Poorstag tidak dapat kembali ke rumah Balam untuk memperhatikan perubahan yang terjadi pada Pino. Ia tetap berada di posisinya sambil melihat kemunculan monster babi hutan, Poorstag tidak bisa meninggalkan posisinya atau para monster yang menuju desa akan menghancurkan semuanya. Tidak peduli akan reaksi penduduk desa, Poorstag tetap bersiap untuk menghadapi monster babi hutan yang berjumlah tidak sedikit. Ia yakin jika dirinya meninggalkan posisinya maka seluruh desa dan penduduknya akan luluh lantah.
Poorstag mengalami situasi yang sangat tidak menyenangkan, di depannya dia menghadapi monster-monster yang datang ke arahnya dengan hawa membunuh dan haus darah yang kuat. Situasi di balik punggungnya pun tidak kalah menyusahkannya dengan bagian depan, dia bisa merasakan tatapan tajam dari para penduduk, pandangan mereka menunjukkan rasa kebencian yang dalam seperti kehidupan mereka direnggut.
Selain itu, ia khawatir dengan keadaan Pino yang tengah membangkitkan inti sihirnya. Ia khawatir dengan Pino karena perubahan mana di sekitar rumah Balam terlalu besar, aliran mana itu perlahan mulai menunjukkan eksistensinya dengan menghancurkan beberapa bangunan di sekitarnya, itu terjadi karena mana yang ditarik dan digunakan Pino untuk membuka Gerbang Kekosongan dan membangkitkan inti sihirnya.
Poorstag tidak bisa fokus, konsentrasinya terpecah menjadi beberapa. Dengan konsentrasi yang terpecah belah, dia tidak bisa menggunakan sihirnya secara efisien, menghirup udara, Poorstag mengembalikan konsentrasinya. Ia tidak bisa bertarung jika konsentrasinya terpecah, kekuatannya memang tidak berkurang namun serangannya tidak akan sebaik jika dia bisa fokus dengan pertarungan, serangannya akan lebih efisien dan tidak membuang-buang banyak tenaga.
"Monster-monster itu sudah tiba, jumlah mereka tidak sedikit dan mereka berasal dari peringkat tinggi. Sial! Pasti ada pemimpinnya tidak mungkin monster babi hutan akan bergerak serentak, tanpa ada Big Horn Boar, tidak akan mungkin monster-monster ini bergerak dengan serempak tanpa kehadiran monster peringkat c ini," seru Poorstag, dia menilik monster-monster yang semakin dekat. Poorstag segera memanipulasi rintangan-rintangan yang telah ia buat.
Tanah yang telah terbentuk seperti sebuah duri mulai bergerak, gerakannya sangat dinamis dan menghancurkan beberapa monster yang berusaha melewatinya. Perubahan dari duri tanah membuat pergerakan monster babi hutan tak melambat bahkan tidak bisa bergerak bebas. Menggunakan sihir bernama Delay of Earth Manipulation, sebuah sihir tingkat atas yang mampu memanipulasi tanah, Poorstag memanfaatkan sihir ini dengan sangat baik untuk menghambat pergerakan monster babi hutan. Selain sihir itu, dua golem tanah di sisinya segera melesat ke depan menyerang para monster.
"Wahai bumi yang agung, tunjukkan kekuatanmu, hancurkan malapetaka yang datang. Gerakkan kekuatanmu, beri aku kekuatan lebih. Terima ini!!! Delay of Earth Manipulation!!!" teriak Poorstag, ia menggerakkan tangannya seperti sedang menari dan matanya terus tertuju pada gerombolan babi hutan yang datang ke arahnya dengan kecepatan tinggi.
Dua golem tanah yang berada di sampingnya pun sudah mulai menunjukkan kekuatannya, dua golem itu menghabisi beberapa babi hutan yang menyerangnya. Belum ada babi hutan yang berhasil menembus barikade pertahanan yang Poorstag buat, dua golem itu menampilkan dominasi yang teramat kuat hingga membuat monster babi hutan terhempas jauh setelah menerima pukulan.
Tidak ada satu pun babi hutan yang berhasil menembus barikade pertahanan hingga BIg Horn Boar datang dengan gagahnya. Tanduknya berwarna hitam pekat dan tubuhnya tiga kali lebih besar daripada babi hutan biasa, matanya merah dan tajam, taringnya panjang dan mengerikan. Big Horn Boar lari dengan kencang ke arah golem, lantas menyeruduknya. Serudukannya sangat kuat dan ada cahaya berwarna biru, saat menerima serudukan dari Big Horn Boar dua golem itu hancur berkeping-keping dengan tempat mereka berpijak menjadi gosong, dan tanduk dari Big Horn Boar mengeluarkan petir.
Ketika melihat Big Horn Boar mengeluarkan petir dari tanduknya, Poorstag melihatnya dengan tatapan serius, dia tidak bisa memandang monster di depannya sebelah mata atau menyandingkannya dengan monster-monster lainnya. Poorstag mulai mengubah pola gerakan tangannya ke atas langit dan menggerakkannya laksana menggambar sebuah lingkaran.
"Kekuatannya jauh di atas monster lainnya, aku tidak bisa meremehkannya, terima ini!!! Earthing Thorn!!!" teriak Poorstag, ia mengangkat setiap duri-duri yang terbentuk ke atas langit lalu mengendalikannya dengan mengarahkannya tepat ke Big Horn Boar. Menggerakkan tangannya memukul ke bawah, duri-duri tanah itu menukik dengan tajam seperti elang yang menemukan mangsanya.
Big Horn Boar mengelak, menghindari setiap duri yang mengincarnya. Tanduknya mengeluarkan petir dan menghancurkan duri-duri yang mengarah padanya. Poorstag mendecapkan lidahnya, dia terus memborbardir Big Horn Boar dengan duri-duri tanah, semakin lama dia menggunakan sihir ini semakin kuat serangannya. Ia benar-benar mengendalikan pergerakan dari para monster.
Tangannya terus berayun mengendalikan tanah dan menggerakkannya untuk menyerang para monster, ia juga kembali membuat golem untuk menahan serangan monster yang mulai lepas kendali dan menyerang dengan membabi buta. Reaksinya cukup cepat saat menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi pada tiap monster, saat dia menahan gempuran dari monster yang tak berakhir-akhir, ia merasakan adanya perubahan besar dari arah rumah Balam.
Para penduduk yang awalnya bergerak serempak untuk menyerang Poorstag mulai melemparkan setiap senjata yang mereka bawa ke arah Poorstag. Mereka sama sekali tidak mengetahui jika ada serangan yang mengarah ke desa. Para penduduk tidak bisa merasakan adanya bahaya yang datang dari luar desa karena penglihatan mereka tertutup oleh dinding yang muncul dari sihir.
Selepas melempar setiap senjata yang mereka pegang, para penduduk terkejut dengan sebuah suara ledakan yang berasal dari rumah Balam. Ketika mereka melihat rumah yang ada di sekitar rumah Balam, mereka hanya menemukan reruntuhan semata dan mereka melihat sebuah pemandangan visual yang menakutkan. Apa yang mereka lihat jauh di luar nalar mereka, tak pernah mereka melihat pemandangan se-mengerikan itu.
Apa yang dilihat oleh para penduduk? Mereka melihat seorang anak laki-laki melayang dan terbungkus oleh sesuatu yang berwarna hitam pekat. Kegelapan yang membungkus anak laki-laki itu membentuk sebuah buku dan ada sebuah sosok yang berada di balik buku itu, saat kegelapan itu semakin pekat dan menyeramkan, rumah-rumah di sekitar anak laki-laki itu hancur tak berbentuk, pada saat itulah mereka bisa melihat Balam dan seorang wanita yang berusaha menahan anak laki-laki tersebut.
Melihat Balam yang mengacungkan pedangnya sambil menggunakan sihir dan juga seorang wanita yang menggerakkan tangannya serta menggumamkan sesuatu. Sebuah bola angin yang besar mencoba untuk menelan kegelapan yang muncul dan hendak menelan anak laki-laki tersebut, yang ternyata adalah Pino. Mana-nya terus keluar dan ia tidak henti-henti menarik mana di sekitarnya hingga banyak bangunan yang hancur karena ulahnya.
Poorstag merasakan perubahan mana yang sangat besar dari balik punggungnya, ia tidak lagi bisa fokus melawan monster karena perubahan yang mendadak ini, segera dia berbalik dan melihat satu peristiwa yang membuat dirinya berkeringat dingin. "Sial!!! Kebangkitannya terlalu besar, aku harus menekannya jika tidak... anak itu akan--"
Sebelum ia berhasil menyelesaikan ucapannya, monster-monster yang mengarah ke desa semakin beringas dan brutal. Tak ada yang bisa menghentikan Big Horn Boar, monster itu menghancurkan golem yang mencoba untuk menahannya. Monster itu bergerak dengan kecepatan tertinggi dan petir di tanduknya menghancurkan rintangan-rintangan yang Poorstag buat.
Big Horn Boar mengeluarkan petir yang jauh lebih besar dan memancar ke berbagai arah namun tujuannya jelas ke arah depan, dinding tanah yang Poorstag buat tidak mampu menahan kekuatan petir dari Big Horn Boar. Dengan pertahanan yang terkikis bahkan hampir hancur, monster-monster babi hutan itu mulai merangsek masuk ke desa dengan kecepatan tertinggi.
Poorstag tak bisa berbuat banyak saat monster-monster itu masuk ke dalam desa, pertahanan yang ia buat dihancurkan dengan mudahnya. Ia memanipulasi tanah kembali untuk menarik monster dan memakamkannya. Ia bergerak secepat mungkin untuk menutupi kerusakan dinding dan mencoba untuk menghabisi setiap monster yang masuk ke dalam desa. Ia tidak peduli dengan korban yang terjadi pada para penduduk biasa, dia lebih mencemaskan keadaan Pino yang mengalami perubahan tak terduga.
Kembali ia menciptakan golem untuk melindungi pintu masuk desa, dan membuat golem lainnya yang digunakan untuk menyerang setiap monster yang merangsek masuk dan menghancurkan desa. Poorstag berusaha untuk tenang dan tidak panik, dia memperhatikan perubahan Pino yang semakin tidak masuk akal. Hanya sebuah kebangkitan inti sihir saja, perubahan yang terjadi bisa sebesar ini.
"Terus gunakan sihir untuk menekannya, kita harus menyegelnya, jika tidak... akan ada bahaya yang datang, jangan mengendurkan sihirmu, terus tekan dan jangan biarkan ia lepas kendali. Tekan, aku akan ke sana setelah menyelesaikan urusanku dengan monster-monster tengik ini," seru Poorstag saat melihat langkah yang Balam dan istrinya ambil.