Tatapan matanya padaku terasa berbeda, aku tak pernah sedekat itu dengan laki-laki. Wajahnya dekat sekali. Oh Tuhan jantungku rasanya mau berhenti berdetak. Badan roti sobeknya. Alis tebalnya, hidung bangirnya, lesung pipitnya. Aaaah....
Gawat!
Apakah benar dia akan ada di sini seminggu? Benarkah dia akan menjagaku seperti janjinya? nAku turun dari kamarku, hati-hati. Sudah kupakai jilbabku rapat-rapat. Aku celigukan di rumahku sendiri.
Tak kudapati Pak Danis di bawah.
Ku lirik isi lemari pendingin. Penuh dan rapi. Juga aku lihat ada beberapa buah kotak susu dan roti. Juga buah-buahan.
Apa ini untukku?
Ambil jangan,ambil jangan.
Cekrek.
Pintu rumahku terbuka. Aku melihat seseorang berjaket hitam masuk ke rumah. Aku ingin melemparnya dengan susu kotak yang ada di tanganku. Sebelum aku sadar kalau itu Pak Danis.
"Assalammu'alaikum"
"Wa'alaikum salam. Aku mundur beberapa langkah."
Dia mendekat perlahan. Lalu meraih kotak susu yang ada di tanganku.
"Maaf ini punya saya."
Dia menuangkan susu itu di gelas dan meminumnya. Juga memanaskan roti dan memakannya. Sendirian tanpa menawarkannya kepadaku.
Aku segera mengambil botol susu milikku dan juga meminumnya.
"Aku tak akan sentuh makananmu. Jadi jangan sentuh makan yang bukan milikmu," ucapnya setelah selesai makan. Dia berdiri dan mencuci piring bekas makannya sendiri. Lalu seenaknya saja membuka jaket hoodienya dan ngeloyor ke kamar mandi.
Aku terperangah. Dia mengeluarkan pakaian kotor dari dalam mesin cuci dan memasukkan pakaiannya di sana. Dengan sabun cuci miliknya dan mulai mencuci.
Dia itu kenapa?? Kenapa balik lagi. Hwaaaaaaa.... Mama.....!!!!!
"Iya.. iyah duuuh pelan dikit dong, Deee. Kenapa pagi-pagi udah heboh?" ucap Mama di ujung telpon.
"Mama!!! Diah nggak mau ada Pak Danis di rumah ini!!"
"Oh kamu udah kenalan ama dia? Gimana, ganteng maksimal kan?"
"Maa... Diah ini anak gadis Mama. Dia lelaki normal dan dewasa. Mama nggak takut dia melakukan sesuatu ke Diah?" protesku.
"Tenang, De... jadi kamu maunya gimana? Langsung nikah ajah?"
"Iyah," jawabku refleks
"Alhamdulillah...."
"Eh Mama....tunggu-tunggu maksud Diah bukan itu. Maaaa...tunggu dulu."
Tut.
Tut.
Tut.
Telpon terputus.
"Mamaaàaaaa!!!!"
Rasanya aku mau menjerit sepuasnya.
...
Pagi ini, aku pergi ke sekolah sendirian. Berbekal sepeda yang baru aku keluarkan dari garasi. Aku mengayuh sepedaku pelan. Lalu, tiba-tiba saja Pak Danis lewat dengan sepedanya.
Wuuuuuszzz
Meluncur mulus di depanku. Aku terperangah mengayuh pelan sepedaku di belakangnya. Tiba-tiba dia berbalik dan menghampiriku.
"Bisa cepat sedikit jalannya? Saya harus sampai ke sekolah dalam 10 menit."
"Iii i yah..."
Aku mempercepat laju sepedaku. Mencoba melaju di samping Pak Danis. Dia mencebik lalu melaju cepat. Menghilang di belokan. Aku kejar dia semampuku, nafasku sampai tersengal-sengal. Keringatku mengucur deras. Masih pagi aku sudah mandi keringat begini. Duuuh... bisa bau dong nanti.
Dia masuk ke sekolah memarkirkan sepadanya dan menghilang begitu saja.
..
Selepas jam pelajaran aku segera pulang ke rumah. Mbok Mina sudah berdiri di depan rumah sambil menyapu halaman.
"Eh... Non Diah. Sudah pulang?"
"Iyah mbok. Capek ih."
"Simbook sudah masakin makanan kesukaan Non Diah."
"Iyah Mbok, Diah mau tidur dulu."
"Iya Non. Saya langsung pamit ya, Non. Assalammu'alaikum."
Mbok Mina langsung pergi. Seperti biasa setelah selesai mengurus rumahku, Simbok kembali ke rumah Mama.
Aku merebahkan diriku di sofa. Kubuka sedikit jilbabku. Dan tak lama aku terlelap.
...
Matahari mulai menguning. Aku terjaga. Mencoba membuka mataku lebar-lebar. Kakiku rasanya sakit sekali setelah balapan dengan Pak Danis tadi pagi. Aku lirik kamarnya yang masih tertutup rapat. Aku tenggak air dingin dari dalam lemari pendingin.
Makanan yang tersaji di meja makan tak aku sentuh. Entah kenapa nafsu makanku hilang setelah mama bilang aku akan dinikahkan. Aku masih punya banyak mimpi yang belum selesai. Masa iya aku nikah sekarang??
[Kalau kamu punya pacar, mama akan pertimbangkan keputusan perjodohan itu.]
tulis mama kepadaku.
Pacar?? Makhluk apa itu?
Rasanya, aku tak butuh itu. Aku ingin fokus pada pelajaranku. Ada banyak hal yang harus aku kejar.
Aku naik ke kamar dan membersihkan diri lalu. Sholat dan mulai belajar.
..
Azan isya sudah berkumandang, Pak Danis belum muncul juga. Sudah hampir jam 9 malam. Aku turun. Memanaskan makanan yang sedari siang belum aku makan. Perutku sedikit perih. Kusiapkan air panas di dalam tumbler tahan panas.
Aku duduk sendirian. Seperti biasa, makan sendiri. Sepi.
Cekrek...
"Assalammu'alaikum."
"Wa'alaikum salam..."
Pak Danis datang, peluh ada di dahinya. Dia membuka dua kancing kemejanya. Dan menggulung lengan kemejanya sampai siku. Seperti biasa, kebiasaannya setiap pulang.
Dia mengeluarkan air dingin dari dalam lemari pendingin dan menenggaknya sampai tandas.
"Pak Danis mau makan?"
"Hm.. boleh."
Dia duduk di depanku. Aku siapkan makanan untuknya. Dia menatapku heran.
Eh bentar, ini seperti pertanyaan seorang istri saat suaminya baru pulang. Aaah...
"Ini buatan Mbok Mina. Tadi siang Diah belum makan. Jadi masih nyisa banyak," jelasku sebelum dia mulai bertanya.
"Hm.. ya sudah, nasinya sedikit saja. Biar lauknya bisa di makan."
Aku menurutinya.
..
Sepanjang makan dia tak berkata-kata. Hanya tekun memakan makanan di depannya. Kupikir dia akan makan dengan lahap. Ternyata dia hanya makan sedikit saja.
"Kok cuma sedikit?"
"Ah saya baru makan tadi."
Jadi... makan cuma buat nemeni aku ajah?? Mendadak aku ke ge eran.
"Ooh..."
Dia diam lagi.
"Kamu tau rencana itu?"
"Ah?? Rencana??"
Apakah rencana pernikahan kami berdua?
"Diàah.. belum siap Pak..."
Dia mengangkat wajahnya. Mengembungkan pipinya. Seperti menahan tawa yang hampir meledak.
"Rencananya saya akan jadi tutor pribadi kamu."
"Ah...i..itu toh." Aklu buang muka.
Duuuuh malunyaa...
"Setelah membereskan ini, kita belajar sebentar yah. Saya mau mandi dulu." Dia berdiri dan mencuci piringnya sendiri.
Perutku sedikit pèrih dan begah. Aku diam lama di sofa. Menanti Pak Danis keluar dari kamarnya.
Bulir-bulir air masih ada di wajahnya dan rambutnya. Dia duduk di depanku. Bau harum kepalanya yang baru keramas segar sekali.
Entah kenapa jantungku jadi berdegup kencang teringat kejadian kemarin malam.
"Buka"
"Hah buka apaa Pak?" aku pegangi jilbabku erat.
"Buku."
"Baju??"
Plak!
Dia memukul kepalaku dengan buku.
"FOKUS."
"Iyah maaf..."
Sepanjang pelajaran privat sampai jam 11 malam. Aku mulai mengantuk. Dia masih segar-segar saja. Aku mulai menempelkan mukaku ke meja. Dan mulai terlelap.
...
Ada suara air, siapa itu??
Seseorang menciprati mukaku dengan air.
"Bangun! Sudah pagi. Sholat sana!"
Aku bangun dan menemukan diriku di sofa. Sebuah selimut ada di atas badanku. Jilbabku juga masih terpasang di kepala.
..