Naya yang merasa berada di antara dua pilihan yang sulit. Tiba-tiba, dikejutkan dengan kehadiran sosok Bayu di depan pintu kamar mandi.
"Kak Nay, sedang apa?" tanya Bayu yang terkejut melihat sang kakak yang berdiri tegak di tengah kamar mandi.
Naya yang juga terkejut dengan kemunculan Bayu, memandanginya dengan penuh keheranan.
"Kenapa kamu masuk ke kamar mandi?"
"Aku ingin mandi, kak."
"Kakak sedang apa di sini?!"
"Kakak....!"
"Oh ya, kamu lihat tidak di sini ada sumur tua?!"
"Ha.....ha.....ha.....!"
"Kakak serius, dek!"
"Iya aku tahu, kalau kakak serius!"
"Kamu lihat tidak, kalau di kamar mandi ini ada empat sosok yang sedang berdiri di dekat kita!"
"Kenapa kakak bertanya seperti itu?"
"Di kamar mandi ini hanya ada kakak dan aku." Jelas Bayu.
"Tapi, kakak melihat semuanya dek!"
"Lihatnya pakai mata yang mana kak?"
Naya pun terdiam, mendengar pertanyaan dari Bayu. Lalu, Naya melempar pandangannya ke seluruh sudut kamar mandi. Ternyata, benar yang dikatakan Bayu kalau hanya ada mereka berdua di dalam kamar mandi. Naya yang penasaran kembali mengajukan pertanyaan kepada Bayu.
"Sebelum kamu ke kamar mandi, kamu berada dimana dek?"
"Aku menonton TV di ruang tengah, kak."
"Kamu lihat bayangan yang berkelebat, dek?!"
"Aku hanya lihat kakak berjalan ke kamar mandi."
"Sudahlah kak, aku mau mandi nih. Matahari sudah hampir tenggelam!"
Naya pun bergegas meninggalkan kamar mandi dan kembali ke kamarnya. Di dalam kamar, Naya masih saja memikirkan semua yang telah didengarnya dari ibu. Dan dia juga masih terbayang dengan apa yang dilihatnya. Naya merasa yakin kalau semua yang dialaminya adalah nyata. Tapi, jika dia mengatakannya kepada orang lain. Sudah tentu orang itu tidak akan mempercayainya.
"Daripada aku menceritakannya kepada orang lain, lebih baik aku menulis ceritanya dalam blue diary." Fikir Naya sambil mencari buku harian kesayangannya.
"Dimana aku menyimpan blue diary, yah?"
"Seingatku semalam aku letakkan di laci meja."
"Tapi, kenapa tidak ada?"
Naya terus saja mengobrak-abrik meja belajarnya. Dan dia juga membongkar seluruh isi tasnya. Tapi, blue diary belum juga dapat ditemukannya. Naya yang kelelahan langsung menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidurnya.
Saat Naya menarik bantal yang ada didekatnya, tiba-tiba dia melihat blue diary tergeletak dibawahnya. Rasa lelah Naya seketika itu juga lenyap. Dengan cepat Naya bangun dari atas tempat tidurnya. Lalu, duduk di kursi belajarnya. Dengan penuh semangat Naya pun memulai ceritanya di dalam blue diary.
Diary......
Hari ini aku mendengar sebuah cerita yang selama ini tidak pernah ku ketahui.
Cerita tentang makhluk lain yang menghuni tanah dan rumah ini.
Meskipun itu hanya sekedar cerita. Tapi, aku tertarik dengan cerita yang disampaikan oleh ibu.
Telingaku mendengar cerita keberadaan makhluk-makhluk yang tidak terlihat oleh mata.
Dan mataku melihat beberapa sosok makhluk yang orang lain tidak dapat melihatnya.
Mataku juga melihat adanya sumur tua di dalam kamar mandiku.
Diary........
Andai semuanya saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Aku ingin ceritanya menjadi lengkap.
Tapi, aku tidak tahu bagaimana melengkapi semua ceritanya.
Apakah ini cerita nyata atau hanya cerita khayalan turun temurun dari kakek.
Diary........
Aku sangat penasaran dengan sumur tua itu.
Apa mungkin makhluk-makhluk itu tinggal di dalamnya?
Bagaimana aku memberitahukannya kepada mereka semua?
Membongkar sumur tua dan ceritanya.
Sehingga tidak ada lagi yang mengatakan katanya dan katanya.
Dan cerita ini pun pastinya akan berakhir.
Naya pun mengakhiri tulisannya. Dan beranjak pergi ke kamar mandi. Rasa penasaran yang mendorongnya kembali melihat keadaan di kamar mandi. Tapi, saat di kamar mandi Naya tidak menemukan apapun yang diharapkannya.
Setelah beberapa menit berada di kamar mandi. Akhirnya, Naya pun kembali masuk ke dalam kamarnya. Naya terus berfikir apa yang mesti dibuatnya.
Suasana rumah sudah sepi, tapi Naya belum juga tertidur. Sedari tadi Naya hanya mondar mandir sambil memikirkan bagaimana caranya, agar dia bisa menemukan keberadaan sumur tua.
Sumur tua yang dilihatnya itu terasa sangat nyata bagi Naya. Naya merasa yakin kalau makhluk-makhluk yang selalu menampakkan diri di rumah kakeknya itu berasal dari sumur tua yang kini sudah tertimbun bangunan rumah.
Naya yang sejak tadi berfikir terus, akhirnya kelelahan juga. Tapi, Naya berusaha untuk tidak tidur malam. Dia terus mencari jalan keluar dari semua yang ada di fikirannya. Padahal pagi akan segera menjelang. Sedikit pun Naya tidak bisa memejamkan matanya.
Tiba-tiba, Naya mendengar ada suara orang yang sedang memukul-mukul sesuatu.
"Suara apa itu?"
"Bukankah semua orang harusnya masih tertidur?"
"Tapi, kenapa ada yang memukul-mukul?"
Perlahan Naya keluar dari dalam kamarnya. Naya terus mendengarkan asal suara tersebut. Ternyata, suara itu berasal dari dalam kamar mandi. Pelan-pelan Naya membuka pintu kamar mandi.
Betapa terkejutnya Naya saat pintunya telah terbuka. Naya melihat kakeknya sedang memukul-mukul tanah. Kakek membuat lubang besar seperti sumur tua di tengah kamar mandi. Naya yang terperanjat langsung menutup mulutnya. Badan Naya pun mendadak gemetar. Naya takut akan cerita selanjutnya.
"Apakah ini jawaban dari semua ceritaku?"
"Tapi, kenapa harus kakek yang membuat sumur tua itu?"
Naya memberanikan diri mendekati sang kakek yang duduk membelakanginya. Naya pun menyentuh pundak kakeknya.
"Kakek!" panggil Naya pelan.
Tapi, sedikit pun kakek tidak menengok ke belakang. Kakek terus saja memukul-mukul dan menggali sumur hingga selesai. Naya yang berada di belakang sang kakek merasa kalau kakeknya tidak mempedulikan keberadaannya.
"Kakek, ini aku Naya!"
"Aku Naya, kek!
Tapi, sang kakek tetap diam dan tidak menyahut panggilan Naya.
"Kenapa kakek tidak mendengar panggilannya?"
"Apa yang terjadi dengan kakek?"
"Apa yang akan terjadi di sini?"
Akhirnya, Naya pun mundur ke belakang. Dan duduk tepat di depan pintu kamar mandi. Naya ingin mengetahui apa yang terjadi selanjutnya dengan sumur tua itu.
Kakek yang telah selesai membuat sumur, akhirnya berbalik badan mencari sesuatu. Tiba-tiba saja, seorang anak laki-laki berlari dan menabrak kakek hingga terjatuh.
Pada saat bersamaan anak laki-laki itu pun terpeleset dan terdorong masuk ke dalam sumur tua. Kakek yang melihat kejadian itu berteriak meminta tolong. Kakek juga berusaha menurunkan tangannya untuk menolong anak laki-laki tersebut. Tapi, tidak bisa.
Dari arah yang sama seorang wanita berlari ke arah sang kakek. Dia menanyakan tentang anak laki-laki yang tadi berlari ke arah sumur. Kakek pun mengatakan kalau anak itu terjatuh masuk ke dalam sumur.
Sang wanita yang ternyata ibu dari anak laki-laki itu langsung menjerit histeris. Dan berusaha turun ke dalam sumur. Kakek berusaha memegangi sang wanita, tapi naas pegangan tangan kakek terlepas. Dan wanita itu pun terjatuh masuk ke dalam sumur.
Tiba-tiba, di belakang kakek sudah berdiri seorang lelaki yang menuduh kakek sebagai pembunuh anak dan istrinya. Kakek yang tidak terima atas tuduhan tersebut berusaha memberikan penjelasan yang sebenarnya.
Tapi, semua penjelasan itu tidak diterimanya. Lelaki itu pun mengambil cangkul yang berada di dekatnya. Lalu, dia menghantamkan cangkul itu ke tubuh kakek. Tapi, kakek berhasil mengelak, hingga tidak terkena hantamannya.
Lelaki itu merasa geram dan dia pun kembali mengangkat cangkul yang dipegangnya tinggi-tinggi. Karena, hilang keseimbangan lelaki itu pun tertarik ke belakang. Dan terjatuh masuk ke dalam sumur.
Kakek menjerit, berteriak minta tolong. Tapi, tidak seorang pun datang memberikan pertolongan ke tempat itu.
"Maafkan aku!"
"Aku bukan pembunuh!" ucap kakek sambil menangisi tiga orang yang tewas masuk ke dalam sumur.
Naya yang masih duduk di pintu kamar mandi, merasa menyesal telah berfikir yang bukan-bukan tentang sang kakek.
"Maafkan aku, kek!"