[Hari ini anak Om Ridwan akan dateng ke rumah. Dia bakalan jadi satpam baru kamu. Jadi jangan lupa segera pulang] aku membenamkan kepalaku lagi ke atas buku.
Ma oh Mama... kenapa sih harus repot-repot mengirim seseorang untuk menjagaku? Akukan bukan anak bayi. Aku bisa sendiri kok. Aku ingin sendirian. Toh kalau di rumah papa aku juga merasa kesepian.
Mama dan keluarga barunya.
Bapak dan keluarga barunya.
Lebih baik aku sendirian saja. Toh mereka tak akan memperdulikan aku. Saat aku sakit saja, mama bahkan tak sempat meluangkan waktunya menjengukku.
..
Kilauan cahaya jingga di langit kian tampak jelas. Sudah sore, aku harus segera pulang. Seharian hanya diam di perpustakaan membahas segitu banyaknya soal membuat perutku lapar.
Retno menghampiriku.
"Diaaah... baru beres?"
"Iya,Nok. Kamu kenapa belom pulang."
"Ini. Buat kamu. "
Retno menyodorkan buku catatanku. Alhamdulillah... memiliki teman sebaik dia itu anugrah terindah. Dia selalu setia meminjamkan catatannya jika aku sedang tak berada di kelas.
Sebagai gantinya, aku akan traktir dia di kantin di depan sekolah. Menu makanannya paling enak di makan sepulang sekolah gini. Aah membayangkan bakso dan mie ayam di kantin depan bikin perutku mendadak berbunyi.
Kruuuk..kruukkkk..
"Laper?"
"Iyah.. hehehe..."
Kami berdua berjalan beriringan menuju kantin depan rumah. Kulihat pak Danis tengah sibuk menelpon seseorang di parkiran. Sekilas dia melirik ke arahku. Aku harus cepat-cepat lari sebelum dia memanggilku. Bisa gagal rencana makan bakso bersama Enok nanti.
Ku percepat langkah kakiku.
"Eh Diah. Bentar aku mo foto kopi dulu."
Mobil pak Danis sudah berlalu, aku bisa bernafas lega sekarang. Akhirnya aku bisa pulang.
"Hai Diah?"
Ari tengah duduk di atas motornya. "Mau pulang?"
"Mau makan ama Enok."
"Abis makan aku anter pulang yah?"
Tiba-tiba saja Dira datang dan langsung naik ke jok motor Ari. Dia tampak berbisik sesuatu. "Kami duluan yah, Dee. Dadah..." motor itu melesat secepat kilat.
Kulihat raut wajah Ari berubah. Entah apa yang akan mereka tuju. Untuk beberapa saat aku merasa kesepian.
Dira... gadis berponi itu... dia selalu lebih ungul dari ku.
Lebih cantik.
Lebih pintar.
Lebih cepat dalam segala hal.
.
Andai saja aku jauh lebih pintar dari dia. Tapi nyatanya, aku masih di sini saja. Tidak seperti dia yang sudah berkali kali memenangi berbagai lomba karya ilmiah. Juga pada OSN tahun lalu, dia berhasil lulus seleksi provinsi. Walau harus meringis karena kalah dari lawan-lawannya.
"Aku ingin masuk ke sekolah lain,Dee... rasanya pengen pindah ajah. Kalau di sini terus aku tak akan berkembang."
Keluhnya saat pulang dari kejuaraan.
"Tapikan, prestasi kamu sudah bagus."
"Nggak akan ada orang yang ingat dengan juara dua,Dee. Kamu cuma pelengkap penderita."
..
Gawaiku berbunyi. Ada sebuah notifikasi pesan masuk ke sana. Ah paling juga Mama. Aku acuhkan pesan yang masuk. Aku segera menyusul Enok yang masih sibuk memfotokopi.
Gawaiku berdering lagi. Berkali-kali.
Segera aku baca notifikasi.
[Saya sudah di depan rumah kamu!]
[Cepat buka pintu!]
[Kamu ada di mana!]
TUHAAAN....apa ini??? Satpam sotoy. Enak saja memerintah sedemikian banyak.
[Cepat pulang. Sekarang!]
Aku berlari menuju rumah. Entah kenapa aku ingin tau seperti apa sih wajah satpam sotoy itu. Aku berlari melewati gang sempit. Berbelok mencari jalan pintas.
Nafasku tersengal-sengal. Sampai akhirnya di depan gang. Ada seekor anjing hitam menyalak. Di lehernya ada sebuah rantai besar.
Anjing hitam yang besar itu menyalak nyaring.
Guk
Guk
Guk
Aku tergidik, berbelok mencari jalan pintas lainnya. Sebuah mobil pick up nyangkut di gang. Dia tak bisa maju maupun mundur. Muatannya terlalu penuh. Ban depannya masuk ke dalam parit.
Aaaaaa....
Keringat deras mengalir di balik jilbabku. Nafasku sudah habis dan tersengal-sengal.
Aku berlari lagi mencari jalan lain. Kali ini harusnya bisa lebih cepat sampai ke rumah.
Akhirnya sampai juga. Baru saja mau memasuki pelataran rumah. Kulihat Pak Danis duduk di kursi besi di depan rumahku.
Dia menatapi wajahku penuh tanya.
Ku pegang erat-erat besi berkarat itu. Ku atur nafasku sebelum berdiri di depan Pak Danis.
Dari mana dia tau alamatku? Kenapa dia ada di sini sekarang??? Apa yang dia inginkan?
...
"Kamu mau ngapain di sini?"
"Lah ini rumah saya,Pak."