Naya yang mendengar bunyi nada sms dari ponselnya, langsung membuka dan membacanya.
"Hai, Naya!" sapa pengirim sms kepada Naya.
Naya merasa heran dengan sms yang masuk ke dalam ponselnya.
"Siapa pengirim sms ini, yah?"
"Aku tidak mengenal nomornya. Dan juga nomor ini tidak ada dalam daftar kontak di ponselku."
"Aku balas tidak yah?!"
"Aku balas aja, deh!"
"Mungkin aja salah satu mahasiswa di kampus ini!"
Tanpa ragu Naya pun langsung membalas sms tersebut.
"Kamu siapa yah?" balas Naya.
"Apa kabarmu, Nay?"
"Aku baik. Kamu siapa?"
"Aku orang yang kamu kenal."
"Siapa yah?"
"Aku Putra."
"Oh, kak Putra!"
"Ada apa yah?"
SMS pun terhenti tidak ada jawaban dari orang yang mengaku bernama Putra. Beberapa menit Naya menunggu balasan jawaban sms dari putra. Tapi, jawaban yang ditunggunya tidak juga kunjung dibalas.
Naya pun berjalan keluar dari dalam kelasnya. Dia berencana akan menemui Sandy di kantin kampus. Naya terus saja berjalan menyusuri lorong kampus. Hingga akhirnya Naya pun sampai juga di ujung lorong. Kemudian, Naya berbelok ke kanan dan sampailah dia di kantin kampus.
Siang itu suasana di kantin kampus sangat ramai. Banyak para mahasiswa yang sedang menikmati makan siang. Naya yang baru saja sampai, menengok ke sana kemari mencari Sandy yang berjanji akan bertemu dengannya. Tapi, Sandy yang dicarinya tidak ada di bangku para pengunjung kantin.
"Dimana Sandy?" Naya bertanya-tanya dalam hati. Naya terlihat ragu masuk ke dalam kantin. Dia masih saja berdiri di pintu masuk kantin sambil memandangi satu persatu para pengunjung kantin.
Akhirnya, Naya pun mencoba menghilangkan keraguannya. Dan langsung duduk di bangku kantin. Sambil menunggu Sandy yang tidak kunjung datang. Naya pun mengotak-atik ponselnya yang sedari tadi dimatikannya.
Tiba-tiba, ponsel yang sedang digenggam Naya bergetar. Ternyata ada pesan sms masuk. Dengan cepat Naya pun membuka isi pesan yang tertulis di dalamnya. Naya berharap kalau Sandy yang mengirim pesan kepadanya. Tetapi, dugaan Naya meleset. Pesan singkat itu datang dari Putra.
"Aku menunggumu, Nay. Kapan kamu akan datang menemuiku?"
Sontak saja sms itu membuat jantung Naya berdegup kuat. Naya tidak menduga sama sekali, kalau Putra berani mengirimi dirinya sms seperti itu.
"Mungkin kak Putra salah mengetik. Atau dia salah mengirim sms." Naya mencoba menduga-duga.
"Aku tidak boleh kepedean."
"Aku harus bisa mengendalikan diri." Naya berusaha menenangkan perasaannya.
Pada saat Naya sedang memikirkan tentang sms dari Putra. Tiba-tiba, sebuah tangan memegang pundaknya. Naya terkejut bukan main. Dengan cepat dia menoleh ke belakang. Ternyata, Sandy telah berdiri di belakang Naya.
"Kamu kenapa melotot begitu?" tanya Sandy kepada Naya yang masih terkejut.
"Aku kira kamu...!" Naya memotong ucapannya.
"Kamu siapa?" tanya Sandy sambil menarik bangku yang ada di depan Naya. Sandy yang sudah duduk di depan Naya terus menanyakan mengenai orang yang dimaksud Naya.
"Oh, itu Putra!"
"Putra siapa?"
"Kok, kamu jadi banyak tanya sih!"
"Maaf deh, kalau aku sudah banyak nanya!"
"Tidak kok, aku bercanda aja!"
"Oh ya, kamu kenal tidak sama senior kita yang bernama Putra!"
"Aku baru dengar nama itu."
"Memangnya ada apa, Nay?"
"Nih, coba kamu baca sms kirimannya!"
Naya pun menunjukkan sms yang masuk ke ponselnya kepada Sandy. Dengan wajah serius Sandy membaca sms yang tertulis di kotak masuk.
"Aku mengerti maksudnya!" ucap Sandy tiba-tiba.
"Lho, kok maksudnya!" sahut Naya.
"Iya, maksudnya dia berharap bertemu dengan kamu!"
"Kalau aku boleh tahu, memangnya kamu kenal dekat dengan Putra?!" tanya Sandy pelan.
"Aku tidak begitu kenal, hanya saja aku.....!"
Naya pun terdiam dan tidak melanjutkan ucapannya.
"Ayo, lanjutkan!" kata Sandy kepada Naya yang langsung terdiam.
"Beberapa bulan yang lalu, saat ulang tahun kampus. Aku pernah terlibat sebagai panitia perayaan dan Putra sebagai kordinatornya. Setelah acara selesai Putra pernah berjanji akan mengenalku lebih dekat. Tapi, aku menanggapinya biasa saja." Jelas Naya.
"Lalu!"
"Tidak ada kelanjutannya. Semuanya terhenti sampai di situ. Dan aku pun tidak pernah mendengar kabar Putra hingga datang sms ke ponselku."
"Apa kamu pernah bertemu Putra setelah acara itu?" Sandy berusaha mengorek keterangan yang jelas dari Naya.
"Sekali pun aku tidak pernah melihat wajah Putra setelah perayaan ulang tahun kampus."
"Lalu, darimana dia tahu nomor ponselmu?"
"Aku tidak tahu. Seingatku, aku tidak pernah memberinya nomor ponselku. Dan dia pun tidak pernah memintanya dariku."
"Aku jadi penasaran dengan sms itu!" kata Sandy.
"Sudahlah, kita pulang aja sekarang!"
"Oh ya, mana buku yang mau ku pinjam?!" tanya Sandy.
"Buku inikan?" Naya balik bertanya sambil memperlihatkan buku yang dipegangnya.
"Betul banget!"
"Ayo, balik!" ajak Naya.
"Oh iya, nanti aku cari tahu kabar Putra!"
"Terserah kamu aja!"
Akhirnya, keduanya pun memutuskan untuk langsung pulang.
#################################
Setibanya di rumah, Naya kembali membuka ponselnya. Ternyata, sms Putra muncul lagi di kotak masuk. Naya pun langsung membukanya. Betapa terkejutnya Naya saat membaca isi pesan dari Putra.
"Aku harap kamu bisa membaca pesanku."
"Dan merahasiakannya dari orang lain."
"Karena, ini antara aku dan kamu."
Naya langsung menutup sms kiriman Putra. Dan menulis semua sms Putra dalam blue diary kesayangannya.
"Mungkin lebih baik aku merahasiakan sms Putra di dalam blue diary." Ucap Naya dalam hati.
"Tapi, bagaimana dengan Sandy yang telah mengetahui kiriman sms Putra?"
"Ah, biarlah hanya hari ini aja!"
Naya pun kembali melanjutkan tulisannya di blue diary.
Diary...
Hari ini aku dibingungkan oleh beberapa sms kiriman dari kak Putra.
Padahal sudah beberapa bulan sejak perayaan ulang tahun kampus.
Aku tidak pernah bertemu lagi dengannya.
Aku sendiri tidak menyangka, kalau kak Putra masih ingat denganku.
Aku juga tidak pernah mengira, kalau kak Putra akan mengirim sms kepadaku.
Aku heran mengapa setelah sekian lama kak Putra baru menghubungiku.
Diary......
Apa yang harus ku perbuat sekarang ini?
Pesan dari kak Putra terkesan sangat mendalam buatku.
Aku harus bagaimana?
Dimana kak Putra sekarang?
Diary......
Bantu aku menemukan jawaban dari semua ini.
Mendadak ponsel Naya kembali berbunyi. Tanda ada sms masuk. Dengan cepat Naya pun langsung membuka pesan yang ada di dalamnya. Ternyata, sms dari Putra yang masuk ke dalam ponsel Naya.
"Tolong, temui aku!"
"Aku menunggumu!"
Naya termenung membaca sms dari Putra. Antara percaya dan tidak, Putra bisa mengirim sms seperti itu.
"Apa mungkin itu sms yang kak Putra ketik sendiri?"
"Mengapa aku meragukannya?"
"Mengapa aku jadi pusing memikirkannya?"
Di saat Naya sedang dipusingkan dengan kiriman sms dari Putra. Tiba-tiba, saja pintu kamarnya diketuk seseorang.
"Masuklah, pintunya tidak dikunci!" kata Naya.
Ternyata, Bayu yang muncul dari balik pintu.
"Ada telephon buat kak Naya."
"Dari siapa?" tanya Naya.
"Dari seorang lelaki."
"Siapa?"
"Dia tidak menyebutkan namanya."
Naya pun terdiam mendengar perkataan Bayu. Dan langsung bergegas pergi ke ruang tengah.