Poorstag menggunakan seluruh mana-nya untuk menutup Gerbang Kekosongan yang hampir terbuka seluruhnya, ia memaksa Pino untuk tidak membuka gerbang itu seutuhnya sehingga kebangkitan inti sihir Pino masih belum selesai. Mana di seluruh tubuhnya hilang, dan Pino jatuh dari udara, dan menghantam lantai dengan kencang.
Poorstag tidak dapat menangkap Pino, dirinya jatuh berlutut, kelelahan karena menggunakan seluruh mana-nya. Tak hanya kelelahan, dia juga memuntahkan darah akibat dari reaksi yang datang dari inti sihirnya. Ketika seorang penyihir menggunakan seluruh mana-nya, inti sihirnya akan bereaksi dan memaksa pengguna untuk menarik mana dari sekitarnya.
Situasi yang Poorstag hadapi jauh lebih rumit daripada itu, dia harus menahan inti sihir Pino keluar dengan menutup paksa Gerbang Kekosongan dan itu membutuhkan seluruh mana-nya, ia mengerahkan seluruh kemampuannya dan menggunakan sihir tingkat tinggi untuk menyegelnya. Tentu saja ada harga untuk keberhasilannya, di mana Poorstag mulai menjadi lemah.
Dia memilih menyegel inti sihir Pino karena dia tahu akan dampak dari terbuka dan bangkitnya inti sihir itu, di mana akan menghancurkan wadahnya atau Pino. Itu terjadi karena tubuh Pino yang belum terlatih dan tak memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan kekuatan dari inti sihirnya, Poorstag berani mengambil keputusan ekstrem untuk menutup paksa kebangkitan Pino, karena dia pernah membaca situasi serupa.
Apa yang ia baca adalah sebuah kisah tentang seorang anak kecil yang memiliki mana yang luar biasa besar, sewaktu kebangkitannya terjadi. Hampir satu kota menjadi harga yang anak kecil itu bayar untuk mendapatkan inti sihirnya, akan tetapi kekuatan yang dimiliki anak kecil itu besar hingga berhasil menjadi sosok penyihir yang diagung-agungkan, sayangnya kepribadiannya mulai berubah seiring berjalannya waktu, dan akhirnya dia menjadi pemimpin dari penyihir gelap.
Makanya Poorstag memilih untuk menutupnya dan membawa kunci pembuka segel dengan membayar harga yang mahal. Dia melakukannya, karena berhutang budi pada Balam. Kekuatannya menurun setelah menyegel kebangkitan Pino, kekuatannya sekarang setingkat dengan penyihir tingkat 5. Meski begitu, dia tetap puas karena berhasil melakukannya dan mendapatkan pengetahuan baru.
"Mengerikan! Kekuatanmu jauh lebih mengerikan dari yang aku kira. Kau tidak boleh mempelajari sihir hingga memiliki tubuh yang lebih pantas, seiring berjalan waktu nanti... manamu akan bertambah dan tubuhmu akan semakin kuat. Jika waktu itu sudah tiba, kau bisa belajar sihir, Nak. Kondisimu ini cukup langka dan berbeda dari kebanyakan orang, entah ini kutukan atau berkah," ucap Poorstag dengan lemah, ia letih dan tak berdaya, duduk pun sulit ia lakukan dan dia hanya bisa berbaring.
Poorstag hanya bisa melihat Pino yang terbaring tak sadarkan diri, bahkan dia melihat adanya aliran mana yang kacau di sekitar tubuh Pino. Dengan sihir dasar, dia bisa melihat aliran mana di sekitar mereka atau mana alam. Dengan situasi yang tak menentu dan monster-monster yang berkeliaran di sekitar desa. Poorstag menjadi cemas, dia mencoba untuk bangkit berdiri, namun kekuatannya tidak bisa membuat dia berdiri, dirinya hanya bisa duduk.
"Sial! Dampak dari menyegel inti sihir terlalu kuat, beruntung aku berada di sini, jika aku ada di hutan atau tempat yang tidak aman, sudah pasti aku akan mati. Balam, Valerie, aku harap kalian bisa mengatasi monster-monster yang menyambangi desa. Maafkan aku, kekuatanku sudah terkuras habis," ucap Poorstag,dia diam dan mencoba untuk memulihkan kekuatannya kembali.
Di pintu masuk desa, Balam yang berhasil menggapai Valerie mengerutkan dahinya dan tampak sangat khawatir dan resah. Melihat wajah Valerie yang semakin pucat dan memutih, Balam semakin kacau, apalagi saat dia menyentuh tangan Valerie, ia tidak bisa merasakan sedikit pun kehangatan bahkan kulitnya semakin dingin. Khawatir, Balam menjadi kacau matanya merah dan kosong, ia melihat Valerie, lalu ia mendekapnya dan membawanya ke pelukannya.
Balam berusaha memberikan rasa hangat pada Valerie, meski nalarnya berkata sesuatu, dia mencoba untuk menepisnya dan tidak mempercayainya. Dia terus memeluk Valerie, tak mampu dia mengucapkan satu pun kata, air mata turun dari matanya membasahi pipi dan rambut Valerie. Ketika Valerie berada dalam pelukannya, Balam terus mencium rambutnya dan berharap agar situasi ini hanya mimpi.
Akan tetapi, harapan hanya tinggal harapan, apalagi Balam merasakan ada darah yang merembes keluar dari perut Valerie. Dengan luka yang cukup parah dan mana yang habis, sudah pasti Valerie tidak dapat bertahan hidup, jika dia tidak mencoba untuk menahan Pino kemungkinan besar dia yang masih hidup namun akan ada seseorang yang dikorbankan. Pada saat menahan aliran mana yang memaksa masuk ke dalam tubuh Pino, dia terus mengeluarkan mana-nya dan itu terlalu menguras tenaga.
Balam tak bergerak dari posisinya dan tetap memeluk Valerie meski tubuhnya berlumuran darah. Ia menangis namun tak bisa meraung, jiwanya terkoyak, dan hatinya terasa sangat sakit. Ia terus memeluk Valerie dalam waktu yang sangat lama, hingga dia tersadar akan keberadaan Pino. Saat dia menyadari ada satu orang yang berharga dalam hidupnya, dia segera bangkit, tak peduli rasa sakit yang ia rasakan baik fisik ataupun psikis, dia tetap bangkit dan menggendong Valerie bak seorang putri.
Melewati beberapa rumah yang hancur dengan mayat-mayat penduduk dan monster, Balam melewati mereka dan kembali ke rumahnya untuk mengecek kondisi Poorstag dan Pino. Seketika saat dia sampai di rumahnya, dia melihat Pino tak sadarkan diri dan telanjang dengan sebuah luka di dadanya yang membentuk sebuah segel tertentu. Balam menahan air matanya, dia bergegas memeriksa Pino dan menemukan jika dia masih hidup.
"Untunglah... kamu tidak apa-apa, Nak. Aku tidak tahu harus melakukan apa jika kamu ikut dengan ibumu? Aku tidak tahu lagi..." ucap Balam, dia menaruh tubuh Valerie dekat dengan Pino, lalu dia memeluk Pino, membungkus tubuhnya yang telanjang dengan sebuah kain. Balam melihat Poorstag yang terlihat tak berdaya di sudut ruangan, dia tampak lemah dan wajahnya pucat dengan sebuah noda darah yang menetes di mulutnya.
"Tak perlu berkata apa-apa. Aku tahu apa yang ingin kamu katakan, ingat satu hal saja! Jangan izinkan anakmu untuk mempelajari sihir hingga waktu yang tepat atau kamu akan kehilangannya seperti kamu kehilangan Valerie. Kekuatannya sulit untuk dikendalikan saat ini, dengan tubuh dan mana yang tidak stabil dan kurang itu, dia hanya menghantarkan nyawanya saja," ucap Poorstag, ia memperingati Balam tentang risiko dari mengizinkan Pino dari belajar sihir.
Setelah menceritakan peristiwa yang mengguncang hidupnya pada Pino, Balam segera memeluknya, dia mencium kening Pino sambil berkata, "Nak, kamu tahu sekarang, mengapa ada tanda di dadamu dan alasan Ayah tidak mengizinkanmu belajar bahkan mendekati sihir. Tidak hanya berbahaya untuk dirimu sendiri, bahkan untuk orang lain, namun sekarang kekuatanmu sudah lebih dari cukup untuk belajar sihir. Kita akan pergi ke kota Morshore untuk bertemu dengan Poorstag, kita akan membuka segel itu dan membangkitkan inti sihirmu, Nak."