Chereads / Susu kotak rasa STRAWBERRY / Chapter 1 - Memo Pink

Susu kotak rasa STRAWBERRY

DaoistAQcKxXv
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 19.8k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Memo Pink

Siang hari yang panas setelah jam pelajaran usai. Ku tarik pelan langkah kakiku menuju mushola sekolah. Bangunan mungil berwarna hijau di sisi barat sekolah.

Beberapa teman-temanku sudah sampai ke sana. Wajah mereka tampak serius membahas sesuatu. Dengan diselingi derai tawa dan senyum yang mengembang.

"Assalammu'alaikum"

"Wa'alaikum salam.. Diaaaaaaaah....." riuh mereka menyambut kedatanganku. Ah bak pesohor saja disambut dengan teriakan.

Mereka berlari berhambur ke arahku, dan berhasil membuatku limbung.

"Tetetete... tunggu ...tunggu... ada apa ini???"

"De, kamu tau nggak??"Mika membuka suara. Gadis bertubuh mungil itu menarik tanganku kuat.

"Apaan??"

"Ada guru baru loh.. ganteng bangeeeeet....!!"

Ya Tuhan kupikir apaan. Aku melengos memasuki mushola.

"Yaah.. Dee mau ke mana??"

"Sholat!" Jawabku.

Tirai jendela mushola terbuka setengah. Pintu samping yang biasanya terkunci rapat kini terbuka sedikit. Seseorang mengeluarkan kepalanya dari sana. Sontak aku kaget dan menutup kembali pintu itu.

"Auuu sakit."

"Eh maaaf maaf ..."

Dia membuka pintu itu lagi, memasang wajah marah tentu saja. Kepalanya habis kejedot pintu. Tentu saja dia marah.

"Kalian bisa tenang sedikit tidak. Saya mo sholat!"

Dia melirik ke arahku, melihat ke arah dada.

"Bapak jangan kurang ajar!!"

"Rapikan jilbabmu, saya tunggu di laboratorium sekarang juga."

Ya Allah aku tak sadar kalau jilbabku terbuka di depannya. Segera buru-buru aku pakai lagi jilbabku dan mempercepat langkah kakiku ke dalam mushola.

"Siapa sih dia??? Songong banget. Ngapain jugak nyuruh nyuruh gitu. Dih nyebelin. " rutukku dalam dada.

"Diaaaaah... kamu tau siapa itu tadi?"

"Siapa??"

"Itu guru baru di sekolah ini. Duuuh kamu apain tadi sampek merah jidatnya."

"Dih bodo amat."

..

Selepas sholat aku segera lari ke laboratorium yang sebenarnya hanya berjarak beberapa meter saja. Pria itu ada di sana. Duduk di meja dengan tangan yang bersedekap di dada. Dia menatapku nyalang. Bekas merah di jidatnya masih ada di sana.

"Kamu Diah Pratiwi kan? Ketua klub Fisika di sekolah ini?"

"Iiiiyaaa..ng..ada apa ya ...Pak?"

"Pake nayak lagi." Dia berdiri mendekatiku. Aku mundur satu langkah. Bau parfumnya menusuk hidungku. Bau parfum super maskulin yang berhasil membuat kepalaku pusing seketika.

"Besok kumpulkan semua anggota klub di perpustakaan. Sekarang kamu belikan saya makan siang."

"Kan bapak bisa beli sendiri."

" kamu nggak lihat jidat saya?"

"Yah timbang jidat kebentok doang."

Ya Allah itu mukanya kenapa juga harus sedekat ini. Bola matanya yang coklat. Alisnya tebal, hidungnya bangir, kulitnya putih. Dengañ sedikit rambut tipis di dagunya.

Dia sempurna. Pantas saja teman-temanku kasak kusuk karena kehadirannya di sekolah ini. Luar biasa sekali.

Untuk beberapa detik, aku merasa mukaku mulai panas. Wajahnya yang rupawan hanya berjarak beberapa centi dari mukaku.

Dia menarik tanganku. Oh tidaaak masa iya dia mau menciumku?? Selembar uang pecahan 50.000 ada di tanganku.

"Belikan saya makan siang sekarang!!"

Glek!

Aku menelan ludah. Diah kendalikan dirimu, bisa-bisanya aku mengharapkan dia menciumku. Ah kamu kebanyakan nonton drakor sih. Jadi halu.

"Cepet!" Matanya membulat sempurna. Aku segera berlari ke kantin dan membelikan makan siang untuknya.

Ah jam makan siang, pasti ramai tak terhingga. Benar saja mereka sudah mulai mengantri di depan kasir. Panjang mengular. Beberapa teman-temanku juga tampak mengantri di sana.

"Nasi gurih 1."teriakku dari barisan belakang

Aku melihat Ari membawa nasi gurih dan teh manis dingin pada sebuah nampan.

"Ari... itu... buat aku yah?"ku sungingkan senyumanku kepadanya.

"Enak ajah! Ngantri sana."

"Ayolah... buat aku yah." Entah kenapa aku berani bermanja dan meminta kepadanya. Tanganku menarik-narik ujung kemejanya.

Ku sungingkan senyumanku.

"Boleh yah??"

"Ya udah deh. Tapi bayar!"

Dia pasrah dan menyerahkan nampan itu kepadaku. Aku sodorkan uang kepadanya. Dia meletakkan uang kembalian di nampan.

"Ari baik deh. Makasih yah."

"Eh tunggu. Sebagai gantinya, nanti kamu pulang bareng aku yah?"

Mati aku.

"Eh... iyah.." jawabku lirih dan segera kabur ke lab.

"Dee... makan dulu yuk?" Retno teman sebangku ku berdiri di teras mushola. Menunjukkan kotak bekal berwarna orange kepadaku.

"Gak sempet,Nok" jawabku sambil lalu.

Bau nasi gurih ini membuat ususku bergerak-gerak. Siang hari yang terik, penat setelah jam pelajaran selesai. Harus di lanjutkan dengan jam praktik.

'Duuh... laper'

Tok

Tok

Pria itu melirikku dengan ekor matanya. Mendapatiku membawa sebuah nampan berisi makanan, wajahnya berubah sumringah. Aku meletakkan nampan itu di depannya.

"Makasih yah?"

"Iya,Pak. Saya undur diri dulu yah?"

"Duduk sini makan bareng saya?"

Glek!

Duh... dia tau aja kalo aku laper berat. Aku mencoba menolaknya lembut.

"Nggg... makasih, Pak. Saya nggak laper."

Krukrukkrkk.. sial perutku berbunyi.

"Yakin?"

Aku menelan ludah. "I-iyah."

"Ya sudah. Tolong siapkan bahan-bahan ini." Dia menyodorkan sebuah kertas berisi daftar barang yang harus aku siapkan.

"Baik,Pak." Jawabku lemah.

"Ah satu lagi. Rapikan jilbabmu!"

Duuuuh Diah... kamu ini gimana sih. Pantesan Ari melihat heran kearahku tadi. Ternyata jilbabku miring.

Hwaàaàaà...

..

Aku mulai mondar mandir menyiapkan peralatan. Sementara guru ganteng itu tetap duduk di kursinya dan melahap makan siangnya. Sesekali dia melirik ke arahku.

Perutku sudah mulai perih, aku laper. Hwaaaa...

Dia keluar dari Lab sambil membawa nampan bekas makannya. Untuk sesaat aku takjub padanya.

Padahal kalau dia mau dia bisa memintaku membawakan nampan itu ke kantin.

Ah syukurlah. Aku tenggak botol minum yang ku bawa sampai tandas. Ah cukuplah untuk mengganjal perutku yang kelaparan.

Aku kembali mengambil peralatan. Kali ini ada di atas rak kayu yang mengantung di dinding. Kursi yang aku pijak berderit. Bergoyang ke kiri dan ke kanan. Badanku limbung dan hampir terjungkal.

"Haa aaaaaaaa"

Entah datang dari mana Guru ganteng itu menangkap tubuhku. Lagi. Aku bisa menikmati wajahnya yang memang sangat rupawan. Darahku berdesir, jantungku berdetak tak karuan, seakan ingin meloncat dari dalam dadaku.

Aku segera berdiri, rasanya entah mengapa menjadi sangat cangung begini.

Sebuah bola besi sebesar 5cm meluncur dari atas rak kayu dan mendarat tepat di kepalanya.

"Aduh!"dia meringis kesakitan.

"Yah . Pak..Pak nggak papa Pak??"

Duh gawat masa dalam 2 jam aku ketemu udah melukai dia dua kali. Duh marah lagi dah.

Aku raba pucuk kepalanya, ada sebuah jendolan di sana.

Oh Tuhan.

Aku segera berlari ke kantin mengambil es batu. Secepat kilat aku kembali dengan sebuah mangkok kecil berisi es batu. Ku keluarkan sapu tanganku.

"Ah nggak usah."

"Ini bersih baru Diah ambil dari jemuran tadi pagi."

Matanya melotot lagi.

Aku tempelkan es batu itu di kepalanya. Dia sedikit merunduk tak berkata-kata. Tatapan matanya membuat tanganku bergetar hebat. Dia menarik saputanganku dan berdiri.

"Biar saya saja."

Kakiku lemas seketika. Aku rasanya tak mampu berdiri lagi.

"Ah Diah... tenanglah kamu pasti cuman laper."bisikku lirih.

...

Jam praktek usai.

Sepanjang jam praktek dia tak henti-hentinya melayangkan pandangannya ke arahku. Berhasil membuatku mengunci rapat bibirku.

"Diah.. ke sini sebentar."

Aku menghampirinya. Dia menyodorkan sebuah bungkusan plastik ke arahku.

"Ini buat kamu."

"Eh... ngg ngak usah Pak."

"Sudah ambil saja."

Aku terpaksa mengambilnya dan segera angkat kaki dari lab. Menemui Retno yang sudah dulu tiba di mushola.

Segera ku buka tas bekalku mengintip wadah bekal yang aku bawa.

Ah masih bisa di makan walau sedikit bau.

"Baru mau makan, De?"

"Ah iyaaah..."

"Emang masih bisa di makan?"

"Kayaknya masih."

"Duh kamu ini. Padahal tadi masih ada waktu buat makan. Emang perut kamu nggak sakit? Nanti drop lagi kek yang udah udah." Cerocosnya. Aku tak terlalu memperdulikannya. Aku sendokkan makanan itu ke mulutku.

Ah masih bisa di makan.

Bukan sebuah bekal istimewa, hanya nasi dan mie instan goreng dengan telor ceplok di sisinya. Bekal buatanku pagi ini.

"Mama pergi lagi?"

"Iyaah... biasa."

"Diih kamu.. ayo cepetan di makan."

Aku melirik kresek hitam pemberian Pak Danis.

Ada sekotak susu, sebungkus roti dan sebuah memo berwarna pink.

"Karena kamu sudah menyakiti kepala saya dua kali. Kamu harus turuti semua perintah saya. "

Heeeeeeeeee????

Diiih jahat!

Seseorang tampak terkekeh di balik hijab. Sapa sih itu!! Eh jangan-jangan Adit dan Fahri mendengarkan ku. Duuuuh...

"Dee, pulang yuk?"

Aku melirik ke arah suara itu.

Ari sudah siap dengan helm di kepalanya.

Oh tidaaak...

"Habiskan dulu gih. Abis itu kita pulang."

"Ng..iyaah.. heheh.."

Perutku sakit rasanya. Perih.

..