setelah mereka sampai, mereka langsung terburu buru karena sebentar lagi pesawat akan berangkat, arsya hanya mencium tangan ayah dan ibu, lalu bergegas berlari.
Arsya mengirim kode tangan nya seperti telepon, lalu ibu menganggukkan kepalanya seraya berkata "iya".
untunglah mereka gesit dan cepat, jadi mereka tidak ketinggalan pesawat.
untunglah nomor arsya dan kak juho berdampingan jadi mereka duduk di kursi yang sejajar.
juho sedari tadi melihat Arsya ada yang aneh, tidak biasanya dia diam terus tanpa berbicara satu patah katapun.
" sya...apakah ada yang salah?" tanya kak juho kepada arsya karena ia sangat khawatir.
Arsya masih menundukkan kepalanya.
"tak apa kak...." muncul lah suara dari bibirnya yang tipis itu.
perlahan juho memegang tangan Arsya dan berkata. "jika ada masalah bilang lah padaku, aku akan menjagamu sedari sekarang, apabila kau ada masalah, itu masalah ku juga"
"tak apa kak....hanya saja, saat aku berpisah dengan ibu dan ayah tadi terlalu terburu buru, aku pun tak bisa memeluk mereka..." ia menjelaskan dengan suara lembut dan lirih.
"jadi karena itu...maaf ya, seharusnya aku tidak begini mengajakmu, aku sangat menyesalinya..." sambil menundukkan kepala, juho sangat menyesali perbuatannya, ia kira ini akan menjadi sebuah kejutan yang menyenangkan, namun dugaannya salah.
"tak apa kak..." kemudian diantara mereka terasa canggung, Arsya tidak suka dengan situasi ini, terasa Sesak dan susah bernafas.
lalu arsya menyodorkan sebuah permen kepada juho agar mencairkan suasana
" kak jo, apa kau mau ini....?" tangan mungil putih dan lembut itu menyodorkan sebuah permen lolipop kepada juho, tangannya hampir hilang karena kemeja yang ia kenakan memang sedikit terlalu besar.
juho tersenyum kecil karena ulah Arsya "baiklah..".
°
°
°
°
juho dan arsya berteman sejak kecil, karena keluarga mereka sibuk, mereka menitipkan juho dan arsya berdua, sehingga mereka berteman.
umur mereka berbeda 3 tahun, dilihat lihat pun mereka seperti kakak beradik.
wajar saja, wanita disampingnya seperti bayi kecil yang masih memerlukan tangan orang tua, lagipula dilihat pun wajahnya polos dan putih bersih seperti salju, tanpa make up pun, ia sudah sangat cantik.
°
°
°
waktu berlalu tak disangka mereka sudah sampai, tinggal menunggu tangga turun saja.
saat turun, mereka dihampiri oleh sebuah mobil berwarna hitam, harganya mencapai milyaran, di dalam itu adalah bodyguard kak jo yang sedang menunggu.
juho segera membantu koper yang di bawa oleh arsya untuk di masukan ke bagasi mobil.
lalu juho membukakan pintu kepada arsya untuk mempersilahkan masuk.
" ayolah sya....." memegang pintu mobil untuk menyuruhnya masuk.
" baiklah...." betapa bahagianya ia diperlakukan sangat terhormat oleh kak juho dan bodyguardnya.
saat diperjalanan, kak juho tiba" berbicara dari diamnya.
" sya.... aku tau kau ingin hidup mandiri disini, mencari sosok dirimu, tapi dengarkanlah dan tolong ikuti arahan ku, bagaimana jika kau tinggal di apartemen ku?, sebelumnya aku sudah berbicara dengan ayahmu, namun ayahmu tidak setuju jika kau harus tinggal di apartemen, dan memintaku untuk menjagamu saja dan mencari kos kosan, untuk sekarang ini aku sangat sibuk untuk menjagamu, jadi tolong dengarkan lah aku kali ini"
"baiklah...." sedari tadi arsya menatap juho hingga ia selesai berbicara, juho pun saat berbicara lebih memandang koran yanga ada ditangannya, ia hanya tidak ingin menjadi gerogi karena muka polos dan imut itu menatapnya dan menjadi salah tingkah.
setelah sampai di apartemen ia hanya menyodorkan kartu nomor apartemen, apartemen itu memiliki kamar" yang sangat menakjubkan, namun ada dua kamar, yaitu satu milik juho, dan satunya diberikan kepada Arsya.
"sya, aku tidak bisa menemanimu hari ini, aku masih ada kesibukan sedikit, jadi tolong kali ini mandiri oke" sambil mengelus ngelus kepala Arsya.
"tak apa kak, aku bukan anak kecil lagi" pipinya yang sedikit cemberut karena diperlakukan seperti anak kecil itu sedikit memerah karena malu dilihat oleh bodyguard juho.
"baik baik lah di sana, aku pergi dulu, koper mu biar aku yang urus, kau tinggal datang dan menuju ke ruangan yang sama nomornya dengan card itu" menutup mobil , lambat laun mobil mahal itu pun hilang dari pandangannya.
ia pun melihat lihat apartemen itu. "dari luar saja apartemen ini bukan apartemen biasa" gumamnya itu memang benar, apartemen itu tampak asri dan damai, banyak pepohonan yang menyejukkan mata, bangunannya pun bukan bangunan biasa yang bisa ditempati oleh orang biasa, apartemen itu digunakan untuk anak anak dari keturunan konglomerat.
ia pun melangkah dan melihat tempat nomor ruangan. nomor yang ia miliki bahkan tak ada satupun yang mengantri, pakaian yang dikenakan oleh pegawai itu pun sedikit berbeda.
"permisi kak....apa kau bisa menunjukkan ruangan seperti nomor ini?"
pegawai itu pun mengambil nomor itu.
"bagaimana kau bisa memilikinya? ini ruangan yang sangat istimewa kedua dari milik tuan muda juho lee, apa kau mencurinya? kau ini terlihat polos namun sangat licik ya" perkataan itu membuat perasaan arsya sakit, bagaimana bis ia dituduh seperti itu oleh pegawai kak juho.
" bu..bukan begitu kak, aku di..." sebelum Arsya menyelesaikan bicaranya pegawai itu pun memotong pembicaraannya. "bagaimana bisa orang sepertimu bisa masuk ke apartemen semewah ini, sebelum aku memanggil satpam pergi lah dari sini" cetusnya berlagak sombong didepan Arsya.
"ba...baiklah" karena diperlakukan seperti itu Arsya sangat kecewa, ia pun berbalik badan dan keluar dari apartemen itu.
ia tidak tau harus kemana.