Di balik sebuah pohon besar, Pino duduk bersandar sambil mengatur nafasnya dan mengendalikan mana yang kacau. Sesekali dia menghembuskan nafasnya, pandangannya sedikit buram saat memeriksa keadaan di sekitarnya.
"Uhuk!!! Sial!!! Bodoh sekali aku sampai melupakan pengingat Paman Poorstag, seharusnya aku tidak melupakannya. Sekarang aku harus menenangkan mana di dalam tubuhku yang mulai kacau. Ini akan mengambil waktu cukup lama, aku harap para Goblin itu tak beranjak dari tempatnya."
Kacaunya mana di dalam tubuh pengguna akan memberikan dampak berupa serangan balik, pengendalian mana merupakan kunci utama dalam menggunakan sihir. Dengan merapalkan mantra, seseorang mampu menggunakan sihir asal mana yang ia miliki sesuai.
Pino tak mengira jika dirinya akan melupakan pengingat sekaligus masalah penting dalam menggunakan sihir. Berada di dalam sebuah pertarungan yang sengit tanpa ada waktu untuk beristirahat membuat adrenalinnya melonjak tajam.
Meski dia berlatih di bawah ajaran Poorstag, dia hanya mempelajari sihir semata tanpa praktik nyata dalam sebuah pertarungan alhasil dia tak bisa mengontrol mana-nya dengan baik.
Pertarungan menggunakan sihir kali ini merupakan pertama kali untuknya, dia tak bisa menahan kesenangan tersebut dan terus menggunakan sihir tingkat 2, yakni Dark Spear tanpa memikirkan konsekuensinya.
Setelah pertarungan yang cukup panjang itu, baru dia tahu jika tindakannya itu terlampau ceroboh, tanpa memikirkan langkah yang tepat dia langsung masuk ke dalam sebuah pertarungan.
Duduk bersandar di sebuah pohon yang besar, dia mulai mengatur nafasnya untuk mengendalikan mana yang kacau dan tak beraturan, dia berusaha untuk segera memulihkan diri, tindakannya beberapa saat lalu pastinya akan berdampak besar pada pergerakan pemukiman Goblin.
Pino takut jika Goblin akan bergerak menuju ke Desa Huem dan desa sekitarnya, bagaimanapun tindakannyalah yang membuat situasi di sisi ini menjadi kacau, dia tidak bisa lepas tangan begitu saja.
Secepat mungkin dia berusaha untuk memulihkan diri dan menstabilkan mana yang kacau di dalam tubuhnya. Cukup lama memang dia duduk dalam posisi meditasi, kacaunya aliran mana di dalam tubuhnya benar-benar di luar prediksinya.
"Apa yang menyebabkan mana-ku sekacau ini, menggunakan sihir tingkat 2, seharusnya tidak akan berakibat seperti ini. Tampaknya, permintaan Grimoire benar-benar sangat tinggi, meski aku memiliki mana yang jauh lebih besar dari yang lainnya, tetap saja masih belum cukup. Bagaimana caranya aku mengatasi ini?"
Selepas menstabilkan mana yang kacau di dalam tubuhnya, Pino bergegas kembali ke area pemukiman, dia ingin mencari tahu bagaimana reaksi dari Goblin ketika mengetahui tempat tinggal mereka diserang.
Menghabisi Goblin Varian coklat membuat dia sedikit terbantu, tak mengurang kewaspadaannya, dia kembali ke pemukiman Goblin dan menemukan satu pemandangan yang benar-benar membuat dirinya menjadi gugup.
Goblin, Hob-Goblin, Tiga Goblin Varian, dan Goblin Mage, mereka semua melihat ke satu arah. Posisi mereka menunjukkan betapa mereka takut sekaligus hormat saat melihat ke arah tersebut. Tanpa keraguan, Pino merasakan adanya tekanan yang besar dan membuat dia berpikir ulang untuk masuk ke sana.
Sayangnya, dengan pemandangan di depannya itu, dia semakin yakin jika gerombolan Goblin ini akan melakukan serangan ke Desa Huem maupun desa sekitarnya. Tidak ada kesempatan untuk mereka bertahan jika gerombolan ini benar-benar memutuskan melakukan serangan.
Pino tak bisa membiarkan itu semua terjadi, segera dia merapal beberapa mantra.
"Acceleration, Strenght, Detect of Life."
"Huft... aku harus memaksakan diriku untuk menghentikan mereka semua, bagaimanapun itu akan sepadan, tidak ada cara lain atau desa-desa itu akan hancur di tangan mereka."
"Goblin Chief, seperti itukah rupanya, benar-benar mengejutkan. Tubuhnya tak terlalu besar namun ada satu tanduk di kepalanya, mungkinkah itu hanya sebuah helm semata atau memang tanduknya? Taringnya besar dan menjulur keluar dari mulutnya, perawakannya mirip dengan Goblin Mage meski sedikit lebih berotot. Penampilan yang mengejutkan."
Pino menelan ludahnya saat mengamati Goblin Chief yang menampakkan dirinya. Tekanan dan aura yang dikeluarkannya jauh berbeda dengan yang lainnya, sekilas dia langsung menemukannya dan mengakuinya kalau sosok itu merupakan pemimpin dari gerombolan Goblin ini.
Jarak mereka terpaut cukup jauh, namun dia masih bisa merasakan tekanan yang begitu besar dari Goblin Chief, memang Goblin merupakan salah satu monster yang lemah namun semakin tinggi peringkat dalam hirarki mereka semakin tinggi juga kekuatan mereka, dan kini Pino dihadapkan dengan salah satu Monster level C.
"Paman Poorstag, sepertinya aku terlalu terburu-buru, seharusnya aku mengikuti saranmu untuk mempelajari sihir lebih daru yang aku dapatkan darimu. Meski aku bisa menggunakan sihir yang lebih tinggi dari Dark Spear, aliran mana di dalam tubuhku tak akan tenang."
Dia menanti apa yang akan dilakukan oleh gerombolan Goblin ini, mereka tampak menunggu sebuah tindakan dari Goblin Mage. Adanya pergerakan mana dari Goblin Mage membangkitkan kewaspadaan Pino, dia tahu apa yang akan dilakukan oleh Goblin Mage, dia akan meningkatkan mana pada Goblin Chief.
Mau tidak mau, dengan gerakan yang dilakukan Goblin Mage, Pino tak tinggal diam, dia menggunakan Dark Spear untuk menghentikan upacara itu. Mengarahkan sihirnya tepat ke Goblin Mage, Pino melepaskan sihir lainnya, Magic Missile.
Dua sihir saling terarah ke arah yang sama dan berurutan, dengan harapan melumpuhkan Goblin Mage, Pino menggunakan dua sihir secara berurutan, dan segera berpindah lokasi. Tentu saja, untuk mengantisipasi gerakan dari Goblin lainnya, dia berpindah tempat sambil bersiap untuk menyerang.
Bukan suatu perkara yang mudah menghadapi monster sekelas Goblin Chief ini, dia pun berpikir cukup keras untuk mencari cara terbaik ketika berurusan dengan monster ini. Secepat kilat dia berpindah ke sisi lainnya, dan mengamati apa yang terjadi.
Akibat serangannya yang tiba-tiba dan cepat, upacara itu terhenti saat Goblin Mage meraung kesakitan, sihir Pino berhasil melukainya dan membuatnya terkapar, sayangnya berkat serangan itu pula semua Goblin mengetahui keberadannya dan segera meraung-raung bagaikan binatang yang terluka.
Mereka melesat ke setiap sudut area tersebut, meninggalkan Goblin Chief di bawah perlindungan Goblin Varian yang membawa mundur Goblin Mage. Puluhan Goblin dan Hob-Goblin mencari keberadaan Pino yang berada di balik sebuah pohon dan menunggu waktu yang tepat untuk melancarkan aksinya.
"Baguslah, Goblin Mage itu terluka, paling tidak salah satu hambatan utama sudah tumbang, sekarang hanya empat Goblin itu yang berbahaya. Serang dan lari, cara terbaik untuk berurusan dengan Goblin di sekitar ini."
Pino menembakkan Magic Missile ke arah Hob-Goblin, lalu dia pindah kembali dan melakukan tindakan serupa hingga Hob-Goblin yang tersisa dapat dihitung denga jari.
Tindakannya itu memancing amarah Goblin Chief, raungannya yang keras meningkatkan kekuatan Goblin lainnya dan mereka bertindak lebih agresif dari sebelumnya, seperti ada kekuatan yang merasuk ke tubuh mereka dalam jumlah yang besar.
Merasa Goblin sudah berkurang cukup banyak, Pino beralih, dia tak lagi menyerang dan lari, kini dia menghadapi mereka semua menggunakan pedangnya. Menerapkan ajaran yang selalu diajarkan ayahnya, Balam.