Chereads / Susu kotak rasa STRAWBERRY / Chapter 7 - Share house

Chapter 7 - Share house

Aku pergi dari rumah itu, mencari makan malamku sendiri. Aku tak tau lagi bagaimana menolak permintaan Mama kali ini.

"Kamu juga digaji untuk jadi tutor pribadi gadis itu loh, Dan. Kan lumayan duitnya buat uang saku."

Ada-ada saja ibuku itu, bisa-bisanya dia berkata lumayan. Aku harus tinggal dengan bocah q7 tahun yang masih ingusan? buat jagain dia? ah luarbiasa sekali!

..

Aku belok ke sebuah Mall. Kulihat tadi di kulkas tidak ada makanan untuk besok pagi. Entahlah apa ini masuk juga ke tugasku. Ah paling tidak, aku mau belanja untuk diriku sendiri.

..

Aku kembali, tak ada Diah di ruang tamu. Koper dan tasku masih belum bergeser dari tempatnya. Semua barang yang aku beli, segera ku susun rapi di tempatnya. lalu, aku bergegas mandi. Seharian di luar berkutat dengan buku. Paling pas sebelum tidur mandi dahulu.

..

"Aaaàaaaaaàaaaaaa!!!!!" Diah berteriak ke arahku

Aku hampir loncat mendengar teriakannya yang melengking itu.

"Pak Danis mau ngapain???"

"Saya baru mandi mau tiduuur."

"Bohong!!"

Handuk... oh Tuhan handuk ku. Masa depanku, aku rapikan handuk yang melekat di tubuh six packku. Paling bocah tengil ini takjub dengan tubuhku. Iseng, kudekati gadis kecil itu. Dia mundur beberapa langkah sampai menambrak dinding. Aku tempelkan tanganku ke dinding.

Badannya menegang, pucat ketakutan.  Kudekatkan wajahku ke wajahnya. Menghembus lembut kupingnya.

"Hay anak kecil jangan mikir yang tidak-tidak. "

Kami bersitatap lama. Aku lihat ke dalam matanya. Untuk ukuran gadis 17tahun dia tergolong manis. Garis bibirnya yang menawan, alis matanya, juga bulu matanya yang lentik.

Ah sial baunya halus dan lembut ini, bau strowberry. Netra cantiknya menatapku takut-takut. bola matanya yang bening itu melirik ke kiri dan ke kanan. Semerbak harum kepalanya membuatku makin...

"Bapak terlalu dekat,"

"Memangnya kenapa kalau saya terlalu dekat?"

"Nanti..."

Suara Diah terdengar mengalun lembut di telingaku. Badanku makin condong, membuat ruang gerak Diah makin sempit. Dia menegang pucat, mungkin takut aku akan melakukan sesuatu.

"Dediidiiii..."

Kuambil sebuah buku tepat di atas kepala Diah, membuatnya makin tak karuan. Aku sukses membuatnya ketakutan? Aku memperbaiki posisiku dan meninggalkan Diah, kembali ke kamarku. Kututup pintu kamarku rapat-rapat.

Hu....hah! Sentakku keras-keras. Entah kenapa keusilanku tadi menimbulkan sesuatu, aku harus segera meredam keinginan jahat itu. Kuraih jaket dan celana training, olahraga ringan sebentar di luar rumah sepertinya menyenangkan.

Tak kulihat Diah ada di bawah. Aku segera keluar. Membawa ranselku. Berbekal baju untuk besok aku mengajar. Ah Mama. Ini salah Mamah membiarkan anak lelakinya harus menginap di rumah seorang gadis.

Segera kukunci pintu Rumah Diah dari luar setelah memastikan semua aman. 'Aku titipkan kamu kepada Allah, Dek' bisikku lirih sebelum meninggalkan rumah besar itu.

Ah sebentar Danis, kau terdengar seperti seorang suami yang hendak bertempur di medan perang saja. Aku geli sendiri, senyum sendiri.

Kuhabiskan malamku berlari keliling kompleks perumahan Diah. Lalu keluar, menuju rumah Bowo, temanku. Gerimis kecil tak menghalangiku berlari kecil di bawahnya. Dari pada aku di sana berfantasi dengan wajah Diah. Mending aku begini.

Derita jomblo.