"Haaaaaaah???"
Ah mungkin benar kata mama "pokoknya mama nggak mau tau, kali ini kamu harus mau. Kamu harus nerima dia untuk jaga kamu. Cuma ama dia mama percayain kamu. Dia juga bakalan jadi tutor sekaligus bodyguard kamu," mataku mengerjap beberapa kali saat Pak Danis meniup netraku.
Aku tak percaya. Masa sih??
"Buat seminggu ini saya bakalan tinggal di sini sama kamu."
Dia menyodorkan susu kotak kepadaku. Lalu sejurus kemudian dia mendekatkan wajahnya ke wajahku. Aku dorong tubuhnya kuat. Dan melemparnya dengan susu kotak.
"Gila!! Pergiiiiiii!!!"
Aku segera lari ke kamarku. Menutupnya rapat-rapat. Kubiarkan saja Pak Danis di bawah sendirian. Matahari makin gelap, adzan mulai berkumandang. Ku lihat Pak Danis keluar rumahku. Berjalan pelan entah ke mana.
Menjagaku? Apa maksudnyah?? Aku bukan anak kecil.
"Mama pengen kamu nggak sendirian di rumah itu. Harus ada temennya,Dee. Anak kesayangan Mama tidur malem sendirian.. no.. big no buat Mamah."
Aku mendengkus lemah. Entah apa lagi yang mau mama rencanakan kali ini.
Entah sudah berapa banyak satpam yang aku usir dari rumah ini. Tentunya dengan isu rumah berhantu.
Kau tau, aku dapat bantuan geratis dari Miko. Dia selalu datang ke rumahku untuk menakuti aku. Dia tau kalau aku tidur di rumah sendirian. Malangnya, bukan aku yang ketakutan, malah satpam rumah yang ketakutan.
Kali ini... rasanya aku tak punya ide.
"Kalau sampai anak Om Ridwan gak jadi tinggal di rumah itu. Papa akan tolak kemauan kamu buat lanjut sekolah. Pokoknya No."
"Maa... ana lelaki dewasa di rumah anak gadis itu bahaya ,Ma. Nanti kalo dia macem-macemin Diah gimana??" Aku mencoba menarik simpati Mamah.
"Lagian, perempuan ama lelaki dalam 1 rumah yang di dalemnya nggak ada siapa-siapa kan itu namanya kholwat. Bahaya,Ma. Nantik kalo Diah diapa-apain sama dia gimana??"
"Ya udah nikahin ajah ribet."
"Yah Mama?!!"
Sambungan telepon itu putus. Aku membenamkan kepalaku ke meja.
Jeduuug!
Aku kepal tanganku erat-erat.
"Diaah, ikut belanja yuk?"
"Iiiiih dia masuk. Hwaaaaa...."
Aku melirik pada kamus di depanku. Ku lemparkan ke pintu kamar.
Pintu kamar itu langsung menutup sempurnah.
"Ya udah kalo kamu nggak butuh apa-apa. Saya mau pergi dulu. Saya laper."
Aku diam sejenak, karena suara langkah kaki Pak Danis mulai menjauh. Sepi kini. Kulihat dia melangkah pergi. Meninggalkanku sendirian.
Aku turun ke lantai bawah. Ku ambil susu kotak yang aku lemparkan ke wajahnya tadi. Tas dan kopernya masih ada di ruang tamu. Kubuka pintu kamar yang sudah di siapkan Mbok Mina tempo hari.
Dia di sini? Duuuuh... apa iyah kali ini aku nggak bisa nolak?
...