Chereads / The Emperor of Magic (IND) / Chapter 30 - A-30

Chapter 30 - A-30

Ujian selanjutnya merupakan sebuah ajang uji kekuatan antar murid, yang mana ujian ini berupa sebuah duel. Mereka yang lolos dari ujian pertama pun diberikan sebuah nomor, kemudian para penguji akan mengacak nomor dan memilihnya.

"Ujian? Apa ini ujian, Derek? Ini seperti mereka mengukur kekuatan kita, apa sebegini jauhnya mereka menyaring para murid yang akan diterima di akademi ini? Kau... siapa yang akan kau lawan Derek?" tanya Pino, dia merasa aneh saja dengan ujian yang diberikan oleh akademi pada para murid baru termasuk duel ini.

"Sesulit inilah ujian masuk di Akademi Coasthaven. Tidak mudah untuk kita bisa belajar di tempat ini, selepas duel ini pun kita masih ada satu ujian akhir. Jelas saja sulit, akademi ini sendiri bukan tempat sembarangan. Pino, berhati-hatilah, kau akan melawan Marivaldi bukan. Untukku sendiri, kau tidak perlu khawatir," balas Derek, dia yang mendapatkan lawan yang tidak terlalu kuat pun tidak merasa khawatir, namun begitu tahu jika Pino menghadapi Marivaldi, barulah dia merasa tidak nyaman.

"Ya, aku baru tahu itu, ternyata tempat ini sangat selektif dalam menerima murid baru, apa ini hanya untuk kelas unggulan atau memang ini cara mereka menyaring murid untuk masuk ke dalam sistem pembelajaran mereka saja. Huft... Menyenangkan sebenarnya, tapi aku rasa mereka yang tidak lolos pun tetap diterima hanya saja mereka mengalami ujian lain kan," ujar Pino, dia memperhatikan duel pertama.

Dua pria naik ke atas panggung, mereka berdua memiliki penampilan yang cukup baik. Setelah dua pria itu, ujian berlanjut ke murid lainnya. Mereka yang berada di atas panggung memiliki kekuatan yang baik dan mereka menampilkan pertarungan yang memanjakan mata.

"Apa ada siswa yang menarik perhatianmu?" tanya seorang pria yang memiliki penampilan cukup garang dengan pakaian yang cukup eksentrik jua.

"Belum, mereka masih belum menunjukkan kemampuannya namun ada beberapa orang yang cukup menarik, seperti Cody Warmlet, Marivaldi, tiga pemuda di sebelah sana dan lagi dua wanita itu," ujar pria di sampingnya.

Pada saat mendengar percakapan mereka berdua, Reywan pun tertarik dan dia ikut masuk ke dalamnya dengan mengatakan beberapa hal terkait ucapan pria sebelumnya. "Ya, mereka memang menarik, tapi ada dua pemuda yang belum menampilkan kemampuannya dan juga mereka sangat menarik. Pria itu dan yang di sana, mereka berdua memiliki aliran mana yang besar. Kandidat nomor 38 dan 83, mereka berdua cukup bagus. Ariya Pino serta Merick, dua pemuda yang sangat menarik."

"Mereka berdua memang bagus bahkan memiliki kemampuan yang tinggi juga. Dua pemuda itu tidak kalah dari kandidat lainnya, pertarungan yang Cody lakukan pun berjalan dengan cepat, lihat saja bagaimana dia menggunakan keterampilannya," ujar pria yang mengenakan jubah dan memiliki sebuah janggut yang panjang, dia membalas ucapan Reywan dengan santainya. Tak lupa dia juga memuji Cody yang menjadi murid favoritnya.

"Begitukah Galvin? Seleramu selalu sama, apa karena kau memiliki elemen yang sama dengannya sehingga kau tidak bisa menilai dengan objektif. Kemampuannya memang baik namun dia hanya berada di parameter itu saja, bukan sosok yang harus diperhatikan lebih." Bukan karena dia tidak menganggap kemampuan Cody, dia mencari sosok yang kuat tanpa dukungan yang tepat karena dia sering menemui sosok macam Cody yang mendapatkan dukungan baik, namun mereka hanya menyia-nyiakan bakatnya saja.

"Reywan, aku tidak meragukan penilaianmu, Cody memang berbakat namun dia mendapatkan dukungan dari keluarganya. Apa itu buruk? Tidak, Reywan, itu adalah keberuntungannya, dan lihat kemampuannya tadi, apa kau pikir itu hasil yang ia dapat secara instan?" tanya Galvin Prescotte. Dia mendukung dan memfavoritkan Cody bukan hanya karena dia seorang bangsawan, dia juga melihat kemampuan yang Cody miliki berasal dari kerja keras bukannya mengandalkan bakat saja.

"Ya... kita lihat saja, sebentar lagi kau akan mengetahui apa maksud dari ucapanku, Galvin. Dua murid yang akan berduel kali ini hanyalah orang biasa, Marivaldi dan Ariya Pino, dua kekuatan yang cukup menyita perhatian. Satu dengan kekuatan tanah, sedangkan yang satunya... aku rasa dia memiliki elemen yang cukup menarik, kegelapan." Reywan menantikan bagaimana pertarungan antara Pino dengan Marivaldi, dia cukup tertarik dengan mereka berdua selain tertarik dengan Merick juga.

Pada saat namanya disebut oleh penguji, Pino bergegas naik ke atas panggung. Dia cukup tenang saat membawa pedang di pinggangnya, begitu dia berada di atas panggung dia melihat Marivaldi membawa senjata yang cukup biasa, yakni sebuah sarung tangan besi.

"Lawan yang menarik, dia tidak menggunakan senjata yang umum, tipe fisik? Mayoritas para pengguna sihir elemen tanah memiliki keunggulan dalam pertarungan jarak dekat walaupun mereka masih mampu bertarung jarak jauh. Aku ingin tahu bagaimana gaya bertarung pria ini, dia yang menggunakan sihir Earth Bullet pasti memiliki kemampuan unik sampai memilih senjata itu," pikir Pino, dia sangat tertarik dengan pilihan yang Marivaldi ambil, dimana dia memilih menggunakan sarung tangan besi sebagai senjata utamanya.

"Bersiaplah kalian berdua, di dalam ujian ini kalian diperbolehkan menggunakan senjata dan sihir terkuat kalian. Hanya ada satu peraturan mutlak, tidak boleh membunuh!!!" seru penguji sebelum memulai ujian itu.

Pino dan Marivaldi saling bertatap muka, mereka tidak menunjukkan tanda-tanda untuk memulai sebuah duel. Mereka saling mengamati, siapa yang akan melangkahkan kaki untuk pertama kalinya, mengamati dan menunggu merupakan sebuah cara yang tepat dalam keadaan yang belum pasti ini.

"Huh!!! Merasa kuat? Kau memiliki kemampuan yang unik dan baik, namun kau bukan lawanku, turun dan menyerahlah. Aku tidak ingin mengotori tanganku," ujar Marivaldi, suaranya yang merendahkan, dan provokatif terdengar sangat tidak enak.

Tentu saja apa yang dikatakan oleh Marivaldi membuat para penonton menjadi tidak senang, namun ada juga yang bersemangat, di sisi lain Reywan dan Galvin tampak acuh pada situasi di atas panggung.

"Tanah dan elemen lain? Pertarungan yang menarik, siapa di antara kalian berdua yang memiliki kemampuan terbaik? Tunjukkan kekuatan kalian biar aku bersemangat di tempat ini," ujar Cody, dia tersenyum sayangnya senyuman itu bukanlah bentuk pujian melainkan bentuk dari meremehkan.

"Pino, berhati-hatilah, dia memang sombong namun kekuatannya tidak lemah. Dia bukan hanya mampu menggunakan sihir jarak jauh, namun sangat pandai dalam pertarungan jarak dekat. Kau harus mempertimbangkan setiap gerakanmu, Pino," seru Derek yang tampak khawatir dengan Pino, dia sendiri sudah lolos ke babak selanjutnya setelah mengalahkan pesaingnya.

"Terima kasih, saranmu memang menarik, sayangnya aku ingin berjuang. Mengetahui seberapa jauh aku bisa bertahan, aku rasa itu sudah cukup. Bertarung melawan lawan sekuat dirimu, kesempatan semacam ini, bagaimana aku bisa menolaknya. Ingat namaku Pino, hmm... aku akan membuatmu mengingatnya," ujar Pino, dia tidak menggunakan sihir namun menarik pedangnya, dan dia mengambil sikap bertahan selagi matanya menatap tajam ke arah Marivaldi.

"Mulai!!!" teriak penguji, saat dia memberi perintah untuk memulai ujian itu.