnya, Namun semenjak kejadian itu kemanapun Betari pergi bermain, ia selalu diawasi oleh abdi yang ditunjuk eyangnya hingga sekarang, padahal ia juga Betari sudah melupakan kejadian 8 tahun silam yang membuat warga kampung sampai heboh
"Betari!!" Suara lembut membangunkan gadis remaja ini dari tidurnya.
Betari segera membuka matanya, namun ia enggan meninggalkan kehangatan selimut kesayangannya. sambil berbaring di balik selimut hangatnya ia memainkan ponsel hanya untuk melihat akun sosial media miliknya.
Hari ini adalah hari kelulusan Berarti, ia akan segera masuk ke sekolah menengah atas yang ia idamkan. Ia berhasil masuk di Sekolah Menengah Atas dengan jalur beasiswa, walaupun sebenarnya ia juga bisa tidak masuk walau dengan uang orang tuanya, tapi ia memilih untuk mendapatkan beasiswa yang banyak diincar oleh siswa lain di sekolah manapun itu. karena kesempatan untuk mendapatkannya sungguh membutuhkan perjuangan, menurutnya. Bahkan beasiswa itu tidak hanya bisa digunakan untuk menengah atas saja, bahkan sampai ke jenjang perkuliahan dengan jalur pilihan yang sudah di tentukan dari sekolah tersebut.
"Wahyu Betari Jayadiningrat!" lagi teriak dari bawah terdengar untuk membangunkannya agar segera bersiap-siap
"Lima menit lagi Bunda!" jawab Betari asal.
suara derap langkah terdengar masuk ke kamar Betari, menghampiri Betari yang sedang asik meringkuk dibalik selimutnya, satu tangan berhasil masuk dan menjewer telinga Betari yang akhirnya membuatnya mau tak mau harus bangkit dari tempat tidurnya.
"Aduh bunda sakit! Bunda tega bener sama anaknya!" kata Betari kesakitan saat telinganya dinjewer sang Bunda.
"Lagian, udah tahu hari ini hari penting, kamu malah santai-santai! cepet mandi, dan segera bersiap-siap atau kamu gak jadi kerumah eyang sepuh!" jawab Bundanya tegas.
"Jangan dong Bunda, aku kan kangen eyang!" rengek Betari.
Akhirnya sambil berjalan gontai, Betari pergi ke kamar mandi. Ia segera menggosok giginya di meja wastafel, kemudian membilas tubuhnya di bawah shower. Selesai dengan urusan mandinya. Betari kemudian mengambil baju yang di beli Bundanya khusus untuk acara kelulusan anknya. selesai juga ia berganti pakaian setelah susah payah memakainya denga bantuan abdi di rumahnya tentunya. Bunda Melati masih disana menunggu anaknya bersiap, setelah selesai ia menyuruh salah satu abdi kepercayaannya untuk merias wajah anak kesayangannya ini. Namanya Ningsih, umurnya tak beda jauh dengan bunda Melati, ia dulu seorang makeup artis profesional yang akhirnya bekerja untuk keluarga Wahyudiningrat setelah usahanya berantakan karena sebuah insiden. Betari biasa memanggilnya Bu Ningsih, beliau juga termasuk orang kepercayaan bunda Melati dalam segala hal, karena kepintaran dan cekatannya beliau dalam bekerja tentunya, ia juga menjadi sahabat bunda Melati semenjak itu dan Bu Ningsih juga dipercaya menjadi manager di salh satu Salon milik bunda Melati
"Selamat pagi Bu Ningsih tercinta!" Sapa Betari dengan senyum ayu khasnya.
Oh ya Bu Ningsih inilah yang dulu menanyai Betari setelah ia menghilang.
"Selamat pagi Nona Cantik!" jawab Ningsih dengan lembut.
"Gak usah menor-menor ya Bu Ningsih!" kata Betari singkat
Bu Ningsih yang mengerti dengan isyarat dari anak sahabat sekaligus bosnya ini, ia hanya mengangguk dan tersenyum kemudian mendekati Betari yang sudah siap di depan meh riasnya. Setelah menyelesaikan riasan wajahnya yang memakan waktu cukup lama namun dengan hasil yang memuaskan, Betari dan bunda Melati segera turun untuk sarapan bersama, ayah Betari sudah menunggu disana. sedangkan Bu Ningsih langsung kembali ke Salon tempatnya bekerja.
Ayah Betari hari ini sengaja untuk membatalkan semua pekerjaan khusus untuk acara anak semata wayangnya ini. Ia menyuruh Arya, sekertaris pribadinya untuk menjadwal ulang seluruh kegiatannya, dan menggantikannya ke rapat penting jika memang tak bisa di tunda.
"Ayah, kirain nggak jadi nemenin Betari kesekolah!" sapa Betari manja.
"Nggak dong sayang, anak ayah tetep nomor satu buat ayah!" jawab Prabu bijak.
Mereka kemudian sarapan bersama, sambil mengobrol dengan obrolan santai. Selesai sarapan dengan keluarga hangatnya mereka segera pergi ke sekolah Betari dengan mobil keluarga.
Suasana begitu khikmat di acara kelulusan Betari. Bearti berhasil menjadi murid terbaik di sekolah, ia mendapatkan juara umum lagi tahun ini, dan masuk 3 besar nasional untuk peringkat nilainya. walaupun tidak masuk peringkat satu, orang tuanya tak pernah menuntutnya. mereka selalu bangga dengan pencapaian anak kesayangannya ini.
Selesai acara di sekolah, keluarga mereka langsung menuju ke kediaman eyang sepuh Betari yang juga sudah menunggu cucu kesayangannya. Betari begitu senang dan tak sabar untuk memamerkan piala, medali, dan piagam-piagam penghargaan yang ia peroleh hari ini dari sekolah.
Sepanjang perjalanan Betari tak henti-hentinya berceloteh yang membuat orang tua dan sopir serta abdi pribadi keluarga yang ikut satu mobil dengannya tertawa hangat mendengar celotehnya. Begitulah Betari selalu membawa keceriaan untuk orang disekitarnya.
Perjalanan lali ini begitu singkat karena jalanan yng tak terlalu padat. Sesampainya Betari di pendaleman ia langsung lari keluar tanpa peduli dengan pakaiannya yang menjadi berantakan karena ia terpaksa mengangkat bawahannya agar mudah untuk berlari. orang tuanya hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan anaknya yang kadang terlihat absurd dimata mereka.
Abdi eyang sepuh segera mengambil barang-barang Betari dari dalam mobil yang sudah disiapkan oleh Abdi di rumah Betari tadi untuk keperluannya saat di rumah eyang sepuhnya.
"Eyang sepuh!!!" suara Betari menggema di paviliun eyangnya ini.
Dari ruangan utama eyang sepuhnya keluar menemui cucunya. setelah mendengar suara cucu kesayangannya dan satu-satunya, sambil mendorong eyang kakungnya di kursi roda eyang putrinya menghampiri cucunya ini. dengan tersenyum mereka menyambut kedatangan sang cucu.
Betari segera menghampiri kedua eyang kesayangannya itu, ia langsung mempelihatkan piala, medali dan piagam-piagam hasil jerih payahnya. eyang sepuh betari hanya tertawa mendengar cerita cucunya ini
Setelah abdi keluarga neneknya selesai membereskan barang Betari, ia segera menemui Betari. Betari kemudian menuju kekamarnya setelah abdi membertahunya. ia mengganti pakaiannya dengan baju kasual miliknya.
Hari ini akan ada acara syukuran besar-beasaran di pendaleman eyang sepuh, atas kelulusan Betari. semua sedang bersiap-siap, para biyada (abdi perempuan) mempersiapkan makanan untuk para tamu dan warga desa, serta menghias ruangan yang akan di pakai acara, sedangkan para abdi lelaki mengambil barang-barang yang diperlukan, semua nampak begitu sibuk. Betari dan among suruhan eyangnya berkeliling untuk melihat pekerjaan para abdi, ia melihat ke gudang, tempat para abdi lelaki mengambil barang-barang yang di perlukan untuk acara syukuran, disana juga tersimpan barang-barang masa kecilnya, ia lansung masuk ke gudang dengan amongnya begitu melihat kotak kecil kesayangannya sewaktu kecil, lalu membawanya keluar. Ia segera pergi ke atas untuk menuju kamarnya.
Ia membuka kotak acesoris mainannya lalu menemukan cincin yang di berikan padanya, ia mencoba memakainya, ia begitu takjub dengan cincin yang ia temukan karena begitu pas saat dia memakainya, padahal saat dilihat terlihat kecil. yang tak di ketahuinya cincin itu mengikuti keadaan jari si pengguna.
Sementara itu di balik dunia Betari, Seorang pria yang kini sudah tumbuh besar dan tampan, seorang pangeran dari negeri ajaib sedang sibuk menyelesaikan pendidikan di dunianya. Ia begitu terkejut ketika mendengar suara seorang gadis yang terdengar begitu jelas di gendang telinganya, suara gadis yang mungkin selama ini ia tunggu, satu-satunya gadis yang pernah tau dunianya dan bermain dengannya.
Ia tersenyum mendengar suara gadis itu kembali. Sepertinya sahabatnya menemukannya kembali dan mengingatnya. Yang tak Adanu ketahui bahwa teman kecilnya tak mengenalinya lagi, dan tak mengingat dunianya lagi.
"Ternyata kamu masih mengingatku Betari!" kata Adanu dalam hati.
Ia begitu tak sabar untuk mencoba lagi membuka portal yang tertutup dulu, yang tak sengaja ia buka karena mempraktekan pelajaran sihir terlarang yang ia pelajari secara sembunyi-sembunyi.
Setelah pulang ke kerajaan ia segera mencoba lagi sihir terlarang itu, dan mencoba untuk membuka tepat di tempat pertama ia bertemu Betari, namun hasilnya masih nihil, saat ia mencoba lagi, ia malah terpental cukup jauh dati tempatnya, sepertinya segel dunia Betari begitu kuat. ia mengduh kesakitan ketika terpental jauh karena badannya menghantap pohon di belakangnya.
Suara gadis itu terdengar lagi menjawabnya saat ia mengaduh. dan betapa kagetnya ia karena ternyata ia bisa berbicara dengan temannya dengan cara seperti itu.
"Siapa itu? kenapa menaduh? ada apa denganmu?" tanya Betari yang entah darimana suaranya muncul, karena hanya Adanu yang dapat mendengar begitu juga sebaliknya.
"Betari! Betari ini aku, kau ingat?" Jawab Adanu sumringah.
"Aku? Aku siapa? dimana kamu? bagaimana kamu bisa mendengar suaraku begitu juga sebaliknya?" tanya Betari yang masih bingung.
"Cincin! Apa kamu memakai cincinmu kembali? kamu masih mengingatku ternyata, aku kira kamu sudah lupa padaku!" kata Adanu girang.
"Cincin ini maksudnya? cincin masa kecilku yang enth aku dapat darimana karena tiba-tiba aku membawanya?" kata Betari dalam hati.
" Heh cincin kamu ada jinnya ya? jangan macam-macam padaku atau aku adukan pada eyang kakung!" kata Betari lagi. lalu ia melepas cincin itu kembali karena syukuran di pendaleman eyangnya segera di mulai.
"Aku Adanu bukan jin! gimana sih kamu!" jawab Adanu.
Namun setelah itu senyap tak ada jawaban lagi dari Betari. Ia begitu bingung mengapa Betari malah mengira dia jin dalam cincin, apa yang sebenarnya terjadi pada Betari.