Serangan mendadak di malam hari membuat Pino kehilangan tenaga, dia berhasil mengalahkan setiap Goblin yang menyerangnya, namun bukan hal yang mudah untuk melakukannya. Selepas pertarungan, Pino melihat area di sekitarnya, mencari keberadaan Balam, dia tidak menemukan keberadaannya padahal ketika dia memejamkan matanya, dia masih berada di dekat Balam. Khawatir? Tidak terlalu, Pino paham seberapa besar kekuatan Balam, sehingga dia tidak mengkhawatirkannya, hanya saja dia bingung dengan situasi saat ini, dimana Balam menghilang secara tiba-tiba.
"Huft... apa Ayah sudah merencanakan semua ini? Dia menghilang tepat ketika aku berada di dalam situasi yang buruk. Ya... itu sudah pasti, dia meninggalkanku untuk mengajariku tentang keras dan kejamnya dunia luar. Haish... seperti itulah Ayah, dia selalu menggunakan cara tersendiri untuk mengajariku," gumam Pino, sekilas dia mengingat kembali peristiwa dimana dia ditinggalkan di tengah-tengah Hutan Ashmoss hanya untuk membiarkan dia tahu cara berburu dan hidup di alam.
Mengingat akan kejadian di tahun-tahun lalu, Pino tidak terlalu terkejut dengan situasi saat ini, malahan dia bisa lebih tenang walaupun mengalami kebingungan beberapa saat. Malam semakin pekat, udara menjadi lebih dingin dan menusuk hingga ke tulang, Pino melihat mayat para Goblin dan melangkah menjauhinya, namun tempat yang ia tuju merupakan sebuah jalan yang seharusnya tidak dia ambil.
Balam dari atas pohon hanya mengamati Pino, dia melompat dari satu pohon ke pohon lainnya ketika jarak antara dirinya dengan Pino berjarak cukup jauh. Meskipun malam semakin pekat dan udara yang berubah menjadi lebih dingin, Balam tenang dan berhati-hati ketika bersembunyi dari pantauan mata Pino, dia menyembunyikan hawa keberadaannya dan membaur dengan lingkungan laksana seekor bunglon.
Langkah kaki Pino tak berhenti dan bergerak menyusuri semak-semak tempat munculnya para Goblin, dia mengikuti cara yang digunakan Balam, langkahnya pelan dan berhati-hati, dia tidak berlari ataupun terburu-buru. Matanya terus bergerak mengawasi segala hal yang mencurigakan dari satu sisi ke sisi lain. Tingkat kewaspadaannya meninggi, ketika ada sebuah suara yang muncul secara tiba-tiba, Pino akan menahan nafasnya dan bergegas menunduk dan berjongkok, lantas melihat sumber suara dengan perlahan.
Kehati-hatian Pino cukuplah wajar, dia yang sudah mendengar betapa kuatnya Goblin di malam hari dan sudah merasakannya sendiri, ia tidak dapat meremehkan mereka. Dengan kehati-hatian yang tinggi serta kewaspadaan yang tinggi juga, ia mengamati keadaan sekitarnya. Ia menyusuri jalan berbatu dan penuh akan rumput liar serta semak belukar, tak tahu sudah berapa lama ia berjalan, Pino merasa jika dia sudah berjalan cukup lama.
Sesaat setelah ia melewati sebuah semak-semak yang lebat, ia melihat sebuah gua dari kejauhan, gua itu gelap, namun Pino bisa mendengar beberapa suara dari dalam gua tersebut, jarak yang tak terlalu jauh membuat dia bisa mendengar apa yang sedang terjadi di sana. Terdengar teriakan wanita yang merintih kesakitan dan tak berdaya, ada pula suara-suara aneh dari sana.
Curiga dengan apa yang ada di dalam gua tersebut, Pino mencari batu-batu kecil, menemukan sebuah tempat yang dapat memantau pergerakan dari dalam gua, Pino bergegas ke tempat itu, sesampainya dia di sana, Pino melemparkan batu-batu di genggamannya, satu per satu mengarah tepat ke dalam gua tersebut.
Ia melempar batu-batu itu dengan sangat kuat hingga menimbulkan suara yang cukup mengganggu. Begitu batu itu masuk ke dalam gua, rintihan wanita tak lagi terdengar, melainkan hanya keheningan semata di sana. Tak adanya suara yang keluar dari gua membuat Pino khawatir, ia menggenggam senjatanya dengan kuat, matanya terus tertuju pada pintu masuk gua, meski berada di balik semak belukar, Pino mampu melihat seluruh gua dengan jelas.
"Apa yang ada di gua itu? Rintihan wanita berasal dari sana, mengapa sekarang menghilang? Aku mengacau... kuharap hanya monster biasa yang ada di dalam gua itu," gumam Pino, dia berada pada posisi yang siap untuk melancarkan serangan, hening dan masih hening. Ia mampu mendengarkan detak jantungnya sendiri, semilir angin dingin menerpa punggungnya yang makin membuat bulu kuduknya berdiri.
Beberapa derap langkah kaki terdengar dari dalam gua, Pino semakin waspada. Matanya tidak berpindah dari gua, ia terus memperhatikan setiap perubahan dari tempat tersebut. Ia menenangkan batinnya yang bergejolak tak menentu, gelisah akan lawan yang akan dia hadapi, dan merasa jika dia mengambil keputusan yang bodoh.
"Aku terlalu percaya diri, mengapa pula aku datang ke tempat ini... sial!!! Bagusnya tadi aku menunggu Ayah daripada kemari, tak tahu lagi aku harus melakukan apa. Langkah kaki dari tempat itu tidak sederhana... ada beberapa suara langkah kaki dan itu serentak, suara ini tidak berasal dari satu orang saja... namun sebuah kelompok," gumam Pino, dia mempertajam pendengarannya dan menemukan adanya sebuah langkah kaki yang terdengar serempak dalam satu kesatuan yang berasal dari dalam gua.
Satu per satu makhluk hijau keluar dari dalam gua, mereka mengenakan pakaian yang lebih daripada Goblin yang Pino lawan. Dari jauh, Pino bisa merasakan perbedaan antara Goblin yang ia lawan dengan Goblin yang berada di depan matanya ini, perbedaan yang paling mencolok adalah peralatan yang digunakan, dan adanya perbedaan besar dari hawa keberadaan mereka.
Ketika Pino mengawasinya dengan cermat, ada satu Goblin yang menarik perhatiannya, ia mengamatinya dengan penuh perhatian. "Apa-apaan Goblin itu, ia lebih besar daripada Goblin lainnya, bahkan lebih tinggi. Perlengkapannya seperti seorang pejuang... apa ada Goblin seperti ini? Aku salah... seharusnya aku tidak datang kemari, sial!!" geram Pino, begitu dia melihat Hob Goblin, dia merasakan adanya jejak kegelisahan yang besar dan hampir menjadi sebuah ketakutan.
Pino mengatur nafasnya dan tetap diam, dia tidak menggerakkan satu inci pun tubuhnya, berusaha untuk menyembunyikan keberadaannya. Dia masuk ke semak-semak lebih dalam lagi, dengan gerakan sepelan mungkin. Entah apa yang terjadi tiba-tiba, Goblin-Goblin itu mengarahkan matanya pada tempat Pino bersembunyi.
"Maaf, Nak. Ayah harus melakukan ini, tempalah dirimu dengan benar... lewati situasi hidup dan mati ini dengan berani, jangan bersembunyi. Apa yang kamu lakukan saat ini... hanya akan membawa kemalangan di masa mendatang. Kamu tidak menyusun rencana ketika bersembunyi, kamu hanya menyembunyikan diri... takut akan Hob Goblin itu," gumam Balam, dia melempar sebuah batu dengan kuat dan mengarahkannya tepat ke kerumunan Goblin, dia berada pada jalur yang sama dengan Pino, sehingga tatapan mata Goblin yang seharunya tertuju pada dia malah berbalik dan mengarah ke Pino.
Kerumunan Goblin itu sendiri terdiri dari satu Hob Goblin dan dua puluh Goblin. Lebih dari sepuluh Goblin berlari dengan kecepatan tercepat, bergerak ke arah Pino, senjata mereka siap untuk menebas apapun yang berada di hadapannya. Jarak mereka semakin dekat, Goblin hanya berjarak beberapa langkah saja dari Pino.
Sambil menggerutu tak jelas, Pino keluar dari tempat persembunyian dan menebas Goblin yang ada di depannya, gerakannya lembut dan rapi, empat Goblin tumbang dengan luka tebasan di dadanya. Mengarahkan matanya ke arah Goblin yang hendak menyerangnya, Pino mulai menggila satu sabetannya menghempaskan dua Goblin, dan gerakannya cukup gesit. Hanya butuh beberapa detik saja untuk Pino menghabisi seluruh Goblin
.
"Siapa bajingan yang melempar batu tadi, gara-gara dia... aku harus berurusan dengan makhluk amoral seperti mereka!!!" geram Pino, dia menghabisi Goblin yang menyerangnya, menyisakan Hob Goblin dengan beberapa Goblin saja.