" juho aku disini" melambaikan tangannya.
rupanya juho ada janji dengan seorang wanita.
ia adalah kekasih juho, bernama jujia. " jika ada perlu ayo katakan, aku masih ada urusan lain".
"urusan apa? aku kira kau tidak sibuk setelah dari Indonesia?"
"ada teman dekatku, ia akan kuliah disini dan aku meninggalkannya, dia masih baru disini jadi aku harus menemaninya, kau tidak perlu cemburu, ia sudah ku anggap sebagai adikku sendiri, jadi tidak ada perasaan apa apa"
"juho.... apa kita bisa berbicara berdua?" memegang tangan juho dengan erat.
"mengapa? apakah sangat penting sekali?" juho sangat penasaran dengan jujia.
"ayolah....." jujia menarik tangan juho menuju ke toilet tanpa diikuti oleh bodyguard juho.
" jo.... aku tidak bisa berbicara ini pada keluargaku, aku juga ragu ingin berbicara denganmu soal ini....." jujia berhenti berbicara dan menundukkan kepalanya.
"ada apa?" tangan juho menggenggam tangan jujia, ia sangat khawatir mengapa jujia berbicara sangat serius dengannya.
"a....aku..." jujia tidak melanjutkan perkataannya, air matanya mulai menetes perlahan, juho pun memeluk jujia.
"katakanlah, aku tidak ingin kau seperti ini" memeluk jujia dan mengelus kepalanya.
jujia pun mengelap air matanya dan berusaha untuk menjelaskannya.
"jadi saat itu.... sebelum kau pulang ke indonesia, kita melakukan suatu tak kesengajaan, dirimu saat itu setengah mabuk dan setengah sadar, saat itu kau pergi ke rumahku sendiri, di rumahku pun sepi, aku memberikan mu sebuah kopi..... dan kau menarik ku" jujia menjelaskannya.
"ki...kita melakukannya di sofa, kau berusaha menarik bajuku, aku berusaha untuk menghindari dirimu, namun kau sangat kuat, aku tak bisa apa apa....."
"benarkah!?" juho terkejut mendengarnya, "jadi... apakah sekarang kau tengah mengandung anakku.... ?" tangan juho memegang erat lengan jujia, dan melihat ke perut jujia.
"jo.....kau tidak perlu khawatir, aku sudah menyembunyikan perutku agar tidak kelihatan buncit".
"berapa bulan sekarang? bagaimana kau bisa menyembunyikan semuanya?".
"terakhir kita melakukannya, sekarang sudah jalan empat bulan....., jo jika kau tidak ingin bertanggung jawab kau tidak perlu khawatir, aku akan menggugurkannya..."
"bagaimana bisa aku tidak bertanggung jawab, jujia, aku akan bertanggung jawab atas ini, tapi bagaimana aku akan bilang pada keluargaku?"
"tak perlu.....tak perlu..., aku akan menyembunyikannya selama sembilan bulan, satu tahun ini aku akan sementara berlibur atau Turing di luar negeri, aku sudah bilang pada keluargaku, jadi selama ini aku hanya nge kos, kau hanya perlu memberikan ku tempat tinggal dan melahirkan anak ini disana, lalu kami akan pergi, juho...aku tidak ingin merusak reputasi mu karena hal yang tidak disengaja ini..."
"a....aku minta maaf jujia, karena hal ini kau menjadi susah, aku sangat minta maaf kepadamu"
juho pun memeluk jujia dengan rasa penyesalan yang mendalam. mereka pun kembali keluar dan menuju ke arah mobil, mereka lari karena saat itu hujan lebat.
"jo, aku ingin bertanya, bagaimana kah arsya itu?, kau kan mengenalnya sejak kecil bukan?"
"dia itu seperti anak kecil, imut dan manis, seperti tidak pernah tumbuh dewasa, seperti tidak memiliki masalah dalam hidupnya....." jujia mendengarkannya.
"bagaimana dia bisa seperti anak kecil imut dan manis? bukannya dia akan masuk ke universitas, seharusnya dia kan tumbuh besar, hmm... aku jadi bingung" tangan jujia memegang dagunya seolah olah ingin tahu.
"jika kau bertemunya, pasti kau ingin memeluknya seperti anak kecil, mukanya itu putih seperti salju, kau pegang pipinya saja, pipinya langsung memerah, tingkah lakunya juga seperti bayi, dia itu memang manja, namun ia berusaha mandiri, dia juga pandai dalam bela diri, dan sangat pintar, bagaimana tidak, dia akan masuk ke universitas elit di kota ini yang semua mahasiswanya tidak sembarangan". jelas juho berbicara panjang lebar.
"oow begitu, saat tiba nanti aku akan mencubitnya dan mendengarkan suara tangisan nya, hahaha..." tertawa kejam seperti penyihir, namun hanya gurauan untuk mencairkan suasana ketegangan tadi.
°
°
°
°
°
mereka di landa kemacetan karena hujan deras.
"tuan.....tadi ada salah satu pegawai menelepon ku, katanya ada seorang pencuri card kamar vip nomor dua, ia tidak mau pergi dari apartemen itu".
"apa!?, aku kan sudah memberikannya, mengapa ia malah dituduh mencuri!!, cepatlah kita segera kesana!" mata juho melotot dan khawatir akan kejadian itu, bagaimana tidak, keluarga lee telah menitipkan Arsya penuh dengan tanggung jawab, sekarang ia malah teledor, bagaimana jika ia pergi, bagaimana jika ada yang terjadi sesuatu dengan Arsya, pikiran juho sekarang penuh dengan kecemasan.
"jo, tenanglah, arsya pasti baik baik saja" memegang tangan juho agar lebih tenang.
saat mereka sampai, raut wajah juho memerah seperti akan meledak oleh kemarahan.