Pino bolak-balik masuk ke dalam gua untuk mengevakuasi para wanita yang berjumlah empat orang, ketika para wanita itu berada di luar gua, Pino memberikan sebuah kain yang lebar yang ia temukan di dalam gua. Pada saat dia melihat para wanita, matanya memiliki perubahan-perubahan yang berbeda-beda, ia tak tega melihat para wanita korban dari kebiadaban Goblin.
Lebam dan luka goresan ataupun sayatan senjata tajam masih mampu diobati, namun penderitaan batin yang mereka hadapi jauh lebih membekas daripada luka di fisik mereka, mata yang tak lagi memiliki semangat hidup dan tubuh yang lemah. Pino memalingkan matanya, dia tidak tahu penderitaan seperti apa yang dialami oleh para wanita ini.
Pino memeriksa area di sekitar gua, memastikan tidak ada Goblin yang selamat, ketika dia kembali ke tempat para wanita, dia melihat Balam yang berdiri diam menghadap ke arah para wanita sembari menggenggam senjatanya, seperti akan menebaskan senjatanya. Balam yang sedari awal mengawasi Pino tidak bisa lagi diam setelah melihat korban dari tindakan para Goblin.
"Nak... kamu sudah melihat betapa kejamnya Goblin bukan? Mereka hanyalah monster biasa... namun mampu memberikan penderitaan seberat ini, apakah kamu tahu apa yang dialami oleh para wanita ini?" tanya Balam, dia tidak melihat Pino yang berada di belakangnya, namun dia tahu jika Pino ada di tempat itu.
"Tidak, Ayah. Tunggu... sebelum membahas hal itu, Ayah dari mana saja, kenapa Ayah menghilang tadi. Apakah Ayah tidak tahu kalau aku hampir mati di tangan para Goblin itu, bahkan aku harus melawan Goblin yang besar dan berbeda itu," balas Pino, dia memang penasaran dengan apa yang terjadi pada wanita, namun dia menahan rasa penasarannya tersebut dengan mengubah pertanyaannya.
Balam menggelengkan kepalanya, dia menghela nafas pelan, setelah mengamati korban dari kebiadaban Goblin, dia berbalik dan melihat Pino yang memiliki beberapa luka di sekujur tubuhnya. "Aku tidak pergi meninggalkanmu, aku selalu berada di sekitarmu, Nak. Tetapi... aku ingin kamu mengetahui seperti apa dunia yang kita tempati ini... sejak kamu berada dalam mimpi indah itu, di saat kamu menerima serangan dari sekelompok Goblin. Aku sudah mengamatimu, hanya saja aku tidak ingin ikut campur. Ayah ingin kamu tumbuh dengan kuat... melihat kenyataan di sekitar, melawan monster yang kemungkinan akan kamu hadapi suatu hari nanti."
"Kejam? Memang... Ayah melakukan satu hal yang seharusnya tidak Ayah lakukan, namun ini semua demi mendukung keinginanmu... apa yang kamu hadapi tadi... hanyalah sebagian kecil dari kengerian yang ada di dunia ini, Nak." Balam berkata dengan nada yang lembut, suaranya begitu lembut yang sangat tidak cocok dengan perawakannya yang gagah.
Pino mengangguk pelan, dia tidak marah, hanya merasa ada sesuatu yang mengganjal di benaknya. Dia tahu, jika Balam melakukan semua itu demi kebaikannya. "Iya... aku mengerti, terima kasih telah memberikan aku pengalaman yang hampir merenggut nyawaku, Ayah. Kekejaman macam apa yang dilakukan oleh Goblin-Goblin itu pada wanita ini? Lalu, Goblin berwarna merah itu apa? Mengapa dia bisa memiliki tubuh yang lebih besar dan memiliki warna yang berbeda?"
"Huft... kamu sudah masuk ke sarang mereka namun belum bisa mengambil kesimpulan, sungguh sangat di sayangkan. Sebelum membahas ha itu, Ayah akan memberitahu tentang Goblin berwarna merah yang kamu lawan tadi, dia adalah Hob Goblin varian... warna tubuhnya melambangkan kekuatan sihir yang ia miliki, Goblin yang kamu lawan tadi memiliki elemen api," ujar Balam.
Goblin merupakan spesies monster yang cukup mudah ditemui di Benua Ils, di mana mereka hidup secara berkelompok dan memiliki hierarki tersendiri. Goblin terbagi menjadi beberapa tingkatan seperti;
- King Goblin
- Chief Goblin
- Mage Goblin
- Hob Goblin - biasa dan varian
- Goblin
Balam menjelaskan tiap-tiap tingkatan Goblin pada Pino, dia memberitahunya dengan rinci. Tingkatan Goblin paling tinggi di pegang oleh King Goblin yang cukup sulit untuk ditemukan, bukan hal yang mudah jika berhadapan dengan King Goblin. Pino cukup terpana ketika mendengar penjelasan dari Balam tentang Goblin, lantas ia menanyakan apa yang telah dilalui oleh para wanita, hingga mereka berakhir seperti itu.
"Apa yang sebenarnya terjadi pada mereka, Ayah? Dari kata Ayah tadi... aku baru saja melawan Hob Goblin varian berelemen api, lantas apa itu yang menjadi penyebab mereka sampai tidak memiliki semangat untuk hidup lagi? Apa karena mereka telah melihat kekejaman dari Hob Goblin itu? Tanya Pino, ia terus mendesak Balam untuk memberitahunya tentang penderitaan yang dialami oleh para wanita.
Balam mengangguk dan memberitahu apa yang sebenarnya di alami oleh para wanita sampai-sampai mereka berubah ke keadaan yang begitu menyedihkan, "Merek menerima kerusakan yang mengerikan sebagai seorang wanita, Nak. Kesucian mereka direnggut paksa, mereka dihancurkan terus menerus tanpa memiliki waktu untuk beristirahat. Mereka dipaksa melakukan tindakan amoral dan disiksa terus-menerus, mereka hidup layaknya budak... tidak budak masih sedikit lebih beruntung, mereka dipakai sebagai mesin penghasil keturunan Goblin. Penderitaan yang mereka alami ini tidak hanya satu atau dua hari, namun sudah berlangsung cukup lama, kamu juga melihat adanya tumpukan mayat bukan?"
Pino terpaku diam, matanya terbelalak hingga ia membuka mulutnya, ia tak menyangka jika para wanita yang ia selamatkan akan melalui penderitaan yang begitu mengerikan, apa yang telah mereka lalui jauh dari kata baik, tidak hanya menderita luka fisik, batin mereka dihancurkan oleh para Goblin dengan siksaan-siksaan tersebut, awalnya dia sudah menduga hal itu namun ia tak percaya jika yang dialami oleh para wanita ini jauh dari yang ia bayangkan.
"Apa yang dapat kita lakukan untuk mereka, Ayah. Mereka terlalu menderita, adakah sesuatu yang dapat kita lakukan untuk membantu mereka? Aku tidak bisa membiarkan mereka hidup seperti ini lagi," seru Pino, ia tidak tega melihat kondisi para wanita yang telah ia selamatkan.
Balam diam, ia yang telah melihat kejadian ini berulang kali tahu apa yang akan terjadi, apalagi dia sudah melihat keputusan yang ada dalam mata para wanita, "Aku bisa membawa kalian kembali ke kehidupan manusia biasa, apakah kalian ingin hidup seperti manusia pada umumnya atau kalian ingin menyusul para wanita di dalam?"
Tak ada satu pun dari para wanita yang menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Balam. Saat itu juga, Balam menggenggam pedangnya dengan kuat dan bertanya satu kali lagi pada para wanita itu, "Ini kali terakhir aku bertanya, apa kalian ingin hidup selayaknya manusia biasa dan mengubur dalam-dalam ingatan di tempat ini, atau kalian ingin menyusul para wanita di dalam gua?"
Para wanita diam seribu bahasa namun mata mereka sedikit berubah, dan Balam mengerti dengan jelas mata yang ditunjukkan oleh para wanita itu, ia sudah sering menemui korban dari kebiadaban para Goblin kebanyakan dari mereka yang selamat selalu memilih pilihan yang sama, hanya segelintir wanita yang kuat saja yang memilih pilihan paling benar. "Baik kalau begitu..."
"APA YANG AYAH LAKUKAN!!!!" teriak Pino ketika melihat Balam, ia menatapnya dengan ketidakpercayaan.